The world - LORD Jesus Christ = hopeless

The world - LORD Jesus Christ = hopeless
Lord Jesus Christ

Minggu, 13 Desember 2009

Kebenaran Yesus Kristus

DAFTAR ISI:

 

I. SEJARAH YERUSALEM

(A) Hubungan Alkitab dengan Yerusalem (B) Peristiwa yang berkaitan dengan gunung Moria (C) Nubuat tentang terbentuknya negara Israel.

 

II. SEJARAH ALKITAB 

(A) Terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Inggris modern

 

III. KEEMPAT KITAB INJIL

(A) Matius (B) Markus (C) Lukas (D) Yohanes

 

IV. JENIS-JENIS SISTEM PENANGGALAN (KALENDER)

(A) Kalender Yahudi (B) Kalender Julian (C) Kalender Gregorian (D) Penetapan tanggal perayaan Natal

 

V. TALMUD & MIDRASH

(A) Kisah Abraham VS Nimrod dalam tradisi Yahudi (Talmud) (B) Otoritas perkataan Yesus Kristus.

 

VI. KAISAR ROMAWI YANG MEMERINTAH PADA ERA PERJANJIAN BARU

 

VII. JAM BERAPA YESUS DISALIBKAN?

(A) Pembagian malam orang Yahudi kuno (B) Pembagian malam orang Romawi

 

VIII. PASKAH & PERAYAAN ROTI TAK BERAGI

(A) Penetapan tanggal Paskah

 

IX. MAKAN PASKAH & PERJAMUAN MAKAN DALAM INJIL SINOPTIK DAN INJIL YOHANES

 

X. ADA BERAPA JAM DALAM SATU HARI

 

XI. APAKAH YESUS BERADA 3 HARI DALAM MAUT?

 

XII. YESUS KRISTUS, ANAK ALLAH

 

XIII. YESUS KRISTUS, ANAK MANUSIA

(A) Tabir/ tirai Bait Allah (B) Tujuan diberikannya hukum Taurat

 

XIV. KITAB YUNUS

 

XV. TIGA HARI TIGA MALAM DALAM RAHIM BUMI

 

XVI. MENAWAN AJARAN-AJARAN ROH ANTIKRISTUS

(A) Ajaran Gnostikisme (B) Injil Petrus (C) Injil Tomas (D) Injil Barnabas (E) Injil Filipus (F) Injil Ibrani

 

 

"Melalui asuransi, beberapa orang di dunia ini telah memiliki jaminan kesehatan, pendidikan, hari tua bahkan untuk harta benda mereka TETAPI apakah anda telah memiliki jaminan keselamatan & kehidupan kekal setelah masa hidup anda di dunia ini berakhir?. Jika belum, kenallah Sang Kebenaran." 

 

10 Desember 2009, oleh Fajar 'Yehuda'

 

 

                       

I. SEJARAH MENGENAI YERUSALEM

Akar kata Semitik untuk nama "Yerusalem" kadang dianggap "s-l-m"yang berarti damai, kerukunan atau kesempurnaan. Sebuah kota yang disebut Rušalimum atau Urušalimum muncul dalam catatan Mesir kuno sebagai sebuah rujukan pertama bagi Yerusalem. Bentuk Mesir tersebut diperkirakan diturunkan dari nama lokal yang tertera dalam surat-surat Amarna, e.g: dalam EA 287 (dimana terdapat beberapa bentuk) Urusalim. Bentuk Yerushalayim (Yerusalem) pertama muncul dalam kitab Yosua. Bentuk ini merupakan sebuah portmanteau dari yerusha (pusaka) dan nama asli Shalem yang bukan merupakan evolusi fonetik sederhana dari bentuk ini dalam surat Amarna.

Sebagian kalangan meyakini adanya hubungan kata ini dengan kata Shalim, dewa pemurah dari mitologi Ugarit yang merupakan personifikasi waktu petang. Umumnya akhiran -im menunjukkan bentuk jamak dalam tata bahasa Ibrani dan -ayim bentuk ganda sehingga membawa pada anggapan bahwa nama tersebut mengacu pada fakta kota tersebut terletak pada dua bukit. Meski demikian, lafal suku kata terakhir -ayim hanya muncul dalam perkembangan akhir, dan tidak ada pada masa Septuaginta (LXX). Dalam bahasa Yunani dan Latin kata ini ditulis Hierosolyma. Bagi orang Arab, Yerusalem adalah al-Quds ("Kudus"). "Zion" awalnya dianggap merupakan bagian kota, namun kemudian menjadi tanda kota secara keseluruhan. Dalam kekuasaan raja Daud, kota ini dikenal sebagai Ir Daud (Kota Daud).

Bukti-bukti keramik menunjukkan adanya kesibukan di Ofel, yang saat ini dikenal dengan nama Yerusalem pada Zaman Tembaga sekitar milenium ke-4 sM. dengan bukti sebuah pemukiman tetap selama awal Zaman Perunggu sekitar 3000–2800 sM. Teks Kebencian (sekitar abad ke-9 sM), merujuk pada kota yang disebut Roshlamem atau Rosh-ramen dan surat Amarna (sekitar abad ke-14 sM) mungkin merupakan yang pertama kali menyebut kota tersebut. Beberapa ahli arkeologi, termasuk Kathleen Kenyon, meyakini Yerusalem sebagai sebuah kota yang didirikan oleh masyarakat Semitik Barat dengan pemukiman yang terorganisir sekitar tahun 2600 sM. Menurut tradisi Yahudi, kota ini didirikan oleh Sem dan Eber, nenek moyang Abraham. Dalam kisah Alkitab, saat pertama kali disebutkan, Yerusalem (dikenal sebagai "Salem") dikuasai oleh Melkisedek, sekutu Abraham (disamakan dengan Shem dalam legenda). Kemudian, di masa Yosua, Yerusalem berada di teritori suku Benyamin (Yosua 18:28) namun masih dalam kuasa independen orang Yebus hingga ditaklukkan oleh Daud dan dijadikan ibukota Kerajaan Israel (sekitar 1000-an sM). Penggalian terkini di Bangunan Batu Besar ditafsirkan oleh sebagian ahli arkeologis memberikan kepercayaan pada kisah alkitab.

 

Periode Bait Suci

Raja Daud berkuasa hingga 970 sM. Dia dilanjutkan putranya Salomo, yang membangun Bait Suci di Gunung Moria. Bait Salomo (kemudian dikenal sebagai Bait Pertama), memainkan perang penting dalam sejarah bangsa Yahudi sebagai tempat singgahnya Tabut Perjanjian. Selama lebih dari 450 tahun, hingga penaklukkan Babilonia di tahun 587 SM, Yerusalem merupakan ibukota politik Kerajaan Israel bersatu dan kemudian Kerajaan Yehuda dan Baitnya menjadi pusat keagamaan bangsa Israel. Periode ini dikenal dalam sejarah sebagai Periode Bait Pertama. Setelah Salomo wafat (sekitar 930 sM), sepuluh suku utara memisahkan diri membentuk Kerajaan Israel. Di bawah kekuasaan Daud dan Salomo, Yerusalem menjadi ibukota Kerajaan Yehuda.

Saat bangsa Assyria menaklukkan Kerajaan Israel di tahun 722 sM, Yerusalem dikuatkan oleh serombongan besar pengungsi dari kerajaan utara. Periode Bait Pertama berakhir sekitar tahun 586 sM, saat bangsa Babilonia (Babel) yang dipimpin raja Nebukadnesar menaklukkan Yehuda dan Yerusalem, dan menelantarkan Bait Salomo. Di tahun 538 sM, setelah lima puluh tahun pembuangan ke Babilonia, Raja Persia, Koresy Agung mengajak orang Yahudi untuk kembali ke Yehuda membangun Bait. Pembangunan Bait Kedua selesai di tahun 516 sM, selama kekuasaan Darius Agung, tujuh puluh tahun setelah hancurnya Bait Pertama. Kemudian, di tahun 445 sM, Raja Artaxerxes I dari Persia mengeluarkan dekrit yang mengizinkan kota dan tembok dibangun kembali. Yerusalem kembali menjadi ibukota Yehuda dan pusat peribadatan orang Yahudi. Pada tahun 332 sM, penguasa Makedonia, Aleksander Agung menaklukkan Kekaisaran Persia, Yerusalem dan Yudea jatuh ke tangan Makedonia, segera setelahnya jatuh ke kekuasaan Dinasti Ptolemaik dibawah Ptolemy I. Di tahun 198 sM, Ptolemy V kehilangan Yerusalem dan Yudea dari bangsa Seleukus (Yunani) dibawah Antiochus III. Kekaisaran Seleukus yang berusaha mengisi Yerusalem sebagai polis yang dihelenisasi menjadi gawat di tahun 168 sM dengan kebehasilan penuh Revolusi Makabe Mattathias sang Pendeta Tinggi dan kelima putranya atas Antiochus, dan terbentuknya Kerajaan Hasmonea mereka di tahun 152 sM dengan Yerusalem kembali sebagai ibukotanya.

Pemberontakan yang dilakukan keluarga Makabe Mattathias didasarkan karena Antiochus berusaha memaksa orang Yahudi mengikuti adat istiadat Yunani serta cara beribadatnya. Ia berusaha menghalangi orang Yahudi menyembah Allah yang Esa dan Benar dan memusnahkan semua buku salinan Taurat, Ia juga memerintahkan orang Yahudi menyembah dewa Yunani, Zeus dan ia mendirikan patung Zeus di Bait Allah di Yerusalem dan mempersembahkan korban berupa seekor babi di situ. Setelah itu, Makabe Mattathias melimpahkan kepemimpinan militernya kepada anaknya, Yudas dengan nama tambahan "Makabeus" yang berarti palu godam. Pada tahun 164 sM ia berhasil mengalahkan Lisias, jenderal tentara Seleukus, lalu memasuki Yerusalem dan menahbiskan kembali Bait Allah. Setelah Yudas dibunuh, perang dilanjutkan oleh saudara-saudaranya, Yonatan dan Simon. Simon memperoleh sedikit pengakuan dari pihak Siria, namun ia dibunuh juga pada tahun 134 sM. Sejak masa Simon pada tahun 142 sM, orang-orang Hasmonean memerintah Yudea hingga 63 sM. Simon digantikan oleh putranya, Yohanes Hirkanus. Yohanes Hirkanus adalah orang pertama yang menyebut dirinya raja yang memerintah tahun 134-104 sM. Pengganti-pengganti Yohanes Hirkanus adalah: Aristobulus I (104-103 sM), Aleksander Janneus (103-76 sM), Aleksandra (76-67 sM) dan Aristobulus II (67-63 sM), ia adalah orang terakhir dari dinasti Makebe, sebelum kedatangan orang-orang Roamwi. Selama tahun 142 – 63 sM, sejak masa Simon sampai Aristobulus II, Yudea mendapatkan kemerdekaan. Pada tahun 63 sM, Romawi dapat merebut Yerusalem dan kota tersebut bertumbuh lebih besar dan bangunan-bangunan megah didirikan oleh Herodes Agung..   

Herodes Agung (40 - 4 sM) adalah orang Idumea dan ia merupakan teman penguasa-penguasa Romawi sejak tahun 37 sM ketika ia merebut Yerusalem dari tangan Antigonus II lalu ia diangkat sebagai raja boneka Yahudi pada tahun itu juga. Ia adalah raja yang berkuasa ketika Yesus Kristus dilahirkan (Mat.2: 1) dan ia juga raja yang membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya yang berumur dua tahun ke bawah (Mat.2: 16-18). Herodes Agung mengabdikan dirinya untuk membangun dan memperindah kota. Meskipun dibawah kekuasaan Romawi, ia bertanggung jawab atas proyek-proyek bangunan penting. Ia membangun tembok, menara, dan kuil, dan memperluas Bukit Bait, menopang halaman istana dengan balok batu yang beratnya mencapai 100 ton. Di atas semuanya itu, Herodes mulai membangun Bait Allah yang sangat besar, yang luasnya meliputi seperempat wilayah kota Yerusalem meskipun sulit diterima oleh orang-orang Yahudi karena Herodes bukan orang Yahudi asli.

Pembangunan Bait Allah yang kedua kalinya itu dimulai tahun 20 sM dan selesai dengan sempurna pada tahun 60 M, yang akhirnya hanya dihancurkan oleh Titus pada tahun 70 M. Di tahun 6 M, kota dan wilayah-wilayah di sekitarnya oleh penguasa Romawi dijadikan sebagai Provinsi Iudaea dan keturunan Herodes hingga Agrippa II masih memangku gelar raja boneka Yudea hingga 96 M. Penguasa Romawi atas Yerusalem dan wilayah sekitarnya mulai tertantang dengan adanya Perang Yahudi-Romawi pertama, yang menyebabkan kehancuran Bait Kedua di tahun 70 M oleh Titus. Yerusalem sekali lagi menjadi ibukota dari Yudea selama tiga tahun pemberontakan yang dikenal dengan Revolusi Bar Kokhba yang dimulai tahun 132 M.

Bar Kokhba berarti 'anak bintang' (dari nubuat dalam Bil.24: 17). Ia adalah pemimpin pasukan gerilya yang memerangi Romawi sejak tahun 132 – 135 M dengan dukungan Babel ketika kaisar Andrianus bersiap-siap untuk membangun kuil pemujaan dewa Yupiter di lokasi Bait Allah di Yerusalem. Bar Kokhba meyakini dirinya adalah Mesias dan ia dieluk-elukan demikian oleh rabi Akiba. Para pendukungnya yang antusiastis menderita kekalahan besar sebelum puncak kekalahan mereka. Menurut Yustinus dan Eusebius, umat Kristen di wilayah itu menolak untuk bergabung ke dalam pemberontakan dan mereka dianiaya. Orang-orang Romawi terus menekan revolusi di tahun 135 M hingga akhirnya dapat dipadamkan.

Orang-orang Yahudi dibinasakan, lalu kaisar Adrianus meromawisasi kota Yerusalem dan mengganti namanya menjadi Aelia Capitolina (yang dimaksud Capitolina adalah dewa Yupiter) dan melarang orang Yahudi memasukinya. Larangan orang Yahudi memasuki Aelia Capitolina berlanjut hingga abad ke-4 M. Adrianus mengganti keseluruhan nama provinsi Iudaea menjadi Syria Palaestina yang berasal dari kata Ibrani 'Filistin' untuk menjauhkan orang Yahudi dari negara mereka. Iuadea / Yudea adalah nama Latin dari "Yehuda" dan diadopsi oleh pemerintah Romawi untuk nama provinsi yang diperintah dari Kaiseria dan merupakan bagian dari Siria, dengan kata lain Yudea tidaklah sama dengan kerajaan Yehuda lama.

Lima abad setelah revolusi Bar Kokhba, kota masih berada dibawah kekuasaan Romawi kemudian Bizantium. Selama abad ke-4, Kaisar Romawi Konstantin I membangun tempat-tempat Kristen di Yerusalem seperti Gereja Makam Kudus. Luas wilayah dan populasi Yerusalem mencapai puncak di akhir Periode Bait Kedua: Kota mencakup dua kilomoter persegi dan memiliki populasi 200.000. Selama masa Konstantin hingga abad ke-7, Yerusalem dilarang bagi orang Yahudi.

Dalam rentang beberapa dekade, Yerusalem berganti penguasa dari Romawi menjadi Persia dan kembali dikuasai Romawi sekali lagi. Dengan adanya tekanan Khosrau II dari Sassania di awal abad ketujuh terhadap Bizantium (Konstantinopel) hingga ke Syria, Jendral Sassania Shahrbaraz dan Shahin menyerang kota yang dikendalikan Bizantium, Yerusalem (bahasa Farsi: Dej Houdkh). Mereka dibantu oleh orang Yahudi dari Palestina yang telah bangkit melawan Bizantium. Pada Pengepungan Yerusalem (tahun 614 M), setelah 21 hari peperangan tanpa ampun, Yerusalem direbut. Riwayat Bizantium menceritakan bahwa tentara Sassana dan orang Yahudi membantai puluhan dari ribuan orang Kristen di dalam kota, ini menjadi episode yang masih diperdebatkan para sejarawan. Kota yang ditaklukkan masih berada di tangan Sassania hingga sekitar lima belas tahun saat Kaisar Bizantium Heraklius merebutnya kembali di tahun 629 M.

Orang  Muslim menganggap Yerusalem sebagai kota tersuci ke-tiga setelah Mekkah dan Madinah meskipun sesungguhnya nama kota Yerusalem tidak pernah satu kali pun disebut dalam Alquran. Orang-orang Muslim pada masa-masa awal menyebutnya Bait al-Muqaddas; selanjutnya lebih dikenal dengan al-Quds al-Sharif. Di tahun 638, Kekhalifahan Islam membentangkan kekuasaannya. Dengan adanya penaklukkan Arab, orang Yahudi diizinkan kembali ke kota. Khulafaur Rasyidin Umar bin Khattab menandatangani kesepakatan dengan Patriakh Kristen Monofisit Sophronius untuk meyakinkan dia bahwa tempat-tempat suci dan umat Kristen Yerusalem akan dilindungi dibawah kekuasaan orang Muslim. Umar memimpin dari Batu Fondasi di Bukit Bait, yang sebelumnya telah ia bersihkan untuk mempersiapkan bangunan masjid. Menurut uskup Gaul Arculf, yang tinggal di Yerusalem dari 679 hingga 688, masjid Umar merupakan bangunan kayu persegi yang dibangun diatas sisa-sisa bangunan yang dapat menampung 3.000 jamaah. Khalifah Abdul Malik dari Umayyah mempersiapkan pembangunan Kubah Shakhrah pada akhir abad ke-7. Sejarawan abad ke-10 al-Muqaddasi menulis bahwa Abdul Malik membangun altar untuk menyelesaikan kemegahan gereja-gereja monunental Yerusalem. Selama lebih dari empat ratus tahun berikutnya, ketenaran Yerusalem berkurang saat wilayah itu direbut dan menjadi wilayah kekuasaan Arab.

Tahun 1099, penguasa Fatimiyah mengusir penduduk Kristen asli sebelum Yerusalem ditaklukkan oleh Tentara Salib yang kemudian Tentara Salib membuat Kerajaan Yerusalem. Pada awal Juni 1099 populasi Yerusalem menurun dari 70.000 hingga kurang dari 30.000.

Tahun 1187, kota direbut dari Tentara Salib oleh Saladin yang mengizinkan orang Yahudi dan Muslim kembali dan bermukim di dalam kota. Dibawah pemerintahan Dinasti Ayyubiyyah Saladin, periode investasi besar dimulai dengan pembangunan rumah-rumah, pasar, kamar-mandi umum, dan pondok-pondok bagi peziarah, begitu pula ditetapkannya sumbangan keagamaan. Meski demikian, selama abad ke-13, Yerusalem turun status menjadi desa karena jatuhnya nilai strategis kota perjuangan Ayyubiyyah yang gagal.

Tahun 1244, Yerusalem dikepung oleh Kharezmian bangsa Tartar, yang mengurangi penduduk Kristen kota dan mengusir orang Yahudi. Khwarezmia dari bangsa Tatar diusir oleh Ayyubiyyah tahun 1247. Dari 1250 hingga 1517, Yerusalem dikusasai oleh Mamluk. Selama periode ini banyak pertentangan terjadi antara Mamluk di satu sisi dan tentara salib dan suku Mongol di sisi lain. Wilayahnya juga terimbas dari banyak gempa dan wabah hitam.

Tahun 1517, Yerusalem dan sekitarnya jatuh ke tangan Turki Ottoman yang masih mengambil kendali hingga 1917. Yerusalem menikmati periode pembaruan dan kedamaian dibawah kekuasaan Suleiman I – termasuk pembangunan ulang tembok-tembok yang mengelilingi Kota Tua. Selama masa penguasa-penguasa Ottoman, Yerusalem berstatus provinsi, jika dalam hal keagamaan kota ini menjadi pusat yang sangat penting, and tidak menutup diri dari jalur perdagangan utama antara Damaskus dan Kairo. Orang-orang Muslim Turki melakukan banyak pembaharuan: sistem pos modern diterapkan oleh berbagai konsulat; penggunaan roda untuk mode transportasi; kereta pos dan kereta kuda, gerobak sorong dan pedati; dan lentera minyak, merupakan tanda-tanda awal modernisasi di dalam kota. Pada paruh abad ke-19, bangsa Ottoman membangun jalan aspal pertama dari Jaffa hingga Yerusalem, dan pada 1892 jalur rel mulai mencapai kota.

Setelah aneksasi Yerusalem oleh Muhammad Ali dari Mesir tahun 1831, misi dan konsulat asing mulai menapakkan kakinya di kota. Tahun 1836, Ibrahim Pasha mengizinkan penduduk Yahudi Yerusalem memperbaiki empat sinagoga besar, termasuk diantaranya Sinagoga Hurva. Saat Revolusi Arab di Palestina 1834, Qasim al-Ahmad memimpin penyerangan dari Nablus dan menyerang Yerusalem, dibantu oleh klan Abu Ghosh, dan memasuki kota pada 31 Mei 1834. Orang Kristen dan Yahudi di Yerusalem menjadi target penyerangan. Tentara Mesir Ibrahim menaklukkan serangan Qasim di Yerusalem bulan berikutnya.

Kekuasaan Ottoman kembali lagi di tahun 1840, namun banyaknya orang Islam Mesir yang ada di Yerusalem dan orang Yahudi dari Algeria dan Afrika Utara yang berdatangan menyebabkan meningkatnya jumlah populasi di dalam kota. Di tahun 1840-an dan 1850-an, kuasa internasional mulai tarik tambang di Palestina saat mereka meminta perpanjangan perlindungan atas umat beragama minoritas di dalam negeri, sebuah perjuangan yang diangkat terutama oleh wakil konsuler di Yerusalem. Menurut konsul Prussia, populasi di tahun 1845 adalah 16.410 dengan 7.120 orang Yahudi, 5.000 Muslim, 3.390 Kristen, 800 tentara Turki dan 100 orang Eropa. Volume peziarah Kristen semakin meningkat selama kekuasaan Ottoman, dan menyebabkan populasi kota bertambah menjadi dua kali lipat selama Paskah.

Di tahun 1860-an, pemukiman baru mulai berkembang di luar tembok Kota Tua sebagai tempat menetap para peziarah dan untuk mengurangi tingkat kepadatan dan sanitasi yang buruk di dalam kota. Kamp Rusia dan Mishkenot Sha'ananim didirikan di tahun 1860. Tahun 1867 Misionaris Amerika melaporkan populasi kira-kira Yerusalem diatas 15.000 yang terdiri dari: 4.000 hingga 5.000 orang Yahudi dan 6.000 umat Muslim. Setiap tahun ada sekitar 5.000 hingga 6.000 Peziarah Kristen Rusia.

Tahun 1917 setelah Pertempuran Yerusalem, Tentara Britania dipimpin General Edmund Allenby mengepung kota dan di tahun 1922, LBB pada Konferensi Lausanne mempercayakan Britania Raya (negara Inggris) untuk mengatur Mandat bagi Palestina.

Dari tahun 1922 hingga tahun 1948 total populasi kota meningkat dari 52.000 menjadi 165.000 dengan dua pertiganya orang Yahudi dan sepertiga orang Arab (umat Muslim dan Kristen). Situasi antara orang Arab dan Yahudi di Palestina tidak tenang. Di Yerusalem, kerusuhan terjadi tahun 1920 dan tahun 1929. Dibawah pemerintahan Britania, taman-taman baru dibuat di pinggir kota di bagian utara dan barat kota dan institusi pendidikan tinggi seperti Universitas Ibrani didirikan.

Saat masa jabatan Mandat Britania untuk Palestina berakhir, Rencana Pembagian Palestina oleh PBB tahun 1947 mengusulkan "pembuatan rezim internasional khusus di Kota Yerusalem, mengesahkannya sebagai corpus separatum dibawah administrasi PBB. Rezim internasional (yang juga termasuk kota Bethlehem) tetap berlaku selama satu periode berkisar sepuluh tahun, kemudian sebuah referendum diadakan untuk memutuskan rezim masa depan kota. Namun, rencana ini tidak dilaksanaan karena perang tahun 1948 meletus, sementara Britania menarik diri dari Palestina dan Israel menyatakan kemerdekaannya. Perang memicu pemindahan populasi Arab dan Yahudi di kota. 1.500 penduduk Perempat Yahudi di Kota Tua terusir dan beberapa ratus dipenjara saat Legiun Arab mengepung Perempat itu pada 28 Mei. Legiun Arab juga menyerang Yerusalem Barat dengan sniper.

Tanah tak berpemilik antara Yerusalem Barat dan Timur mulai diurus pada November 1948: Moshe Dayan, komandan tentara Israel di Yerusalem bertemu dengan rekan Yordanianya Abdullah el Tell di sebuah tempat tinggal gurun di lingkungan Musrara Yerusalem dan menandai posisi mereka masing-masing: posisi Israel berwarna merah dan Yordania berwarna hijau. Peta kasar, yang tidak berarti sebagai suatu yang resmi, menjadi garis gencatan senjata final dalam Kesepakataan Gencatan senjata 1949, yang membagi kota dan meninggalkan Gunung Scopus sebagai daerah kantong Israel. Kawat berduri dan pagar beton penghalang dipasang di pusat kota dan tembak-tembakan militer sering pecah di wilayah gencatan senjata. Setelah pengesahan Negara Israel, Yerusalem dideklarasikan sebagai ibukotanya. Yordan yang meaneksasi Yerusalem Timur tahun 1950, memberlakukan hukum Yordania di wilayah itu. Hanya Britania Raya (Inggris) dan Pakistan yang menerima aneksasi tersebut, yang, terkait Yerusalem, berada atas dasar de facto. Juga, Yordania mengambil kendali tempat-tempat suci di Kota Tua. Bertolak-belakang dengan syarat-syarat perjanjian, orang Israel tidak diperkenankan masuk ke tempat-tempat suci, banyak diantaranya yang dinajiskan. Yordania mengizinkan akses sangat terbatas ke tempat-tempat suci Kristen. Selama periode ini, Kubah Shakhrah dan Masjid al-Aqsa direnovasi besar-besaran.

Setelah Israel merebut Yerusalem Timur di tahun Perang Enam Hari 1967, orang Yahudi dan Kristen diperbolehkan memasuki kembali tempat-tempat suci, sementara Bukit Bait masih menjadi yurisdiksi wakaf Islam. Perempat Maroko yang berbatasan dengan Tembok Barat, dikosongkan dan dihancurkan untuk membuat jalan agar dapat mengunjungi tembok itu. Sejak perang, Israel telah memperluas lingkar kota dan menetapkan lingkar pemukiman Yahudi di tanah kosong timur Garis Hijau. Namun, pengambilalihan Yerusalem Timur dikritik oleh dunia internasional. Setelah penyampaian Hukum Yerusalem Israel, yang menyatakan Yerusalem "sepenuhnya dan kesatuan" ibukota Israel, Dewan Keamanan PBB menyampaikan resolusi yang menyatakan hukum "pelanggaran hukum internasional" dan meminta semua negara-negara anggota menarik semua duta besarnya dari kota. Status kota ini, khususnya tempat-tempat suci, masih menjadi masalah inti konflik Israel-Palestina. Pemukim Yahudi telah mengambil alih situs-situs bersejarah dan membangunn di tanah yang disita dari orang Arab untuk meluaskan kehadiran orang Yahudi di Yerusalem Timur, sementara pemimpin-pemimpin Islam terkemuka mengklaim orang Yahudi tidak memiliki hubungan sejarah dengan Yerusalem dan menganggap Tembok Barat yang telah berusia 2500 tahun dibangun sebagai bagian dari masjid. Orang Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibukota negara Palestina di masa mendatang, dan perbatasan kota menjadi subyek pembicaraan bilateral.

 

A. Hubungan Alkitab dengan Yerusalem.

            Arti nama Yerusalem adalah kota damai atau rukun, namun faktanya sangatlah bertolakbelakang. Dari zaman ke zaman, Yerusalem tidak pernah luput dari pertikaian, peperangan dan pertumpahan darah, dan agaknya banyak sekali bangsa-bangsa yang ingin mendiami kota yang dianggap suci itu. Mengapa kota ini tampak begitu menarik perhatian bangsa-bangsa super power di dunia? Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor geografisnya. Kota Yerusalem yang berada di tanah Palestina (sebelumnya Yudea) terletak diantara tiga daratan benua, yaitu: benua Eropa, benua Afrika dan benua Asia. Jalur perdagangan dari dan menuju ke ketiga benua itu harus melewati kota Yerusalem. Dalam Kis. 2: 1-13, ketika peristiwa turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta, rasul-rasul Kristus berbicara mengenai Yesus Kristus dalam bahasa-bahasa orang yang berkumpul di Yerusalem pada saat itu. Orang-orang yang berkumpul di tempat itu ada yang dari Partia, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea, Kapadokia, Pontus dan Asia (sekarang Turki), Frigia, Pamfilia, Mesir, daerah-daerah Libia, Roma (Italia), Kreta (Yunani) dan orang Arab.

Kurang lebih 1400 tahun sebelum kedatangan Yesus Kristus, dengan penyertaan kuasa Allah, Musa yang selanjutnya diteruskan oleh Yosua memimpin bangsa Israel untuk memasuki tanah perjanjian, yaitu tanah yang dijanjikan Allah kepada nenek moyang Israel yaitu Abraham, Ishak dan Yakub. Israel dapat mengalahkan bangsa-bangsa kafir di wilayahnya itu dan menguasainya oleh karena kuasa Allah yang menyertainya. Ada tujuh (7) bangsa kuat yang mendiami tanah itu, yaitu: Orang Het, orang Girgasi, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus (Ul.7: 1). Yerusalem terletak di tengah daerah perbukitan, merupakan kota kunci dalam peristiwa-peristiwa historis dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, namun secara geografis sumbangan kota ini kurang menarik, dengan persediaan air yang terbatas, iklim yang tidak nyaman, dan tanah yang tandus akan tetapi di tangan orang-orang Yebus, kota ini terhampar dengan baik sekali di wilayah utara Yehuda, di perbatasan dengan suku-suku utara.

 

Orang Yebus adalah penduduk yang menghuni daerah di sekitar Yerusalem (Yos.15: 63). Di samping kota itu sendiri, yang merupakan kubu penting, tanah-tanah itu diduduki oleh Yosua ketika ia menggantikan Musa untuk memimpin bangsa Israel masuk tanah Kanaan (Yos.11: 3), Daud (2 Sam.5: 9) dan Salomo (1 Raj.9: 20-21) melengkapkan penaklukan itu dan Yerusalem menjadi ibukota kerajaan Israel yang menyatu dibawah kedua raja ini. Daud membeli beberapa bidang tanah dari Aruna, salah seorang penduduk Yebus, dan diatasnya dibangun sebuah mezbah (2 Sam.24: 18-24). Kecerdikan Daud adalah memilih kota yang netral ini sebagai ibukota ideal, sehingga dari sana ia dapat memerintah, baik utara maupun selatan dalam kesatuan religius dan politis. Di bawah Yoab, panglimanya, kota ini diserbu dan direbut (2 Sam. 5: 8). Yerusalem terletak di gunung Moria yaitu daerah perbukitan yang didiami oleh orang Yebus.

 

 

B. Peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan gunung Moria (gunung Sion):

 

1.         Sekitar tahun 1700 sM. Di Gunung Moria. Melkisedek, raja Salem, yang sekaligus juga sebagai imam Allah Yang Mahatinggi membawa roti dan anggur lalu memberkati Abraham. Salem adalah kata Ibrani untuk "damai", sebagai nama tempat Salem biasanya dihubungkan dengan Yerusalem (Maz.76: 3). Menurut arti namanya Melkisedek adalah pertama-tama raja kebenaran, ia adalah raja Salem (Yerusalem) yaitu raja damai sejahtera (Ibr.7: 2). Melkisedek adalah lambang dari Yesus Kristus yang membawa tubuh dan darah-Nya di atas kayu salib untuk menebus dosa manusia.

 

2.         Gunung Moria juga adalah tempat di mana Abraham waktu ia ingin menyembelih Ishak, anak yang dijanjikan itu, oleh karena iman Abraham telah teruji maka Allah menggantikan Ishak dengan seekor domba jantan untuk disembelih oleh Abraham (Kej.22:1-2). Hal ini adalah lambang dari Yesus Kristus, Sang Anak Domba Allah, yang disembelih untuk menebus dosa manusia.

 

3.         Sekitar tahun 962 sM. Di Gunung Moria, di Yerusalem adalah tempat dimana Salomo, anak Daud membangun Bait Allah dalam bulan Ziw, yaitu bulan kedua.

4.         Sekitar tahun 30 M. Di Gunung Moria yang disebut Sion, di Yerusalem, adalah tempat dimana Yesus Kristus, Sang Raja Damai, disiksa seperti layaknya anak domba yang dibawa ke pembantaian. Ia memberi tubuh-Nya untuk diremukan secara perlahan-lahan dan mencurahkan darah-Nya yang kudus untuk menyediakan keselamatan bagi semua orang yang mau datang kepada-Nya. Ia dijatuhi hukuman mati kemudian akhirnya mati disalibkan namun bangkit pada hari yang ke-tiga. Kematian dan kebangkitan Kristus menggenapi peristiwa-peristiwa Perjanjian Lama yang terjadi di gunung Moria.

Bangsa Israel terserak ke segala bangsa dan tinggal sebagai orang asing selama 2534 tahun yang mulai dari masa pembuangan ke Babel tahun 586 sM sampai kemudian berdirinya negara Israel tahun 1948 yang ditandai dengan datangnya sejumlah besar orang-orang Yahudi dari segala bangsa ke tanah Palestina. Apakah kedatangan orang-orang Yahudi ke tanah Palestina hanya bagian dari sistem politik dunia? Atau apakah hal itu merupakan peristiwa yang sudah di nubuatkan sebelumnya? TUHAN Allah berfirman melalui nabi Yeremia bahwa kerajaan Yehuda akan menjadi tawanan bangsa Babel dan tinggal di disana selama 70 tahun (Yer. 25: 11). Ketika bangsa Babel ditaklukan oleh Persia, genaplah firman TUHAN yang diucapkan Yeremia. Koresy, raja Persia itu memerintahkan kepulangan bangsa Israel ke Yerusalem.

Apakah yang perintah Koresy itu hanyalah kebijakan politik untuk mengambil hati orang Yahudi? TUHAN lah yang  menggerakan hati Koresy untuk menggenapkan nubuat yang diucapkan Yeremia, lagipula dalam 2 Taw.36: 23, Koresy sendiri dengan tegas menyatakan bahwa TUHAN Allah lah yang menugaskan dirinya untuk membangun kembali Bait Allah di Yerusalem, di tanah Yehuda dan memulangkan orang Yahudi ke tanahnya. Mengenai Koresy, TUHAN Allah sendiri mengatakan bahwa "Akulah yang menggerakan Koresy untuk maksud penyelamatan, dan Aku akan meratakan jalannya; dialah yang akan membangun kota-Ku dan yang akan melepaskan orang-orang-Ku yang ada dalam pembuangan, tanpa bayaran dan tanpa suap" (Yes.45: 13). Jadi, peristiwa kembalinya bangsa Yahudi dari Babel adalah nubuat Kitab Suci yang menyatakan bahwa sesudah genap 70 tahun bangsa itu akan kembali ke tanahnya.

Pada tahun 1948, dunia juga diperhadapkan dengan terbentuknya negara Israel yang berdaulat dan yang kemudian terjadinya eksodus besar-besaran bangsa Yahudi dari penjuru dunia. Apakah peristiwa ini hanya merupakan suatu kebijakan politik semata atau hanya suatu kebetulan yang menyebabkan situasi di Timur Tengah tegang? Kebanyakan orang Yahudi pada masa Yesus menganggap bahwa Mesias yang dijanjikan itu adalah Seseorang Pembebas yang akan membebaskan bangsa Israel dari kuasa penjajahan Romawi saat itu. Agaknya orang Yahudi membayangkan figur Mesias sebagai seorang pemimpin pemberontakan. Pola pikir yang keliru ini juga terdapat dalam benak murid-murid Yesus yang juga merupakan orang Yahudi. Dalam Lukas 24: 19-21, salah seorang dari murid Yesus dengan muka muram berkata "Yesus orang Nazaret yang adalah nabi yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah meyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibankan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan bahwa Dialah yang akan datang untuk membebaskan bangsa Israel." Murid itu tampaknya kecewa pada keputusan pemimpin-pemimpin agamanya dan merasa sedih karena harapannya untuk memiliki bangsa yang merdeka telah hilang seiring dengan kematian Yesus. Jadi, semua orang Yahudi, termasuk para murid Yesus agaknya mengharapkan bahwa Yesus adalah Pribadi yang akan memerdekakan bangsa Israel dari penjajah Romawi saat itu, mereka tidak mengerti dan memahami bahwa sesungguhnya kemerdekaan yang dijanjikan Yesus Sang Mesias adalah kemerdekaan umat manusia dari dosa dan hukuman kekal. 

Dalam Kis.1: 6-7, sebelum Ia terangkat ke sorga, Yesus menyatakan kepada murid-murid-Nya (walaupun secara tidak langsung) bahwa Israel akan dipulihkan. Murid-murid bertanya: "Tuhan maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?", Jawab Yesus: "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya.". Dalam percakapan itu, kita dapat mengetahui hasrat para murid Yesus yang ingin melihat kemerdekaan Israel dari Romawi namun Yesus agaknya mengatakan bahwa masa bagi terciptanya Israel yang merdeka belum genap. Yesus menghendaki murid-Nya untuk tidak terlalu memikirkan perkara yang di bumi tetapi perkara yang di atas (sorga) dengan menyebarkan berita Injil sampai ke ujung bumi (Kol.3: 2). Sebelum Yesus terangkat ke sorga, Ia mengatakan bahwa ada masa dan waktu yang ditetapkan Bapa untuk terciptanya Israel yang merdeka. Lalu kapankah masa dan waktunya itu? Masa dan waktu itu digenapi pada tahun 1948 yaitu saat negara Israel terbentuk. Kitab Suci memang telah menubuatkan tentang kelahiran, kematian, kebangkitan, kenaikan Yesus Kristus yang akhirnya sudah digenapi dan kedatangan-Nya akan segera akan digenapi tetapi waktu dan masanya tidak diketahui dengan pasti sebelumnya. Masa dan waktu mengenai terbentuknya negara Israel juga tidak diketahui dengan pasti sebelumnya sampai pada akhirnya tergenapi tahun 1948 hal ini sama seperti ketika nanti Yesus akan datang untuk yang kedua kalinya.

 

C. Nubuat tentang terbentuknya negara Israel.

 

Bangsa Israel sungguhnya belum benar-benar mendapatkan kemerdekaan atas tanah yang dijanjikan itu, mulai dari masa sekembalinya dari pembuangan di Babel (538 M). Setelah masa Babel, bangsa Israel masih kembali dijajah oleh bangsa Yunani, bangsa Romawi, kekaisaran Bizantium (Konstantinopel), bangsa Arab, bangsa Turki dan Britania (Inggris). Kitab Amos adalah kitab yang ditulis sebelum pembuangan ke Babel, yaitu dalam zaman Uzia, raja Yehuda dan dalam zaman Yerobeam, raja Israel. Dalam Amos 9: 14-15, kita membaca suatu pernyataan Allah mengenai bangsa Israel yang tertulis demikian:

"Aku akan memulihkan kembali umat-Ku Israel: mereka akan membangun kota-kota yang licin tandas dan mendiaminya; mereka akan menanami kebun-kebun anggur dan minum anggurnya; mereka akan membuat kebun-kebun buah-buahan dan makan buahnya. Maka Aku akan menanam mereka di tanah mereka, dan mereka tidak akan dicabut lagi dari tanah yang telah Kuberikan kepada mereka" firman TUHAN, Allahmu. (Amos 9: 14-15)

 

Ayat tersebut agaknya bukan mengacu pada masa setelah pembuangan dari Babel tetapi mengacu pada masa dimana Israel bebas sepenuhnya dari penjajahan asing manapun, karena faktanya bahwa setelah masa Babel, tanah perjanjian itu kembali berada dalam masa penjajahan bangsa-bangsa asing: Yunani, Romawi, Bizantium, Arab, Turki dan Inggris. Selama kurang lebih 2500 tahun, bangsa Israel masih terserak dan belum dapat membangun kota-kota yang licin dan diam di tanah itu dengan mengusahakannya seperti yang dinubuatkan dalam Amos 9: 14-15. Dalam Amos 9: 14-15, kita dapat melihat beberapa hal yang harus diperhatikan berhubungan dengan nubuat itu:

 

1. Allah akan memulihkan kembali Israel.

2. Orang Yahudi akan membangun kota-kota dan mengusahakan tanah yang dijanjikan itu.

3. Bangsa Israel akan dikumpulkan dan akan tinggal tetap di tanah yang dijanjikan itu dan tidak akan terserak lagi.

 

            Sebelum Yesus terangkat ke sorga, ia mengatakan kepada murid-murid-Nya bahwa ada suatu masa dan waktu dimana Allah Bapa menurut kuasa-Nya akan memulihkan Israel (Kis.1: 6-7). Pernyataan Tuhan kita itu agaknya berkaitan erat dengan pernyataan Allah yang terdapat dalam Amos 9: 14, "Aku akan memulihkan kembali umat-Ku Israel". Pada tahun 1948 nubuatan mengenai pemulihan Israel digenapi dengan terbentuknya negara Israel yang berdaulat yang diikuti datangnya orang-orang Yahudi dari berbagai negara ke tanah yang dijanjikan itu.

 

          Pada waktu itu Aku akan membawa kamu pulang, yakni pada waktu Aku mengumpulkan kamu, sebab Aku mau membuat kamu menjadi kenamaan dan kepujian di antara segala bangsa di bumi dengan memulihkan keadaanmu di depan mata mereka.

(Zefanya 3: 20)

Lalu bagaimanakah sikap dan pandangan kita sebagai murid-murid Kristus terhadap konflik di Timur Tengah? Kita perlu menyadari bahwa pengorbanan Kristus di kayu salib adalah untuk menyelamatkan semua orang di dunia ini dari hukuman kekal dan untuk itulah kita harus fokus pada perkara yang diatas yaitu memberitakan Injil sampai ke ujung bumi bukan fokus memikirkan situasi terkini politik dunia. Konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina sebenarnya adalah murni masalah hak kepemilikan tanah yang saat ini dikenal dengan sebutan tanah Palestina. Sekalipun ada beberapa kelompok yang mengkaitkannya dengan isu agama, hal itu dikarenakan kurangnya pemahaman yang disertai dengan fanatisme keagamaan yang buta. Bagi kita adalah Yesus Kristus mati untuk menyediakan keselamatan bagi semua orang di segala bangsa, suku dan bahasa. Agama dan kepercayaan di dunia boleh banyak tapi hanya ada satu Juruselamat dunia yang oleh-Nya setiap orang memperoleh kehidupan kekal.

 

Ketika para pemimpin bangsa di dunia ini melalui berbagai organisasi kemanusiaannya menjanjikan kedamaian dan ketentraman, hanya Yesus Kristus yang dengan tegas dapat berkata:"Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu" (Yoh.14: 27). Ketika para pemimpin agama-agama besar berceramah mengenai sorga, hanya Yesus Kristus yang dengan tegas dapat berkata:"Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati" (Yoh.11: 25). Agama dan dunia ini tidak dapat memberikan manusia kedamaian di bumi dan kepastian sorga setelah kematian (jamani) kelak. Namun hanya ada Satu Pribadi yang telah mengatakan dan membuktikannya, yaitu Dia yang telah mati disalibkan lalu bangkit dari kematian pada hari ke-3, Yesus Kristus. 

 

Sejarah menyatakan bahwa nama Palestina yang berasal dari kata Ibrani "Filistin" adalah nama yang dibuat oleh kaisar Roma, Andrianus pada tahun 135 M. Perubahan nama ini dimaksudkan untuk menjauhkan orang Yahudi dari tanah dan negaranya dan agar mereka kehilangan semangat nasionalismenya dan agar orang-orang Yahudi pada masa itu kehilangan status kebangsaannya. Sejak nama Palestina dikenakan pada tanah itu, secara turun temurun orang-orang yang tinggal disana menyebut dirinya bangsa Palestina, mereka adalah orang Yahudi, Arab, Mesir, dan berbagai pendatang lainnya dari Eropa. Jadi sesunguhnya, bangsa Palestina bukanlah bangsa Filistin yang terdapat dalam kisah Perjanjian Lama, hanya namanya saja yang dikutip oleh kaisar Andrianus. Tanah Kanaan adalah tanah yang dijanjikan Allah kepada Abraham yang diteruskan kepada bangsa Israel. Ketika bangsa itu keluar dari tanah Mesir, Allah memimpin mereka untuk masuk ke tanah Kanaan, dan mereka menaklukan bangsa-bangsa kafir yang berdiam di tanah itu dengan penyertaan Allah melalui Musa.

 

Tanah yang dijanjikan itu terbentang dari Dan yaitu yang berbatasan dengan pegunungan Libanon di utara sampai pada Bersyeba di selatan (1 Sam.3: 20) yang jaraknya " 240 km. Nama Palestina diberlakukan pada tahun 135 (abad ke-2) untuk mengganti nama provinsi Yudea, dimana kota Yesusalem terletak. Namun setelah masa Romawi berakhir dan ketika Yerusalem berada dalam penguasaan Islam sampai abad 20, selama tenggat waktu yang cukup lama itu, nama Palestina lama-kelamaan dipakai untuk merujuk luas daerah dari Dan di utara dan Bersyeba di selatan. Orang-orang Zionis modern melihat negara Israel sebagai termasuk dalam janji negeri dari zaman dulu, mereka mengklaim tanah Palestina merupakan tanah yang dijanjikan itu.

 

Banyak orang Muslim menganggap bahwa perang yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina adalah sebuah peperangan antara agama Yahudi atau agama Kristen terhadap agama Islam. Dan juga ada beberapa komentator Muslim yang mengkaitkan Jihad dengan perang dalam Perjanjian Lama yang dilakukan bangsa Israel yang dipimpim Musa lalu Yosua. Bagi orang Muslim jihad berarti berperang untuk membela agama Allah dan mereka percaya bahwa seseorang yang mati dalam jihad rohnya akan langsung menuju sorga. Mereka percaya darah mereka membeli jaminan kekal mereka. Inilah konsep jihad yaitu mati sebagai martir di dalam sebuah fatwa yang dinyatakan. Dalam Alquran, jihad adalah perang untuk membela Allah tetapi dalam Alkitab (khususnya dalam PL) justru Allah lah yang berperang untuk umatnya pilihannya. Dalam Alquran, orang yang mati dengan mencurahkan darahnya dalam perang jihad untuk Allah akan memperoleh hidup kekal tetapi dalam Alkitab, justru Allah lah yang mati dengan mencurahkan darah-Nya di kayu salib untuk menyediakan hidup kekal bagi manusia. 

 

Beberapa komentaor Muslim lainnya mengganggap bahwa pengajaran Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sangatlah bertolakbelakang. Mereka berkata bahwa kisah di PL menggambarkan kekerasan sedangkan kisah di PB menggambarkan kasih dan kelembutan. Dalam PL, Allah memang berfirman untuk memerintahkan Israel untuk membunuh, mambakar dan menumpas habis bangsa-bangsa kafir untuk dapat masuk dan mendiami tanah perjanjian itu (lih. Ul. 7) tetapi hal itu terjadi apabila selama mereka taat, apabila Israel tidak taat, bersungut-sungut kepada Allah atau murtad dengan menyembah berhala maka Israel sendirilah yang akan ditumpas oleh bangsa kafir itu (Ul.1: 41-46). Kisah-kisah dalam PL menggambarkan dengan jelas bahwa Allah sangat membenci dosa dan dosa harus dihukum. Sekalipun Allah memihak kepada bangsa Israel, namun apabila bangsa itu melakukan penyembahan kafir seperti yang dilakukan bangsa-bangsa disekitarnya maka Allah tidak segan-segan untuk menyerahkan bangsa Israel untuk ditumpas. Allah mempunyai 2 karakter dasar, yaitu: Kasih dan Keadilan. Allah sangat mengasihi manusia namun dilain sisi keadilan-Nya harus menghukum dosa manusia. Jadi, jangan mendefinisikan atau menyamakan perintah Allah kepada Israel untuk menumpas bangsa-bangsa kafir pada zaman itu seperti halnya fatwa berjihad dalam ajaran Muslim. Karena sama sekali berbeda dalam hal konteks, motivasi dan sasaran rohaninya. 

 

PL mengajarkan bahwa dosa-dosa manusia harus mendatangkan hukuman tanpa ampun dan Allah mengasihi umat Israel dan bangsa lain untuk hidup dalam kasih-Nya. Ia ingin agar bangsa Israel pada zaman PL dapat menarik bangsa-bangsa kafir untuk menyembah-Nya, Allah yang maha kuasa. PB juga mengajarkan penghukuman atas dosa-dosa manusia dan Allah yang mengasihi kita. Namun dalam PB, Allah sendirilah yang menanggung hukuman dosa-dosa manusia dengan mengutus Yesus Kristus ke dalam dunia. Ia melakukan itu karena Ia mengasihi kita. Jadi, pengajaran PL dan PB adalah sama yaitu mengenai kasih dan keadilan mutlak Allah. 

 

Alkitab menyebutkan bahwa ada orang-orang asing (non-Israel) yang ikut dalam perjalanan bangsa Israel ke tanah perjanjian (Bil.9: 14) dan mereka harus dihormati dan dikasihi (Kel.22: 21; 23: 9). Bangsa Israel pada zaman itu berperang bukan untuk mati memperoleh sorga ataupun untuk memberikan kemenangan pada Allah ataupun berperang untuk membela Allah TETAPI bangsa Israel melakukan perang Tuhan yaitu perang dimana Allah lah yang berperang untuk memberikan umat-Nya kemenangan (Ul.23: 22). Dengan demikian, sudut pandang dan motivasi perang dalam jihad sangatlah bertolak belakang dengan sudut pandang dan motivasi perang dalam PL. Jadi, firman yang diucapkan Allah dalam PL dan PB adalah sama, yaitu: Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu (Ul.6: 5); Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Im.19: 18). Bukankah Yesus Kristus juga berkata demikian? (lih. Mat.22: 34-40).       

           

Kasih Allah dalam PL hanya ditujukan kepada bangsa Israel dan juga bangsa-bangsa asing yang tinggal bersamanya. Orang Israel asli dan orang asing itu harus melaksanakan aturan-aturan Taurat yang diberikan Allah kepada Musa. Namun, kasih Allah dalam PB ditujukan kepada semua orang dari segala bangsa. Oleh karena Yesus telah datang untuk menggenapi hukum Taurat (Mat.5: 17) maka orang-orang dari segala bangsa yang percaya kepada Yesus tidak lagi harus tunduk dan melaksanakan aturan-aturan Taurat tetapi hukum kasih. Jadi, dalam cinta kasih Allah dalam Yesus, tidak ada lagi Yahudi, Arab, Romawi, Yunani dll, semuanya adalah satu. 

 

Sebagai orang Kristen, kita harus melihat masalah klasik antara Israel dengan Palestina ini dari sudut pandang Tuhan kita, Yesus Kristus, sebab tanah perjanjian yang dijanjikan Tuhan Yesus bagi segala bangsa yang menerima-Nya adalah yang rohani, yaitu Yerusalem sorgawi bukannya yang duniawi seperti tanah perjanjian di Palestina sana. Hanya kasih Kristus dan doa orang-orang percaya yang dapat memperdamaikan, semangat fanatisme keagamaan tidaklah dapat menyelesaikan apapun. Kita harus berdoa bagi perdamaian antara negara Israel dan Palestina dan juga bagi bangsa-bangsa di dunia, sebab Yesus Kristus telah mati di kayu salib untuk menebus segala bangsa di dunia. Yesus Kristus tidak memandang ras, suku, gender, ataupun tingkat sosialnya karena siapa yang menerima-Nya akan menjadi satu dalam kerajaan-Nya yang kekal.

 

Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. …Jikalau Allah sedemikian mengasihi kita,

 maka haruslah kita juga saling mengasihi.

(1Yohanes 4: 10-11)

 Negara Israel akan selalu mendapat tekanan dari bangsa-bangsa disekitarnya, keadaan ini agaknya tidaklah berbeda seperti era Perjanjian Lama, saat bangsa Israel mendiami tanah Kanaan. Namun kita tahu bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang selalu menepati janji-Nya. Negara Israel terbentuk pada tahun 1948 secara tidak diduga-duga, dan respon pertama bangsa-bangsa disekitarnya adalah mencoba menggagalkannya. Dan kita tahu bahwa salah satu tugas besar Iblis adalah menggagalkan rencana Allah seperti apa yang dilakukan Herodes dengan membunuh anak yang berumur dua tahun kebawah di masa ketika Yesus dilahirkan ke dunia (Mat.2: 16-18). Reaksi Iblis (melalui Herodes) ketika Yesus Kristus dilahirkan di Betlehem adalah mencoba membunuh-Nya, demikian juga halnya ketika negara Israel terbentuk, reaksi Iblis adalah mencoba menghancurkannya. Kelak kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya sebagai Hakim akan secara tiba-tiba, seperti terbentuknya negara Israel yang tak disangka-sangka. Masa dan waktunya sudah sangat dekat dimana Iblis dan orang-orang yang menolak keselamatan dalam Yesus Kristus akan dilempar ke dalam lautan api selama-lamanya, dan kita umat pilihan Allah yang telah ditebus dari segala bangsa dan bahasa akan hidup selama-lamanya dalam kerajaan Allah.

Pandangan orang-orang Yahudi (di negara Israel sekarang) terhadap Yesus Kristus dalam kekeristenan tidaklah berbeda dengan zaman Yesus dulu. Mereka masih menolak Yesus Kristus yang disalibkan itu sebagai Mesias yang mereka tunggu-tunggu. Namun, di Israel sekarang ini ada komunitas Yahudi yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, mereka dinamakan Messianic Yahudi. Jumlah mereka sedikit sekali, sekitar 6000-15.000 (kemungkinan besar akan semakin bertambah) tetapi mereka menyebabkan kebencian pada populasi Yahudi yang lebih besar sejak zaman Yesus. Beberapa rabi memandang perpindahan keyakinan Messianic orang Yahudi kepada Kristen sebagai bagian dari rancangan besar para penginjil untuk menggenapi nubuatan Alkitab (yang membutuhkan pertobatan orang-orang Yahudi) dan mempercepat kedatangan Mesias. Messianic Yahudi ikut merayakan acara-acara Yudaisme (agama Yahudi), perayaan dan adat istiadatnya tetapi mereka percaya bahwa Yesus sebagai Mesias.

Tetapi, akhir-akhir ini, kemarahan diantara orang Yahudi ortodok garis keras telah menyebarkan kekerasan yang terisolasi. Orang-orang Messianic Yahudi yang tinggal di padang gurun Negev berkata bahwa mereka terus menerus dilecehkan dan diserang oleh murid-murid yeshiva, beberapa mereka terinspirasi oleh Yad L'achem, organisasi keagamaan yang didirikan untuk membasmi kegiatan missionari di Israel. Orang-orang Kristen yang tinggal di Israel berkata bahwa selama mereka menjauh dari pelayanan missionari (yang dilarang oleh pemerintah Israel) mereka boleh beribadah dengan bebas. Pemerintah Israel dalam posisi serba-salah: Pemerintah ingin mengijinkan para penziarah Kristen menuju Tanah Suci demi pendapatan dari bidang pariwisata, tetapi pemerintah juga ingin menghalangi para missionari yang berusaha menarik orang Yahudi kepada kekeristenan. Mari kita berdoa bagi pekabaran Injil di tengah-tengah bangsa Yahudi di Israel.

Tuhan kita telah mengatakan: "Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah terlebih dahulu membenci Aku dari pada kamu."(Yoh.15: 18). Dimanapun Injil diberitakan, disitu pasti ada pertentangan. Pertentangan ini adalah kesaksian Iblis, sang penguasa dunia (hanya sementara) atas kabar keselamatan dalam Yesus Kristus. Fanatisme hukum-hukum keagamaan dan kekerasan radikal atas nama agama, animisme, olkutisme, komunisme, hendonisme, liberalisme, materialisme, kaum ateis dll merupakan tembok-tembok penghalang yang menghalangi manusia untuk mengenal kabenaran dan kasih Yesus Kristus. Bagi manusia adalah mustahil untuk memenangkan mereka namun bagi Allah kita tidak ada yang mustahil. Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti akan mengalami kematian (jasmani) tetapi tidak semua orang yang memiliki jaminan kehidupan kekal setelah kematian. Bagi setiap orang yang memiliki Kristus di dalam hatinya, kematian adalah awal dari kehidupan kekal. Yesus datang ke dunia bukan untuk menawarkan agama baru kepada manusia tetapi Ia datang untuk menawarkan kehidupan kekal dalam kerajaan sorga bagi orang yang mau percaya pada-Nya dan bertekun dalam ajaran-Nya.

Yesus berkata:"Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."(Yoh.10: 10b). Jangan terlalu menjadikan bencana-bencana alam, kabar perang bahkan munculnya ajaran-ajaran sesat yang menentang Injil sebagai patokan dasar tanda kedatangan Yesus karena itu semua akan ada di sepanjang zaman. Namun Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa Kristus akan datang setelah kabar Injil sudah diberitakan di semua bangsa (band. Mat.24: 14), hal ini bukan berarti semua orang di dunia akan menjadi Kristen. Jemaat Kristen pada abad pertama mungkin menganggap ayat ini masih terlihat jauh penggenapannya, tetapi pada abad sekarang ini, dengan kemajuan teknologi informasi yang pesat, penggenapan ayat itu sudah semakin mendekati penggenapannya walaupun tidak ada seorangpun tahu kapan hal itu terjadi. Sebagai orang Kristen kita harus memelihara keselamatan yang kita peroleh ini dengan hati-hati dengan menjaga cara hidup kita berdasarkan ajaran Kristus sebab waktunya telah sangat singkat sekali.        

          Dalam konteks Perjanjian Baru, diamana Yesus telah menebus semua bangsa dari dosa, istilah Israel dikiaskan sebagai gereja. Rasul Paulus menandaskan bahwa janji Allah yang diberikan kepada umat Yahudi kini telah diwarisi umat Kristen, yang adalah sisa yang setia (Rom.9: 6). Pemilihan Yesus atas keduabelas murid menandakan semacam hubungan berkelanjutan dari keduabelas suku Israel and gereja disebut sebagai keduabelas suku diperantauan (Yak.1: 1,bnd 1 Pet.1: 1). Paulus menyebut gereja, yang merupakan campuran umat Yahudi dan bukan Yahudi, sebagai Israel miliki Allah. Dengan demikian gereja adalah Israel baru yang akan mewarisi tanah perjanjian kekal, yaitu kerajaan Allah.

 

Dan Injil Kerajaan ini akan di beritakan ke seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.

(Matius 24: 14)

 

 

 

II. SEJARAH ALKITAB

 

            Ketika Yesus datang ke dalam dunia bukan untuk duduk dan menghabiskan waktu-Nya untuk menulis kitab-kitab tetapi Ia datang untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang telah diperintahkan Allah untuk disampaikan kepada umat manusia. Dalam 3 tahun masa pelayanan-Nya, Ia memang tidak menulis satu kitab pun, namun Ia menuliskan pesan Injil kerajaan Allah itu dalam loh hati murid-murid-Nya. Era perjanjian baru sesungguhnya telah dinubuatkan oleh Allah dalam kitab Yeremia 31. Perjanjian baru yang dimaksud itu adalah suatu masa di mana akan tiba saatnya bahwa Taurat TUHAN akan terukir dalam hati dan batin umat manusia, pertama-tama dari kaum Yahudi lalu kepada seluruh bangsa dan kaum diseluruh dunia. Penggenapan nubuatan ini akhirnya digenapi dengan perkaatan Yesus, yang berkata "…Aku datang bukan untuk meniadakannya (hukum Taurat), melainkan untuk menggenapinya". Jadi, berita Injil diberikan dan dinyatakan Yesus kepada murid-murid-Nya secara lisan yang didasari oleh peristiwa-peristiwa faktual yang menyatakan bahwa Yesus adalah Allah Yang Maha Kuasa. Jadi, melalui kematian dan kebangkitan Yesus, manusia yang percaya tidak akan mengalami hukuman melainkan akan memperoleh kehidupan kekal dalam kerajaan sorga, yaitu barangsiapa yang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya serta bertekun dalam pengajaran-Nya sampai saat Ia datang kembali.         

           

Alkitab (Bible) berasal dari kata Yunani Biblia yang berarti "kitab-kitab". Perjanjian Lama terdiri dari 24 kitab yang ditulis dalam bahasa Ibrani (beberapa perikop ditulis dalam bahasa Aram), tetapi pada waktu Reformasi, kitab-kitab Ibrani itu disusun ulang sehingga seluruhnya menjadi 39 kitab yang merupakan jumlah dalam Authorized Version (KJV) dan revisi-revisi berikutnya. Perjanjian Baru terdiri dari 27 kitab yang ditulis dalam bahasa Yunani. 

 

Secara tradisional, Alkitab Ibrani dibagi menjadi tiga bagian: Taurat (Torah), Nabi-nabi (Nebi'im) dan kitab-kitab (Ketubim). Orang Yahudi menggunakan akronim (singkatan) "Tanak" untuk Kitab Suci mereka. Tanak merupakan kata yang dibentuk dari huruf-huruf pertama Torah, Nebi'im dan Ketubim.

 

1.      Taurat (Torah) yaitu kelima kitab pertama yang disebut juga Pentateukh: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan.

2.      Nabi-nabi (Nebi'im): Yusak, Hakim-hakim, Samuel, Raja-raja.

Nabi-nabi yang kemudian: Yesaya, Yeremia dan Yehezkiel.

Dua belas nabi-nabi kecil: Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zafanya, Hagai, Zakaria dan Maleakhi.

3.      Kitab-kitab (Ketubim): Mazmur, Ayub, Amsal Salomo, Rut, Kidung Agung, Pengkhotbah, Ratapan, Ester, Daniel, Ezra, Nehemia dan Tawarikh.

 

Kanon, dalam bahasa Yunani, berarti "penggaris" atau "ukuran" dan dikenakan pada kitab-kitab dalam Alkitab yang dianggap otoritatif.

 

Terjemahan Alkitab Ibrani (Tanak) ke dalam bahasa Yunani dikenal sebagai "Septuaginta (LXX)". LXX berisikan kitab-kitab yang tidak terdapat dalam Tanak yang disebut sebagai apokrif. LXX memuat Tanak yang ditambah: 1 Edras, Kebijaksanaan Salomo, Yesus ben Sirakh, Yudit, Tobit, Barukh, Surat Yeremia, 1, 2, 3, 4 Makabe, Tambahan Kitab Daniel dan Tambahan Kitab Ester. Septuaginta dinyatakan dengan tanda LXX, yang diambil dari legenda bahwa terjemahan Yunani dari PL Ibrani itu dilakukan di Aleksandria oleh 70 (atau 72) ahli Yahudi dalam 70 hari. Terjemahan Alkitab bahasa Yunani ini dilakukan pada tahun 245-246 sM. LXX merupakan perbandingan berharga untuk naskah Ibrani resmi dan LXX menjadi Alkitab orang Kristen mula-mula yaitu masa ketika Kanon PB belum terbentuk.

 

Setelah keruntuhan Yerusalem (70M) masa depan Yudaisme (agama Yahudi) ditegakan oleh tradisi para rabi Farisi. Mereka menerima 24 kitab dalam Kitab Suci Ibrani sebagai yang otoritatif, tetapi menolak tambahan manuskrip-manuskrip yang terdapat dalam LXX dan menyatakannya sebagai kitab-kitab apokrif (yang "disembunyikan"). Pada tahun 383 – 405 M, Hieronimus menerjemahkan PL ke dalam bahasa Latin yang dikenal dengan "Vulgata" atas permintaan Paus Damasus, ia memperlakukan tambahan-tambahan apokrif bukan sebagai Kanon (yang otoritatif) namun hanya sebagai sesuatu yang mendatangkan kebaikan. Gereja Katolik Roma memasukan kitab-kitab aprokif dari LXX sehingga PL Katolik Roma menjadi 43 kitab. Dalam era Reformasi, kaum Protestan kembali pada kanon PL Ibrani yang lebih pendek, hal ini dikarenakan mereka tidak mengakui doktin Katolik dalam kitab-kitab apokrif PL seperti: 2 Makabe (mengenai doktrin api penyucian) dan kitab Tobit (mengenai pembenaran oleh perbuatan). Mereka juga menggangap bahwa kitab-kitab apokrif tersebut berisi doktrin seperti doa untuk orang mati. Meskipun ada perbedaan kanon PL diantara Katolik dan Protestan, hal tersebut bukanlah persoalah yang harus dipertentangkan karena Kitab Suci tidak dapat memberikan keselamatan, hanya melalui iman dalam Yesus Kristus lah keselamatan dapat diperoleh oleh setiap orang.

 

Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia (Yesus), sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.

(Kisah Para Rasul 4: 12)

 

Proses akhir penentuan kanon dalam Perjanjian Lama (39 kitab) dan Perjanjian Baru (27 kitab) berlangsung secara bertahap dan kotroversial. Dalam pembentukan kitab-kitab kanonik PB (khususnya keempat Injil kanonik: Matius, Markus, Lukas dan Yohanes), banyak terdapat tantangan dan argumentasi-argumentasi yang kedengaran aneh mengenai Yesus yang berasal dari tulisan aliran bidat-bidat Gnostikisme dan montanisme yang ajarannya sangat bertentangan dengan karya keselamatan dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Athanasius dari Aleksandria menulis sepucuk surat pada tahun 367 M, memberikan daftar 27 kitab PB (dan beberapa lainnya untuk bacaan pribadi). Hal ini menjadi bukti pertama kanon akhir lengkap dari kekeristenan Timur. Konsili Kartago (397 M) melarang kitab-kitab non-kanonik dibaca secara umum, dan melampirkan daftar resmi ke-27 kitab kanonik. Ketetapan kanon resmi PB merupakan pertahanan Katolikisme Ortodoks dalam melawan aliran-aliran bidat Gnostikisme dan montanisme. Kriteria penerimaannya antara lain: Kepenulisannya oleh seorang rasul; reliabilitas dari saksi Kristus dan kesepakatan luas gereja-gereja.

 

Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.

(Lukas 24: 27)

 

            Kitab Suci yang digunakan pada masa pelayanan Yesus di bumi tampaknya adalah adalah Alkitab Ibrani (Tanak) atau mungkin juga adalah Septuaginta (LXX), namun hal itu tidak dapat dipastikan secara pasti dan jelas Alkitab terjemahan mana yang lebih cenderung digunakan pada saat itu. Dalam Lukas 24: 27 dan 44, Yesus menjelaskan bahwa Kitab Suci yang dimaksud pada saat Ia masih ada di bumi adalah kitab-kitab Musa (Torah), kitab nabi-nabi (Nebi'im) dan kitab-kitab (Ketubim) yang di wakilkan oleh kitab Mazmur. Menurut kamus Alkitab (W.R.F Browning), Kitab Suci dalam Yudaisme (agama Yahudi) akhirnya terbatas pada kitab-kitab PL yang diakui secara kanonik (24 kitab, yang setelah disusun ulang tanpa menambahkannya menjadi 39 kitab). Orang Kristen awal menggunakan PL dalam bahasa Yunani (LXX), yang adalah Kitab Suci bagi mereka tetapi dalam perjalanan sejarah tulisan-tulisan Kristen juga menjadi "kitab suci" pada waktu pengertian kanon dirumuskan. Selama masa pelayanan-Nya di muka bumi, Yesus pernah mencela ahli-ahli agama Yahudi oleh karena kebutaan rohani yang mereka alami. Yesus mengatakan kepada mereka: "kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya, kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu."(Yoh.5: 39-40).

 

            Kelihatannya Yesus mengatakan kepada ahli-ahli agama Yahudi seperti ini" Kitab-kitab Suci tidak dapat memberikan engkau keselamatan dan kehidupan kekal. Kitab-kitab Suci hanyalah petunjuk arah ke dalam keselamatan dan kehidupan kekal itu yang hanya dapat diberikan oleh Aku seorang". Kitab-kitab Suci berbicara dengan jelas bahwa Sang Juruselamat yang dijanjikan itu adalah Yesus yaitu Ia yang menyediakan kehidupan kekal, namun agaknya saat itu ahli-ahli agama Yahudi yang setiap hari membaca Kitab-kitab Suci itu masih menyelidiki tentang kapan Mesias akan datang, mereka tidak dapat menyadari dan melihatnya bahwa sebenarnya, Mesias yang selalu mereka selidiki kedatangan-Nya itu adalah Ia yang sedang berbicara depan mata kepala mereka sendiri. Sang pelayan Injil, rasul Paulus, juga dengan jelas mengingatkan bahwa Kitab Suci dapat memberi hikmat dan menuntun seseorang kepada keselamatan oleh iman kepada Yesus Kristus (2 Tim.3: 15). Jadi, Kitab Suci sesunggunghnya adalah penuntun kepada keselamatan dalam Yesus Kristus.  

 

Kesimpulannya adalah orang-orang yang mau datang dan menyembah Yesus Kristus lah yang memiliki kehidupan kekal bukannya orang-orang yang hanya menyelidiki dan memperdebatkan Kitab Suci tapi tidak mau datang kepada Yesus dan menyembah-Nya. Perjanjian Lama (Tanak) mengabarkan bahwa Yesus Kristus akan datang dan menebus dosa manusia, sedangkan Perjanjian Baru mengabarkan bahwa Yesus Kristus sudah datang dan sudah menebus dosa manusia dan Ia akan datang lagi untuk menghakimi dunia ini dan memerintah bersama-sama orang-orang yang percaya dan menuruti firman-Nya. Terjemahan Alkitab yang mencakup PL (39 kitab) dan PB (27 kitab) yang diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa-bahasa di dunia sesungguhnya mengungkapkan suatu kerinduan hati Allah untuk menyelamatkan orang-orang dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa untuk tinggal dalam kerajaan-Nya selama-lamanya (Wah.7: 9).

 

Sebab Engkau saja yang kudus; karena semua bangsa akan datang dan sujud menyembah Engkau

(Wahyu 15: 4b)

 

            Allah yang kita sembah bukanlah Allah yang memberikan kesulitan untuk memahami karya keselamatan yang telah dilakukan-Nya dalam Yesus Kristus. Dari tahun ke tahun, Alkitab terjemahan bahasa Indonesia juga banyak mengalami revisi, seperti halnya Alkitab terjemahan bahasa Inggris modern dan proses tersebut tidaklah lepas dari campur tangan Roh Kudus. Kalau seandainya Alkitab tidak terjemahan ke dalam bentuk bahasa-bahasa di dunia, tentunya setiap orang percaya dari berbagai bangsa pasti akan sangat kesulitan sekali untuk memahami firman Allah secara utuh. Bayangkanlah, Apabila para pendeta dan umat Kristen di seluruh dunia harus membaca, berkhotbah atau mengajar umat dengan menggunakan bahasa aslinya, yaitu Ibrani kuno, Aram dan Yunani kuno, pasti akan banyak waktu yang akan kita habiskan hanya untuk belajar dan memahami bahasa yang bukan merupakan bahasa Ibu kita. Lalu bagaimana kita dapat menjadi pelaku firman kalau kita tidak mengerti huruf-huruf yang kita baca dan ucapkan??? Bukankah Tuhan kita telah berkata bahwa orang yang mendapatkan kehidupan kekal adalah orang yang mau datang kepada Yesus Kristus dalam iman bukannya orang yang hanya sekedar menyelidiki dan membaca Kitab Suci (Alkitab) tanpa memahaminya. Sebagai orang Kristen, kita perlu mengucap syukur kepada Tuhan Yesus karena oleh karena kasih karunia-Nya bangsa-bangsa di dunia dapat mengerti dan memahami tentang karya keselamatan yang di anugerahkan Allah yang tercatat di Alkitab.

 

            Mengapa Alkitab dalam berbagai bahasa mengalami berbagai revisi? Ilmu bahasa (Linguistik) tidaklah seperti kajian ilmu pasti seperti Matematika atau Fisika. Ada beberapa aspek yang menjadi dasar dalam kajian bahasa, salah satunya adalah Productivity (Keproduktifan). Aspek ini menunjukan bahwa bahasa itu bersifat produktif. Keproduktifan dalam bahasa adalah kreatifitas untuk menggunakan sumber-sumber bahasa untuk membuat kalimat-kalimat dan ekpresi-ekspresi yang baru. Ini merupakan sebuah aspek bahasa yang dikaitkan dengan fakta bahwa jumlah ucapan-ucapan yang mungkin dalam setiap bahasa yang digunakan manusia adalah tidak terbatas. Dalam kurun waktu tertentu bahasa akan terus memproduksi kosa kata baru dan juga akan ada kosa kata yang sudah tidak layak digunakan lagi, sebagai contoh: Ejaan dan kosakata bahasa Indonesia yang kita gunakan pada masa ini sebagian besar tidaklah sama dengan ejaan dan kosakata yang digunakan 60 tahun lalu.

 

            Jadi, revisi-revisi Alkitab dalam karya terjemahan manapun adalah sangat dimungkinkan dilakukan mengingat dari sifat bahasa itu sendiri yang memiliki keproduktifan. Dalam menerjemahpun, terdapat aturan-aturan dasar yang harus diperhatikan. Dalam menerjemahkan, si penerjemah  tidak boleh keluar dari makna dasar bahasa aslinya (B1). Sekalipun Alkitab yang dibaca oleh semua orang Kristen di dunia adalah hasil dari terjemahan para ahli Linguistik dan Kitab-kitab Suci, namun makna dasarnya tidak keluar dari bahasa aslinya (B1) yaitu bahasa Ibrani kuno, Aram dan Yunani kuno. Variasi-variasi kosakata dalam setiap frasa dan kalimat yang terbentuk dalam setiap revisi terjemahan Alkitab sesungguhnya menunjukan betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus yang dapat menjangkau semua bangsa, kaum dan bahasa untuk mengenal karya keselamatan. 

 

 

A. Terjemahan Alkitab ke dalam Bahasa Inggris modern.       

 

Authorized Version adalah Alkitab yang pertama-tama diterjemahkan ke dalam bahasa inggris yang diterbitkan pada tahun 1611, sehingga bahasanya masih bahasa inggris kuno. Keindahan bahasa ini membuat terjemahan itu elegan. Selain itu terjemahan ini dikenal akurat sesuai dengan kata-kata aslinya. Meskipun tidak secara formal 'authorized', secara umum terjemahan ini diterima untuk resmi dibaca dalam gereja. Karya ini dimulai pada Hampton Court Conference tahun 1604 atas prakarsa raja James I, karena itu Authorized Version juga dikenal sebagai King James Version (KJV). Terjemahan ini sebagian didasarkan pada terjemahan dari bahasa asli karya William Tyndale dan diselesaikan dalam lima tahun oleh enam komisi yang seluruhnya terdiri dari 54 sarjana, melalui sidang-sidang di Oxford, Cambridge dan Yerusalem Chamber of Westminster Abbey (Majelis Biara Westminster di Yerusalem). Namun pada abad ke-19, terjemahan ini dianggap tidak memuaskan lagi mengingat banyaknya pengetahuan baru mengenai manuskrip-manuskrip Yunani dan versi-versi kuno dalam bahasa-bahasa yang lain. Jadi proses revisi masih berada dalam gerak.

 

Revised Version (RV) adalah Alkitab terjemahan King James Version (KJV) yang telah direvisi. Pembuatan Alkitab ini dipelopori oleh gereja Inggris dan dikerjakan oleh suatu komisi para ahli dari berbagai gereja Protestan. PB diterbitkan tahun 1881 dan PL tahun 1885. Pernah dilakukan konsultasi dengan sarjana-sarjana Amerika, namun revisi bersama tersebut tidak diterbitkan. Pada tahun 1900-1901 komisi Amerika menerbitkan Standard Version (SV) dengan melampirkan variasi-variasi RV Inggris, sedangkan RV Inggris melampirkan variasi-variasi SV Amerika. Kedua Alkitab terjemahan ini merupakan naskah yang lazim bagi para mahasiswa, hingga Revised Standard Version (RSV) diterbitkan.

 

Revised Standard Version (RSV) adalah Alkitab terjemahan SV yang diterbitkan pada tahun 1946 (PB tahun 1946, PL tahun 1952). Sejumlah besar terjemahan baru bermunculan selama abad ke-20 di Inggris dan AS. RSV diteliti kembali dengan cermat dan suatu revisi besar diterbitkan tahun 1989, yang disebut New Revised Standard Version (NRSV), Katolik Roma juga berpartisipasi dalam persiapan NRSV ini. Alkitab terjemahan ini memakai apa yang disebut bahasa inklusif dan menghindari istilah-istilah yang mempunyai orientasi maskulin. Dengan demikian, NRSV ada pada garis rangkaian yang menjangkau melampaui AV. 

 

New English Bible (NEB) adalah suatu Alkitab terjemahan bahasa Inggris yang baru sama sekali dan terjemahan ini tersedia di Inggris Raya pada tahun 1961 (PB tahun 1961, PL tahun 1970). Agar lebih cocok bagi pembaca umum (kaum awam) maka terjemahan ini direvisi menjadi Revised English Bible (REB) yang diterbitkan pada tahun 1989. REB lebih cocok untuk dipakai dalam kebaktian daripada NEB. Dalam persiapan NRSV dan REB ada partisipasi Katolik Roma, tetapi mereka juga mempunyai terjemahan mereka sendiri, khususnya terjemahan Ronald Knox pada 1945-1049, dan Jerusalem Bible (JB).

 

Jerusalem Bible (JB) adalah Alkitab terjemahan bahasa Inggris tahun 1966 yang sangat dibantu dari terjemahan bahasa Perancis yang diterbitkan oleh Ordo Dominikan Yerusalem tahun 1956. Revisi JB menghasilkan New Jerusalem Bible (NJB). Salah satu kekhasan pada Alkitab terjemahan JB dan NJB adalah penggunaan kata Ibrani 'Yahweh' dalam PL untuk nama Allah, ketimbang TUHAN (LORD). Baik NRSV maupun REB, keduanya menggunakan bahasa inklusif dan digunakan oleh umat Kristen hampir seluruh denominasi, kecuali pada 1994, Vatikan melarang penggunaan terjemahan NRSV dalam ibadah umum Katolik karena gaya bahasanya yang inklusivistik. JB dan NJB langsung diterjemahkan dari Alkitab bahasa aslinya.

 

New American Bible (NAB) adalah Alkitab terjemahan bahasa Inggris yang selesai diterjemahkan oleh penerjemah Roma Katolik pada tahun 1970. Alkitab terjemahan ini menggunakan naskah-naskah Ibrani dan Yunani terbaik yang ada. Revisi PB nya terbit tahun 1989. Juga telah terbit sejumlah terjemahan menurut warna Protestan Evangelikal, seperti: Living Bible tahun 1971 dan Good News Bible  (Today's English Version) tahun 1966-1979.    

 

New International Version (NIV) adalah Alkitab terjemahan bahasa Inggris tahun 1978 yang diterjemahkan oleh para penerjemah yang berpegang pada otoritas dan infalibilitas Alkitab sebagai Firman Allah dalam bentuk tertulis. Alkitab terjemahan ini diterbitkan untuk membantu pembaca modern lebih mengerti maksud dari ayat tersebut sesuai latar belakang penulisannya, sehingga kadang ada detail-detail minor yang tidak dimasukkan setelah melalui proses penyelidikan mendalam.

 

…Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan dan bahwa Ia telah dibangkitkan pada hari yang ketiga sesuai dengan Kitab Suci

(1 Korintus 15: 3-4)

 

 

            Pertama-tama kita harus sadari bahwa Alkitab yang bisa kita baca saat ini semuanya hanyalah terjemahan. Bahasa asli yang digunakan untuk Perjanjian Lama adalah Aramaic dan Ibrani kuno yang sekarang tidak lagi dipakai. Dalam kitab-kitab Perjanjian Baru para penulisnya menggunakan bahasa Yunani, karena pada abad pertama para penulis dan pembacanya akrab dengan bahasa tersebut. Bahasa Yunani Perjanjian Baru adalah bahasa Yunani kuno, bukan bahasa Yunani yang digunakan di Yunani sekarang.

 

Di Indonesia kita mengenal juga Alkitab terjemahan, yaitu Alkitab LAI Terjemahan Baru (TB) yang diterbitkan tahun 1974 dan Alkitab BIMK tahun 1985. Sebenarnya, Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK) pada awalnya bernama Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS), namun sebutan"sehari-hari" diganti karena kata itu berkonotasi bahasa pasaran atau bahasa gaul, padahal BIMK tidaklah begitu. BIMK memakai bahasa yang lebih luas di pakai dan dimengerti dalam kebersamaan. Lalu apa gunanya Alkitab BIMK ini? Isi Alkitab kadang sulit dimengerti (karena gaya bahasa yang digunakan), sehingga kita sering salah mengerti oleh sebab itu kita butuh terjemahan lain sebagai perbandingan.

 

Dalam persiapan khotbah, seorang pendeta atau pengajar firman biasanya membutuhkan beberapa terjemahan untuk dibandingkan. Minimal Alkitab bahasa Indonesia, bahasa aslinya (Ibrani/Yunani) dan bahasa Inggris Revised Standard Version (RSV), sebab diantara belasan macam terjemahan Alkitab Inggris, baik dari abad 19 maupun abad 21 yang paling dekat bahasa aslinya RSV tahun 1946-1952. Namun berapa pun terjemahan yang kita pakai belum menjamin bahwa ayat itu menjadi betul-betul jelas, soalnya, kadang-kadang terjemahan manapun kurang memuaskan, karena struktur kalimat bahasa aslinya (Ibrani,Aram,Yunani) memang tidak lengkap, sehingga sulit diterjemahkan. Salah satu contohnya dalam Lukas 1: 14, LAI TB menulis, Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi diantara manusia yang berkenan kepada-Nya. BIMK menulis, Terpujilah Allah di langit yang tertinggi! Dan di atas bumi, sejahteralah manusia yang menyenangkan hati Tuhan!. Teks aslinya (Yunani) berbunyi, Doxa en uphistois theo kai epi ges eirenei en anthropois eudokias, yang arti harafiahnya: "Kemuliaan di tertinggi untk Allah dan di bumi damai di antara manusia perkenanan". Dalam ayat ini tampak bahwa penerjemah LAI TB dan BIMK bergumul habis-habisan untuk menghasilkan terjemahan yang optimal, sehingga terpaksa memasukan kata-kata yang dalam teks aslinya sama sekali tidak ada tanpa mengurangi makna dasar teks aslinya.

 

Jemaat yang sudah terbiasa menghafal dan menggunakan Alkitab terjemahan LAI TB akan sangat kesulitan untuk menghafal dan menggunakan Alkitab terjemahan BIMK, demikian juga sebaliknya, jadi tidak ada keharusan kepada jemaat denominasi manapun untuk menghafal dan menggunakan kedua versi Alkitab terjemahan itu. Soalnya, jika benak kita sudah terbiasa dengan versi tertentu maka ada kecenderungan untuk menolak versi yang lain. Perbedaan varisi kosakata dalam kedua Alkitab terjemahan ini berfungsi hanya sebatas pembanding dalam menjelaskan firman Tuhan yang akan kita ajarkan atau khotbahkan secara gamlang. Jemaat yang sudah terbiasa menggunakan Alkitab versi LAI TB dapat menggunakan versi BIMK ataupun Alkitab terjemahan bahasa Inggris sebagai pembanding untuk memperkaya referensi kosakata-kosakata baru sebagai pendukung firman yang akan disampaikan, sedangkan jemaat yang sudah terbiasa menggunakan Alkitab versi BIMK dapat menggunakan versi LAI TB ataupun Alkitab terjemahan bahasa Inggris. Demikian juga halnya dengan jemaat yang sudah dari awal menggunakan dan menghafal Alkitab versi King James Version (KJV) merasa terjemahan ini paling cocok untuk dirinya sehingga mereka akan sangat kesulitan untuk menggunakan dan menghafal Alkitab versi RSV, NIV atau yang lainnya.. Hal yang sama juga menimpa orang yang menggunakan terjemahan lain. Jemaat yang sudah biasa menggunakan dan menghafal NIV, tentu pun tidak biasa dengan terjemahan lain. Jadi, perbedaan variasi kosakata yang terdapat dalam berbagai terjemahan Alkitab hanya berfungsi sebatas sarana pembanding yang bertujuan untuk menjelaskan firman Tuhan secara gamlang.       

 

Apapun terjemahannya, bahkan bila kita mendengar orang membaca dalam versi yang tidak akrab sekalipun, Firman TUHAN tetap adalah Firman. Roh Kuduslah yang memberi pengertian. Kita tidak bisa mengerti apapun tentang dosa dan keselamatan dalam Yesus Kristus, tanpa Roh Kudus yang terlebih dahulu mengubah hati kita. Sesudah pertobatan, Roh Kudus senantiasa bekerja dalam hati kita sementara mempelajari Alkitab, untuk makin menyucikan kita dalam perbuatan dan percakapan sehari-hari.

 

Jadi pengertian kita tentang doktrin-doktrin (pengajaran) Alkitab bukanlah karena kepintaran otak sendiri, tetapi karena pengertian yang diberikan oleh Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi ketiga dalam Allah TriTunggal. Setiap orang yang bertobat dan percaya pada Kristus sudah dimeteraikan dengan Roh Kudus saat itu juga, bahkan sebelum ia dibaptis. Sebab tidak seorangpun bisa menyebut Yesus itu Tuhan tanpa dimampukan oleh Roh Kudus di dalam dirinya (Roma 10:9; 1 Korintus 12:3).


            Alkitab adalah dokumen paling bisa dipercaya yang telah bertahan sejak awal. Ada puluhan ribu dokumen kitab-kitab dalam Alkitab sejak abad pertama yang bisa kita bandingkan akurasinya dengan edisi Yunani yang ada saat ini. Berbagai penemuan arkeologis mengkonfirm hal ini. Penemuan the Dead Sea Scrolls pertengahan abad lalu juga mendukung akurasi Alkitab kita.
          

             Alkitab terdiri dari 66 kitab yang ditulis dalam jenjang waktu kira-kira 1500 BC (sebelum Masehi) hingga 100 AD (Masehi) oleh lebih dari 40 orang dengan berbagai latar belakang. Namun sepanjang waktu itu, di mana berbagai superpower dunia sudah berganti-ganti (Mesir, Babel, Asyur, Media/Persia, Yunani dan akhirnya Romawi) dan isi Alkitab tidak saling bertentangan satu sama lain namun saling melengkapi dan mendukung. Alkitab adalah satu-satunya buku di mana Tuhan sendiri menyatakan Diri-Nya kepada manusia. Setiap kata di dalam Alkitab (bahasa aslinya) diinspirasikan oleh Tuhan sendiri (2 Timotius 3:16-17).

 

Alkitab adalah inerrant = free from error. Alkitab bisa kita percaya secara total sebab Alkitab adalah Firman Allah yang tidak memiliki error/kesalahan sama sekali. Hal ini bukan percaya buta, silahkan membuktikannya sendiri seperti yang telah dilakukan oleh banyak scholars, arkeologis dan profesor berbagai bidang yang tadinya apatis terhadap kebenaran Alkitab, kemudian justru menemukan kebenarannya yang mengagumkan. Hanya TUHAN Allah yang mampu menjaga akurasi FirmanNya. Hanya Firman Allah Yang Hidup yang sanggup mengubah hidup orang sedemikian rupa. Yesus disebut oleh Alkitab sebagai Firman itu sendiri. Tuhan Yesus Kristus adalah Sang Pencipta yang melalui-Nya Allah menciptakan alam semesta ini.

 

Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.

(2 Petrus 1: 21)

 

 

 
III. KEEMPAT KITAB INJIL

 

            Kata Injil berarti "kabar tentang peristiwa-peristiwa yang menggembirakan" atau "kabar baik" (euanggelion), kata Injil digunakan oleh Yesus ketika Ia memproklamasikan kedatangan Kerajaan Allah (Mrk 1:15) dan oleh rasul Paulus untuk karya Allah yang telah dikerjakan melalui Yesus Kristus (Rom 1:1-2) serta dinyatakan pula bahwa Injil merupakan kekuatan Allah (Rom 1:16-17).

 

 Kitab Injil-injil Kanonik dalam Perjanjian Baru (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) disusun pada paro kedua abad pertama Masehi, semua Injil ditulis untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan dalam jemaat yang sedang bertumbuh. Pada mulanya yang ada hanyalah tradisi lisan, Yesus sendiri tidak menulis perkataan-Nya namun perumpamaan-perumpamaan yang dikatakan-Nya diingat (mula-mula oleh keduabelas rasul & pengikut-pengikut Yesus yang setia semasa pelayanan-Nya di bumi). Injil Matius, Markus dan Lukas dikenal sebagai Injil-injil Sinoptik, yaitu Injil-injil yang dapat dilihat bersama dengan serempak, hal ini dikarenakan ketiga Injil itu memiliki banyak bahan bersama seperti terlihat jika ketiganya dibandingkan dari kata ke kata, paragraf ke paragraf dalam tiga lajur yang sejajar. Injil Yohanes yang ada dalam kategori yang lain ditulis dengan gaya, isi dan tekanan teologis yang berbeda yang sebagian besar menjabarkan apa yang terdapat dalam Injil-injil Sinoptik pada fragmen-fragmen atau kiasan yang terselubung. Injil ini hampir dapat dipastikan waktu penulisannya setelah Injil-injil Sinoptik. Dalam keempat Injil, Pribadi Yesus secara umum digambarkan sebagai Allah Yang Maha Kuasa yang telah datang ke dalam dunia menjadi sama dengan manusia, disalibkan, mati dan dibangkitkan pada hari ketiga, namun secara khusus, Pribadi Yesus dalam Kitab Injil Matius lebih ditonjolkan sebagai Mesias yang dijanjikan Allah, dalam Kitab Injil Markus, Ia lebih ditonjolkan sebagai Hamba Tuhan, dalam Kitab Injil Lukas, Ia lebih ditonjolkan sebagai Anak Manusia dan dalam Kitab Injil Yohanes, Ia lebih ditonjolkan sebagai Anak Allah.

 

Injil itu telah dijanjikan-Nya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci, tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakan dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita.

(Roma 1: 2 – 4)

 

 

 

A. INJIL MATIUS ( Sekitar tahun 85 - 90 M )

 

            Injil Matius merupakan "Injil pertama" menurut urutan penyusunannya dalam Perjanjian Baru. Penulisan Injil Matius bersumber dari Injil Markus dan hanya ada 51 ayat dari Injil Markus yang tidak diulangi dalam Injil Matius namun Matius mempersingkat banyak cerita yang dikutipnya. Pada umumnya perubahan-perubahan yang diadakannya ialah untuk membuat cerita-cerita itu menjadi lebih lancar, gaya dan kata-katanya (Yunani) lebih licin dan rapi supaya tidak ada salah pengertian terhadap beberapa ungkapan Markus yang blak-blakan, dengan kata lain proses bahasa Yunani dari Injil Markus yang kurang mulus dikeluarkan oleh Matius dan ia menambahkan dua pasal mengenai cerita masa kanak-kanak Yesus.

 

Salah satu murid rasul Yohanes yang bernama Papias dari Hierapolis mengatakan bahwa Injil Matius ditulis oleh Matius sendiri. Injil Matius mengikuti urutan Injil Markus namun banyak bahan tambahan yang disunting oleh penulis Injil ini dalam lima wacana besar pengajaran Yesus yang digabungkan kedalamnya. Dalam penulisannya Matius juga memasukan secara sangat teratur bahan pengajaran Yesus yang tidak dicatat oleh Markus dan karena dalam bahan yang ditambahkan oleh Matius ini ada kesamaan harafiah dengan bahan pengajaran Yesus yang ditambahkan Lukas dan hal ini umumnya diterima (walaupun tidak sepenuhnya) bahwa kedua penginjil ini menggunakan suatu sumber yang sama, yang disebut Q.

(catatan : Q merupakan simbol untuk sumber bahan Injil yang sama pada Matius dan Lukas yang mencakup sekitar 230 ayat, terutama ucapan Yesus yang tidak terdapat dalam Injil Markus).

           

            Kejatuhan Yerusalem pada 70 M disinggung sebagai suatu peristiwa yang telah lampau beberapa waktu (Mat 22: 7) oleh karena itu diperkirakan waktu penyusunan Injil Matius sekitar 85-90 M. Keadaan masyarakat yang tercermin dalam Injil Matius mendukung pendapat bahwa Injil ini dituliskan di Antiokhia. Antiokhia adalah kota dagang yang makmur di atas sungai Orentes, bagian utara Siria, provinsi Romawi dengan penduduk Yahudi yang cukup besar dan toleran. Injil ini menggambarkan penghargaannya terhadap akar-akar keyahudian jemaat, yang banyak berisi perintah etis khas Yahudi namun juga komitmen yang kuat terhadap misi bagi orang-orang bukan Yahudi. Penulis Injil Matius agaknya terdidik dalam lingkungan ahli Taurat Yahudi, kemungkinan besar rasul Matius yang menulis Injil Matius, hal ini dikuatkan oleh pernyataan salah satu murid rasul Yohanes yang bernama Papias yang mengatakan bahwa Matiuslah yang menulis Injil ini, akan tetapi ada kemungkinan lain bahwa Injil Matius ditulis seorang Yahudi yang telah menjadi Kristen untuk orang Kristen Yahudi yang hidup bersama-sama dengan orang Yahudi yang belum percaya Kristus.

 

 Injil ini dimaksudkan untuk mengajar mereka dengan teliti dan cermat bagaimana Yesus telah menggenapi nubuatan Perjanjian Lama dan telah meletakan dasar-dasar bagi gereja Kristen. Gereja itu adalah penerusan umat Allah dari perjanjian yang lama tapi telah dibaharui sehingga bukan lagi berdasarkan keturunan (bangsa Yahudi) melainkan berdasarkan kerohanian yang terdiri dari orang-orang dari segala bangsa. Dengan pengajaran ini para pembaca (khususnya Kristen berkebangsaan Yahudi) akan sanggup menangkis serangan-serangan orang Yahudi yang bukan Kristen, serta mengajak orang-orang itu untuk menerima Yesus sebagai Mesias, Raja mereka yang sebenarnya

 

 

B. INJIL MARKUS ( Sekitar tahun 65 - 67 M )

 

            Injil Markus merupakan "Injil ke-dua" menurut urutan penyusunannya dalam Perjanjian Baru. Injil Markus merupakan kitab Injil tersingkat yang juga merupakan kitab Injil yang pertama kali ditulis dan kemudian digunakan sebagai sumber utama oleh Matius dan Lukas. Secara tradisi Kitab ini ditulis oleh Yohanes Markus, rekan Petrus (1 Petrus 5:13 ) di Roma, Markus menuliskan secara teliti tetapi tidak secara berurutan apa yang diingat Petrus mengenai perkataan-perkataan dan perbuatan Yesus, hal ini diungkapkan oleh seorang uskup mula-mula yang bernama Papias dari Hierapolis pada 130 M. Papias adalah salah satu murid rasul Yohanes dan di dalam karyanya terdapat perkataan Yohanes yang ditujukan kepadanya.Yohanes berkata kepada Papias bahwa "Markus sebagai penerjemah Petrus, menuliskan secara tepat semua yang disebutkannya (Petrus), baik tentang kata-kata Kristus maupun perbuatan-Nya, namun tidak secara teratur karena ia bukan pendengar maupun seorang yang mengikuti Tuhan. Namun sesudah itu, sebagaimana yang telah saya katakan, ia menemani Petrus dan menyesuaikan-ajaran-ajarannya. Dengan demikian Markus tidak membuat kesalahan. Markus menuliskan apa yang diucapkan Petrus ke dalam catatannya dengan tidak membuang apa yang didengarnya dan tidak memasukkan pernyataan-pernyataan yang salah diantara apa yang didengarnya itu." 

 

Selain keterangan-ketarangan yang diutarakan oleh Papias tersebut, kemungkinan lainnya adalah Markus menuliskan apa yang telah didapat dan didengarnya dari cerita-cerita tentang Yesus dan perkataan-Nya yang sudah banyak beredar di lingkungan gereja mula-mula dengan cara memilih, mengatur, menyesuaikan dan mengartikannya. Bahasa Yunaninya hampir tidak fasih, tetapi karya rintisannya ini memperlihatkan bahwa ia seorang yang pintar dan cerdas, berkebulatan hati untuk menjawab beberapa masalah yang dihadapi orang-orang Kristen di Roma, Injil ini agaknya ditulis untuk pembaca bukan Yahudi pada umumya dan orang Roma pada khususnya. Kutipan dan kiasan dari Perjanjian Lama dapat dikatakan sedikit; ungkapan-ungkapan dalam bahasa Aram diberi penjelasan (Mrk. 5: 41), adat istiadat Yahudi di terangkan (Mrk. 7: 3, 11); ada beberapa kata Latin. Nada umum yang melukiskan kegiatan Tuhan Yesus yang tiada hentinya, dan kuasa-Nya atas roh jahat, penyakit dan maut adalah nada yang dapat disukai oleh pembaca Romawi, yang lebih memperhatikan perbuatan daripada kata-kata. Tidak dapat diragukan bahwa tujuan penulis Injil ini ialah untuk mencukupi kebutuhan jemaat Tuhan di Roma dan penulis ingin menguatkan iman mereka dengan mengingat penganiayaan yang akan datang. 

           

Yesus adalah Anak Allah yang akhirnya berjaya oleh karena Ia bertekun sampai ke puncak yang tragis di Yerusalem, Markus menjelaskan pertentangan antara Yesus dengan penentang-penentang-Nya dengan hanya merangkaikan kejadian-kejadian yang penting dan tidak ada cerita masa kanak-kanak Yesus seperti dalam Injil Matius dan Lukas tetapi hari-hari akhir Yesus dikemukakan dalam pemberitahuan tentang penderitaan-Nya (Mrk 8: 31) yang diikuti dengan pemuliaan-Nya enam hari kemudian (Mrk 9:2). Perhatian pastoral dari penginjil Markus dinyatakan dalam cerita-cerita penyembuhan Yesus : Dia adalah Tuhan yang penuh perhatian. Jadi pada intinya, isi Injil Markus merupakan cerita rinci mengenai pengadilan dan pelaksanaan hukuman atas Yesus dengan pengantar yang berisi petikan-petikan pengajaran dan contoh-contoh dari sekian banyak mujizat yang dilakukan-Nya.

 

 

C. INJIL LUKAS ( Sekitar tahun 85 M )

 

            Injil Lukas merupakan "Injil ke-tiga" menurut urutan penyusunannya dalam Perjanjian Baru. Injil ini disebut "Penulis Injil ini adalah Lukas, ia adalah seorang tabib (dokter) dan teman sekerja rasul Paulus (Kol. 4: 14; Flm.1: 24;  2 Tim.4: 11). Lukas adalah seorang bukan Yahudi, mungkin seorang penduduk Antiokhia dan ia adalah orang yang menulis kitab Injil Lukas dan kitab Kisah Para Rasul (dua jilid dari satu karya tulis), anggapan ini ditunjang oleh penelitian tulisan dari kedua buku tersebut (perbendaharaan kata dan gaya bahasanya sama dan keduanya dipersembahkan kepada satu orang: Teofilus ) jadi dapat dipastikan bahwa penulis ini adalah seorang terpelajar.

 

            Pada kata pendahuluan Injil ini (Luk 1: 1-4), Lukas mengingatkan bahwa ia bukanlah seorang saksi mata dan bahwa ia bergantung pada berbagai sumber tulisan yang sudah ada, salah satu sumber tulisan itu pasti adalah Injil Markus, yang diambil alih secara bebas oleh Lukas. Sebuah teori menyatakan bahwa Lukas menyusun penulisan Injil ini dalam dua tahap : Pertama, ia menggabungkan bahan dari sumber Q dengan bahan yang ia dapat sendiri L ( catatan : L merupakan symbol yang sering digunakan untuk bahan tulisan yang hanya ada dalam Injil Lukas, seperti dalam Luk 10:29-37 ; Luk 24 : Luk 1 dan 2 )  yang pada akhirnya menghasilkan apa yang disebut 'proto-Lukas'. Kemudian Lukas mendapatkan Injil Markus dan menggabungkannya dengan  'proto-Lukas' menjadi Injil Lukas dengan menambahkan cerita-cerita kelahiran  dan masa remaja Yesus (Luk 1 dan 2). Teori – teori lain memperkirakan bahwa Lukas menggabungkan Injil Markus dengan Q atau Lukas kemungkinan menggunakan Injil Matius untuk melengkapi bahan Injil Markus. Menurut saya secara pribadi, teori-teori apapun yang digunakan untuk menggambarkan proses penulisan Injil Lukas kita tidak bisa mengabaikan keterangan proses penulisan yang ditulis oleh Lukas sendiri bahwa sebelum ia mengambil keputusan untuk membukukan dengan teratur kisah pelayanan Yesus di bumi, ia terlebih dahulu melakukan penyelidikan dengan seksama mengenai kisah pelayanan Yesus dari mulanya. Lukas berkata " Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama (having had perfect understanding) dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya."

 

Dalam Alkitab terjemahan KJV, kalimat "having had perfect understanding" dapat diartikan: setelah memiliki pengertian / pemahaman yang sempurna. Jadi kesimpulannya adalah Lukas telah melakukan penyelidikan dengan seksama kemudian ia memiliki pengertian / pemahaman yang sempurna mengenai kisah pelayananYesus akhirnya ia menulis Kitab Injil Lukas (buku pertama) dan diikuti oleh Kitab Kisah Para Rasul (buku kedua). Lalu yang menjadi pertanyaan adalah dari manakah sumber-sumber penulisan Injil Lukas ? Lukas sendiri secara tidak langsung telah menyebutkannya, kemungkinan besar salah sumbernya yaitu para saksi mata mula-mula (Kis 1 : 2), jadi menurut saya Lukas mengumpulkan sumber-sumber informasinya langsung dari mereka yang disebut keduabelas rasul Yesus Kristus dan dari orang-orang yang juga berkumpul pada hari Pentakosta bersama keduabelas rasul itu (termasuk Maria, ibu Yesus). Kita semua mengetahui bahwa keakuratan dan keabsahan suatu peristiwa / berita akan diakui secara mutlak apabila langsung bersumber dari para saksi mata.

 

            Jilid ke dua (Kitab Kisah Para Rasul) dari tulisan Lukas merupakan cerita perkembangan berita Kristen dari Yerusalem ke pusat dunia bukan Yahudi (Roma). Dalam jilid pertamanya (Injil Lukas) Lukas hanya dapat memberi beberapa petunjuk arah saja dalam cerita-cerita mengenai Yesus yang mematahkah kebencian Yahudi terhadap orang-orang Samaria dan bahwa Yesus mempunyai banyak hubungan dengan orang-orang bukan Yahudi; semua orang harus mendapat bagian dalam keselamatan dan bukan hanya keturunan Abraham saja (Luk 4: 25-27). Dibandingkan dengan Injil Matius dan Injil Markus, nyata sekali ada kecenderungan pada Injil Lukas untuk membedakan kekeristenan dari kesan orang seolah-olah kekeristenan ini hanya bagi orang Yahudi. Injil Lukas memberikan pengertian kepada pembacanya bahwa semua kejadian yang dicatat dalam Injil ini telah terjadi sesuai dengan rencana Allah untuk menggenapi sejarah keselamatan dari Perjanjian Lama. Banyak gelar Mesias secara tradisional dikenakan kepada Yesus dan Ia disebut "Juruselamat" (Luk 2 : 11) dan Mesias yang menderita (Luk 24:26). Lukas menggambarkan gereja sebagai Israel baru maka ia pun menegaskan adanya keduabelas rasul sebagai penerus dari keduabelas bapa leluhur dalam Perjanjian Lama yang menurunkan nama mereka kepada keduabelas suku Israel (Luk 22:30). Yesus digambarkan sebagai setia pada aturan adat Yahudi dan tidak sebagai pembaru yang dapat memperkuat kecurigaan Roma terhadap kekeristenan. Yesus dinyatakan tidak bersalah oleh Pilatus (Luk 23: 4, 13, 22) demikian juga Paulus oleh Festus (Kis 25:25). Lebih dari Injil lain, Lukas menekankan kepedulian Yesus kepada orang Samaria yang dirugikan dan direndahkan. Ada perhatian simpatik bagi kaum perempuan dalam Injil Lukas, sekalipun Lukas menggambarkan perempuan dalam peranan tradisional dalam hal doa, bersedekah dan dukungan bagi pemberitaan Injil (Luk 8:3) tetapi berita harapan bagi yang tertindas, pasti dapat dikenakan kepada kaum perempuam, yang selalu menjadi kaum terabaikan hak-haknya dalam masyarakat.

 

 

D. INJIL YOHANES ( Sekitar tahun 90 – 100 M )

 

          Injil ini disebut 'Injil ke-empat' untuk menandakan keberbedaannya dengan ketiga Injil-injil Sinoptik, tentu saja Injil ini merupakan cerita tentang Yesus Kristus. Pasal pertama Injil Yohanes menceritakan pertemuan Yesus dengan Yohanes Pembaptis; kemudian disusul dengan pemanggilan para murid, pengajaran di depan umum, pelayanan Yesus dan perlawanan terhadap-Nya. Setelah memasuki Yerusalem dengan kemenangan (Yoh 12:12-19), Yesus dan keduabelas murid berkumpul bersama di ruang atas, kemudian diikuti dengan penangkapan, pengadilan, penyaliban, kebangkitan serta penampakan-Nya, sama seperti pada Injil-injil Sinoptik namun perbedaan-perbedaan antara Injil Yohanes dengan Injil-Injil Sinoptik cukup substansial.

 

Injil Matius dan Lukas memiliki cerita mengenai masa bayi Yesus dalam mencatat kelahiran-Nya, sedangkan Injil Yohanes pada bagian permulaan justru membuat penegasan Kristologis (doktrin tentang Pribadi Yesus) bahwa Firman itu telah menjadi daging (Yoh 1:14), selanjutnya mujizat-mijizat yang dicatat dalam Injil Yohanes tidak pernah mengenai pengusiran setan, atau penyembuhan orang yang sakit kusta, seperti dalam Injil Markus (Mrk 1:21-28, 40-44), Yohanes menyebut mujizat-mujizat yang dicatat sebagai tanda-tanda, antara lain peristiwa air menjadi anggur di Kana, sedangkan dalam Injil-injil Sinoptik mujizat-mujizat itu merupakan petunjuk kedatangan Kerajaan Allah (Luk 11:20). Dalam Injil Yohanes, Kerajaan Allah itu sama sekali bukan merupakan pusat dari ajaran Yesus, dan tanda-tanda tersebut lebih merupakan pengesahan dari pengakuan Yesus sebagai Anak Allah. Dalam Injil-injil Sinoptik lokasi pengajaran Yesus senantiasa di Galilea, sedangkan dalam Injil Yohanes hal itu terjadi di ibu kota dan berkisar di sekitar perayaan hari-hari raya Yahudi, dengan tema "terang", "kehidupan dan "kemuliaan".

 

            Baik Injil-injil Sinoptik maupun Injil Yohanes, keduanya mencatat kunjungan Yesus ke Yerusalem pada hari raya Paskah di akhir hidup-Nya, namun mereka tidak sepakat mengenai penanggalan yang tepat (mengenai perbedaan penanggalan hal ini kita akan membahasnya nanti). Usaha membandingkan Injil Yohanes dengan Injil-injil Sinoptik menunjukan perbedaan yang jelas dalam Injil Yohanes tentang isi dan cara penyajiannya. Sejumlah besar dari bahan yang dihimpun dalam Injil-injil Sinoptik tidak terdapat dalam Injil Yohanes, sementara itu sejumlah besar dari bahan-bahan Yohanes tidak terdapat dalam Injil Sinoptik. Gaya bahasa ajaran Yesus yang mengandung banyak perumpamaan dalam Injil Sinoptik diganti dengan gaya bahasa yang memakai dialog dan pembicaraan dalam Yohanes. Salah satu unsur lain dalam teologis Injil Yohanes adalah ialah ucapannya yang sering tentang Roh Kudus. Pekerjaan-Nya untuk menghidupkan kembali (Yoh 3:5), janji bahwa Roh Kudus akan tercurah setelah Yesus dimuliakan (Yoh 7:3), dan lima ucapan tentang Dia di kamar atas, semuanya hanya terdapat pada Injil Yohanes.

 

 Dalam ucapan-ucapan terakhir, Roh Kudus digambarkan sebagai Penghibur yang berdiam dalam orang percaya, selaku Guru, sebagai saksi terhadap Kristus, selaku yang menginsyafkan dunia dan selaku penuntun umat Kristen kepada seluruh kebenaran. Dari keempat Injil, Yohaneslah yang menunjukan paling jelas bahwa lanjutan pelayanan Yesus akan melalui penyertaan Roh Kudus, jadi adalah lebih baik memandang Injil Yohanes sebagai pelengkap bagi Injil-Injil Sinoptik. Tujuan Injil Yohanes adalah agar para pembacanya dikuatkan dalam imannya bahwa Yesus adalah perwujudan Firman Allah, penulis tidak sekedar menghubung-hubungkan fakta yang sangat jelas sekali tetapi menyajikan suatu interpretasi (pemahaman ke dalam yang lebih jelas).    

 

Seseorang yang dijuluki "murid yang dikasihi Yesus" rupanya mengaku sebagai penulisnya (Yoh 21 : 20 dan 24), lalu siapakah orang ini yang juga hadir dalam Perjamuan Tuhan (Yoh 13 : 23), yang hadir di kaki salib ketika Yesus disalib (Yoh 19 : 26). Penulis Injil ini, yang juga dijuluki "murid yang dikasihi Yesus", kemungkinan besar adalah rasul Yohanes sendiri yang merupakan salah satu dari keduabelas murid Yesus, hal ini sangat jelas tercermin dalam kedekatan emosional Yohanes sebagai penulis dengan Petrus.

Sebagai contoh :

 

(1)        Dalam Perjamuan Tuhan, Petrus memberi isyarat dan berkata kepada "murid yang dikasihi Yesus" itu untuk menanyakan kepada Yesus tentang siapa yang akan mengkhianati-Nya (Yoh 12 : 21 – 30).

 

(2)               Ketika Yesus menampakan diri kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias, "murid yang dikasihi Yesus" itu berkata kepada Petrus bahwa yang berkata di tepi danau adalah Yesus. Dalam peristiwa itu kita tahu sebelumnya bahwa yang pergi menangkap ikan saat itu berjumlah tujuh orang, mereka adalah Simon Petrus, Tomas, Natanael, anak-anak Zebedeus ( Yohanes dan Yakobus ) dan dua orang murid lainnya (Yoh 21:1-7).

 

(3)               Petrus menanyakan kepada Yesus tentang apakah yang akan terjadi dengan "murid yang dikasihi Yesus" ini (Yoh 21 : 20 – 23).

 

Zebedeus adalah ayah dari Yohanes dan Yakobus, mereka adalah bersaudara (Mat 4:21 ; Mrk 1:19 dan Luk 5:10) sedangkan Petrus memiliki saudara yang bernama Andreas (Luk 6:14 ; Mrk 1:16 ; Mat 4:18), mereka berempat adalah penduduk Galilea yang pekerjaannya sebagai nelayan di danau Galilea (Genesaret).

 

Kedekatan yang bersifat emosional Yohanes dengan Petrus yang nyata dalam Injil Yohanes tidaklah mengherankan sebab Petrus adalah teman se-kampung dan se-pekerjaan sebagai nelayan. Lebih jauh lagi kita mengetahui bahwa Petrus, Yohanes dan Yakobus menjadi murid-murid yang kelihatan lebih menonjol kedekatannya dengan Yesus, hal ini sangat tercermin ketika Yesus hanya membawa ketiga murid itu ke sebuah gunung yaitu tempat dimana Ia dimuliakan setelah berbicara dengan nabi Perjanjian Lama yaitu Musa dan Elia (Mat 17:1-13 ; Mrk 9:2-13 ; Luk 9:28-36) dan juga ketika Ia berada dalam taman Getsemani sebelum Ia menanggung penderitaan-Nya, Ia hanya membawa ketiganya untuk berdoa (Mat 26:36-37 ; Mrk 14:33). Hal-hal tersebut menunjukan bahwa adanya hubungan persaudaraan yang kuat diantara Petrus, Yohanes dan Yakobus atau pertimbangan-pertimbangan lainnya sehingga Yesus lebih memilih mereka untuk suatu penyataan-penyataan khusus yang pada akhirnya nanti untuk di ceritakan kepada murid-murid-Nya yang lain (Mat 17:9 ; Mrk 9:9 ; Luk 9:36), Jadi dalam hal ini Yesus tidak pilih kasih kepada murid-murid-Nya tetapi Yesus tampaknya ingin hanya menjadikan Petrus, Yohanes dan Yakobus sebagai saksi diantara para murid-Nya atas penyataan-penyataan khusus yang dialami Yesus, dengan kata lain Yesus menyiapkan mereka untuk tugas yang bersifat ke dalam dan ke luar.

 

Dalam Perjanjian Lama keterangan saksi-saksi adalah sangat menentukan putusan perkara peradilan dalam hal hukuman mati, satu orang saksi tidaklah cukup untuk mengesahkan suatu perkara tetapi apabila ada keterangan dua atau tiga orang saksi suatu perkara dapat diakui secara mutlak kebenarannya. Bahkan Yesus sendiri mengatakan bahwa atas keterangan dua atau tiga orang saksi suatu perkara tidak akan disangsikan (Mat 18:16).

 

… tetapi kalau hanya satu orang saksi saja tidak cukup untuk memberi keterangan terhadap seseorang dalam perkara hukuman mati. Atas keterangan dua atau tiga orang saksi haruslah mati dibunuh orang yangdihukum mati; atas keterangan satu saksi saja

janganlah ia dihukum mati.

(Bil 35: 30b; Ul 17:6)

 

 

 

IV. JENIS-JENIS SISTEM PENANGGALAN.

 

Kurang lebih ada sekitar lima jenis kalender yang berlaku di dalam sejarah peradaban manusia. Kalender yang digunakan secara umum ialah kalender solar,  kalender lunar, kalender lunisolar, kalender persetujuan.

1.         Kalender Lunar adalah kalender yang disesuaikan dengan pergerakan bulan (fase bulan). Contohnya ialah Hijriah.

2.         Kalender Solar adalah kalender yang di dasarkan dari musim dan pergerakan matahari. Contohnya ialah Kalender Persia, dan Kalender Romawi.

3.         Kalender Lunisolar adalah kalender yang disesuaikan dengan pergerakan bulan dan matahari. Contohnya ialah Kalender Bali dan Kalender Yahudi.

4.         Kalender Persetujuan adalah Kalender yang tidak disesuaikan dengan bulan dan matahari. Contohnya ialah hari dan minggu Julian yang digunakan oleh pakar bintang.

Ada juga kalender yang nampaknya disesuaikan dengan pergerakan Venus, seperti beberapa Kalender mesir kuno. Kalender ini juga nampaknya sering di pakai di peradaban dekat khatulistiwa.

 

A. Kalender Yahudi

 

Kalender Ibrani (bahasa Ibrani: הלוח העברי ha'luach ha'ivri) atau Kalender Yahudi adalah kalender lunisolar yang digunakan oleh orang Yahudi dan penganut agama Yahudi. Saat ini kalender ini hanya digunakan untuk acara-acara keagamaan, antara lain untuk menghitung tahun baru Yahudi dan hari raya Yahudi.

 

Kalender Yahudi memiliki 12 nama bulan yang dibedakan menjadi 2 sistem kalender: Kalender keagamaan dan kalender sipil. Urutannya kedua belas nama bulan dalam kedua jenis kalender tersebut sangatlah berbeda.

 

Urutan bulan

Kalender keagamaan

Kalender sipil

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Nisan

Iyar

Siwan

Tamus

Ab

Elul

Tisyri

Markhesywan

Kislew

Tebet

Syebat

Adar

Tisyri

Markhesywan

Kislew

Tebet

Syebat

Adar

Nisan

Iyar

Siwan

Tamus

Ab

Elul

 

 

 

B. Kalender Julian

            Pada mulanya bangsa Romawi kuno menggunakan kalender yang bukan berdasarkan pada siklus Matahari (kalender solar) seperti sekarang ini. Kalender aslinya dulu tidak terdiri dari duabelas bulan seperti sekarang, tetapi terdiri dari sepuluh bulan (Martius, Aprilis, Maius, Junius, Quintilis, Sextilis, September, October, November, December) dengan jumlah hari sepanjang tahun adalah 304 hari. Permulaan tahun dalam kalender Romawi kuno dihitung sejak pendirian kota Roma pertama kalinya atau "from the founding of the city of Rome" (bhs. Romawi:"ab urbe condita") pada tahun 753 sM. Selain itu awal tahun atau tahun baru dirayakan setiap tanggal 1 Maret, bukan 1 Januari seperti sekarang.

Penanggalan ini dikenal sebagai penanggalan Julian. Kalender ini diperkenalkan oleh Gaius Julius Caesar yang dikenal sebagai Julius Caesar atau Caesar pada tahun 45 sM. Era sebelum tahun 45 sM dimana telah ditetapkanya kalender Julian, dinamakan era bingung, karena Julius Caesar menyisipkan 90 hari ke dalam kalender tradisional Romawi, untuk lebih mendekati ketepatan pergantian musim. Penyisipan ini sedemikian cerobohnya sehingga bulan-bulan dalam kalender itu tidak lagi tepat. Akhirnya dengan saran Sosigenes, seorang astronom dari Iskandariyah, Caesar menetapkan kalendernya menjadi 12 bulan (Januari dan Februari ditambahkan), masing-masing dengan jumlah hari tertentu seperti sekarang (7 hari), dengan keyakinan bahwa panjang 1 tahun surya adalah 365,25 hari saat itu. Ia menetapkan suatu penanggalan yang didasarkan pada satu tahun matahari, 365 dan ¼ hari dan dalam sistem ini, ¼ hari yang terkumpul setiap tahunnya ditambahkan setiap empat tahun sekali ke dalam perhitungan tahun yang ke-empat tersebut, yang dikenal dengan nama tahun kabisat.

 

Kalender ini merupakan tahun syamsiah (matahari) dengan jumlah hari tetap setiap bulannya, dan disisipi satu hari tiap 4 tahun untuk penyesuaian panjang tahun tropis. Kalender ini digunakan secara resmi di seluruh Eropa sampai kemudian diterapkannya reformasi dengan penggunaan kalender Gregorian (sekarang disebut Masehi) pada tahun 1582 oleh Paus Gregorius XIII. Penentuan bulan dan hari dalam satu minggu dari penanggalan Julian inilah yang menjadi dasar dari kalender modern, Masehi. Gereja Ortodoks sampai sekarang tetap menggunakan kalender Julian sehingga perayaan Natal dan Tahun Baru berbeda. Kemudian setelah itu, pada tahun 44 sM, Julius Kaisar mengubah nama bulan Quintilis menjadi bulan Julius (Juli), bulan Sextilis menjadi Augustus (Agustus) untuk menghormati kaisar Augustus.

 

            Sejak meninggalnya Caesar, penerapan tahun kabisat salah terap. Kabisat diberlakukan tiap menginjak tahun ke-4, jadi 3 tahun sekali. Keadaan ini konon dibetulkan kemudian oleh kaisar Agustus, dengan meniadakan semua hari kabisat dari tahun 8 SM sampai tahun 4 Masehi. Setelah itu kalender Julian berfungsi dengan jauh lebih baik.

            Gaius Julius Caesar (bhs.Latin: C·IVLIVS·C·F·C·N·CAESAR¹) (13 Juli 100 sM – 15 Maret 44 sM) adalah seorang pemimpin militer dan politikus Romawi yang kekuasaannya terhadap Gallia Comata memperluas dunia Romawi hingga Oceanus Atlanticus, melancarkan serangan Romawi pertama ke Britania, dan memperkenalkan pengaruh Romawi terhadap Gaul (sekarang Perancis), sebuah pencapaian yang akibat langsungnya masih terlihat hingga kini.

Julius Caesar bertarung dan memenangkan sebuah perang saudara yang menjadikannya penguasa terhebat dunia Romawi, dan memulai reformasi besar-besaran terhadap masyarakat dan pemerintah Romawi. Dia menjadi seorang diktator seumur hidup, dan memusatkan pemerintahan yang makin melemah dalam republik tersebut. Caesar meninggal dunia pada 15 Maret 44 sM akibat ditusuk hingga mati oleh Marcus Junius Brutus dan beberapa senator Romawi. Aksi pembunuhan terhadapnya pada hari Idi Maret tersebut menjadi pemicu perang saudara kedua yang menjadi akhir Republik Romawi dan awal Kekaisaran Romawi di bawah kekuasaan cucu lelaki dan putra angkatnya, kaisar Augustus.

 

C. Kalender Gregorian (Masehi)

            Kalender Gregorian adalah kalender yang sekarang paling banyak dipakai di dunia barat. Ini merupakan modifikasi kalender Julian. Yang pertama kali mengusulkan kalender ini ialah doktor Aloysius Lilius, dari Napoli, Italia dan disetujui oleh Paus Gregorius XIII pada tanggal 24 Februari 1582.

Perhitungan penanggalan Julian sebenarnya 11 menit dan 14 detik lebih panjang atau terlalu cepat dibandingkan dengan tahun matahari. Perbedaan ini terkumpul sampai tahun 1582 saat titik equinox terjadi (siang malam sama lama), hal ini mengakibatkan perhitungan hari sebenarnya kurang 10 hari. Oleh sebab itu untuk membuat equinox yang musim seminya terjadi tepat pada tanggal 21 Maret tahun 325, tahun saat Konsili Nicea I dilangsungkan, Paus Gregorius XII mengeluarkan suatu keputusan menambahkan 10 hari dari perhitungan hari yang ada saat itu. Selanjutnya, satu hari hilang pada tahun 1700, 1800, dan 1900, akibatnya 10 hari ditambah 3 hari menjadi 13 hari Titik vernal equinox adalah titik semu pada lintasan ekliptika tempat matahari melewati atau tepat berada pada garis ekuator langit (perpanjangan garis ekuator Bumi), yang terjadi sekitar tanggal 21 Maret. Sistem ini adalah penanggalan dengan acuan matahari (kalender solar). Oleh karena penyesuaian dengan pergerakan semu matahari inilah, satu tahun dalam kalender Gregorian lamanya 365 hari.

 

            Akhirnya untuk mencegah kesalahan lebih lanjut pada waktu-waktu mendatang, maka Paus Gregorius XII menetapkan suatu penanggalan yang dikenal sebagai penanggalan Gregorian, dengan ketentuan tambahan bahwa tahun-tahun dalam setiap abad yang dapat dibagi dengan 400 haruslah tahun kabisat dan bahwa tahun-tahun lainnya haruslah tahun biasa. Contohnya, seperti tahun 1600 adalah tahun kabisat tetapi tahun 1700 dan 1800 adalah tahun umum.

 

            Penanggalan Gregorian inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan penanggalan Masehi, Masehi merupakan terjemahan kata Latin anno domini (AD), "dalam tahun Tuhan", lazimnya digunakan oleh umat Kristen untuk menandai penanggalan yang bertolak dari tahun 1, yang diperkirakan sebagai tahun kelahiran Yesus. Tahun-tahun sebelum kelahiran Yesus ditunjukan dengan singkatan sM (sebelum Masehi) yang merupakan terjemahan dari Before Christ (BC). Namun demikian, menurut Matius dan Lukas, Yesus lahir pada waktu Herodes memerintah dan mati pada tahun 4 sM. Karena itu kelahiran Yesus diperkirakan terjadi pada tahun 4 sM atau bahkan sebelumnya. Patokan awal penanggalan Masehi yang keliru ini disebabkan oleh perhitungan rahib Dionisius pada abad ke-6 yang tidak teliti.  Secara perlahan, sistem penanggalan ini mulai dipergunakan di berbagai belahan dunia barat. Perancis mengadopsi kalender tersebut di tahun 1582, Inggris tahun 1752, Yunani mengadopsi pada tahun 1923, dan Uni Soviet (sekarang Rusia) menggunakannya di tahun 1918 dan akhirnya secara Internasional seluruh masyarakat di muka bumi ini menggunakan penanggalan atau kalender Masehi untuk menghitung dan menandai waktu.

 

…dan pengetahuan akan bertambah

(Daniel 12: 4)

 

 
D. Penetapan tanggal perayaan Natal

 

            Natal atau Christmas berasal dari kata Christ's Mass yang berarti Misa Kristus. Natal pertama kali dirayakan di Roma tahun 339 M setelah kaisar Roma yang bernama Konstantin (287-337 M) menyatakan diri sebagai orang Kristen. Dulunya, setiap tanggal 25 Desember, penduduk kota Roma merayakan pesta besar yang disebut Roman Saturnalia (suatu perayaan untuk menghormati Saturn, dewa pertanian dan pembaharuan kuasa matahari), tradisi kafir ini adalah untuk menyambut kembalinya matahari di belahan bumi utara setelah mencapai garis balik selatan yaitu ketika matahari yang tidak terkalahkan itu setiap tahun muncul dari kegelapan musim dingin dan siang menjadi panjang lagi. Kemudian, pada abad ke-4, gereja menentukan tanggal 25 Desember tersebut sebagai hari kelahiran Yesus Kristus, karena Ia dianggap sebagai 'Matahari' yang menerangi dunia. Dalam Maleakhi 4: 2 dinyatakan mengenai 'Matahari Kebenaran' yang agaknya tepat untuk hal itu dan dalam Lukas 1: 78, Yesus digambarkan sebagai 'Surya pagi' yang melawat umat-Nya. 'Surya pagi' merupakan metafora untuk permulaan suatu era baru.

 

            Ketetapan untuk menjadikan 25 Desember menjadi hari raya Natal dilakukan oleh Paus Julius I pada pertengahan abad ke-4 di kota Roma. Penetapan dalam Konsili Rasuli itu berbunyi: "Saudara-saudaraku, peliharalah perayaan untuk kelahiran-Nya pada tanggal 25, bulan ke-9 Ibrani, yaitu tanggal 29 bulan ke-4 Mesir". Namun, gereja-gereja di Yerusalem menolak penetapan 25 Desember sebagai hari raya kelahiran Yesus sampai abad ke-6. Injil Lukas 1:26 mencatat, bahwa pemberitahuan yang dibawa malaikat Gabriel mengenai lahirnya Yesus terjadi pada bulan ke-6. Dalam kalender Ibrani, ada 2 macam perhitungan: Pertama, Kalender perayaan keagamaan (the Sacred calendar), yang ditetapkan sejak Bani Israel kembali dari pembuangan di Babel, dan mulai dari bulan Nisan (kira-kira April). Kedua, Kalender sipil (the Civil calendar) yang diawali dari bulan Tisyri atau Etanaim (Kira-kira bulan Oktober). Bulan ke-6 dalam kalender sipil Ibrani adalah Adar, kira-kira jatuh pada bulan Maret. Jadi, menurut hitungan gereja waktu itu, malaikat Gabriel datang kepada Maria pada hari ke-25 bulan Maret yang paralel dengan minggu ke II dlm bulan Adar 2 / Nisan (Lihat: Kalender Yahudi). Itulah saat dimana Maria menerima kabar gembira. Selanjutnya, kelahiran Yesus berarti jatuh 9 bulan kemudian, yaitu pada hari ke-25 bulan Ibrani Tebet (kira-kira 25 Desember). Hitungan ini ternyata cocok dengan terjadi konjungsi planet Jupiter dan Saturnus, yang terjadi bulan Desember tahun 7 sM.

 

            Setelah abad ke-16, gereja memiliki perbedaan tentang penetapan tanggal perayaan Natal. Gereja barat merayakan pada tanggal 25 Desember sedangkan gereja timur merayakan tanggal 7 atau 6 Januari. Harus dicatat bahwa sesungguhnya perbedaan itu tidak terjadi pada fakta dasarnya, tetapi akibat selisih perhitungan antara penanggalan Gregorian yang mulai dipakai di gereja-gereja barat (Sejak abad ke-16) dan penanggalan Julian yang lama yang masih dipakai di gereja-gereja timur. Sebenarnya, penetapan pertama hari-hari raya Natal untuk pertama kalinya secara akurat dihitung dari Mesir. Seorang astronom gereja Mesir, bernama Batlimous, pada akhir abad ke-2 Masehi, melakukan perhitungan secara cermat atas perintah Baba Dimitri/Demetrius, yang menjadi Patriakh Alexandria dari tahun 199-232 M.

 

Penanggalan Mesir dihitung berdasarkan penampakan bintang Siriuz, yang diakui UNESCO sebagai kalender yang paling akurat dibandingkan dengan sistem penanggalan manapun yang pernah dibuat. Jadi penenetapan perayaan Natal mula-mula jatuh pada tanggal 29 bulan Kiahk (tanggal 25 Tebet). Di wilayah kekaisaran Roma pada waktu itu masih diberlakukan kalender Julian. Kalender inilah yang diikuti seluruh gereja baik di timur maupun di barat sampai abad ke-16 M dimana perayaan Natal jatuh pada tanggal 29 Kiakh (25 Tebet). Pada tahun 1582 (abad ke-16), Paus Gregorius dari Roma membuat modifikasi dari kalender Julian ini, yang kemudian disebut kalender Gregorian (kalender Masehi). Hingga sekarang, kalender inilah yang sampai hari ini diikuti oleh gereja-gereja barat: baik Katolik maupun gereja-gereja Protestan. Sedangkan gereja-gereja timur dari dahulu hingga sekarang tetap menggunakan kalender Julian itu.

 

            Gereja-gereja barat merayakan hari Natal pada tanggal 25 Desember sedangkan gereja-gereja timur tanggal 6 atau 7 Januari. Perbedaan ini awalnya bersumber dari perbedaan penetapan tanggal Paskah. Orang-orang Kristen yang bukan Yahudi merayakan Paskah setiap hari minggu, yaitu hari kebangkitan Tuhan Yesus tetapi orang-orang Kristen Yahudi mengusulkan bahwa Paskah sebaiknya dirayakan pada saat bulan purnama musim semi untuk menggantikan Paskah Yahudi, yaitu saat bangsa Israel keluar dari tanah Mesir (14 Nisan). Akhirnya pada tahun 324 M ditetapkan bahwa Paskah hanya dirayakan pada hari minggu tertentu, setahun sekali, dengan menggunakan kalender Gregorian.  Orang Yahudi memakai kalender lunisolar yang setahunnya hanya terdiri dari 354 hari, sedangkan selisihnya dengan kalender Gregorian adalah 10 hari. Karena kalender Gregorian yang menjadi acuan utama, maka hitungan yang tepat dari gereja timur yaitu tanggal 29 Kiahk (25 Tebet) itu harus mengalah hingga sekarang ini selalu jatuh tanggal 7 atau 6 Januari, apabila dihitung dari kalender Gregorian yang maju 13 hari tadi.

 

            Alkitab tidak mencatat tanggal berapa Yesus dilahirkan, namun sebagai umat pilihan-Nya kita harus menyikapi kelahiran Yesus dengan tidak berpatokan pada tanggal tertentu, karena sesungguhnya Yesus Kristus lahir di dalam hati setiap orang yang rindu dan mau menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadinya sehingga Roh Kudus memampukannya untuk berjalan dalam kebenaran hari demi hari sampai kedatangan Kristus kedua kalinya. Jangan menilai Natal hanya sebagai rutinitas perayaan hari besar keagamaan, tetapi mari kita melihat ke dalam diri kita sendiri apakah Kristus tinggal di hati kita. Dalam 1 Korintus 13: 5, rasul Paulus mengingatkan jemaat dengan berkata: "Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidiki dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji".

 

Tetapi semua orang yang menerima-Nya, diberi-Nya kuasa untuk menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.

(Yohanes 1: 12)

                       

Peristiwa kelahiran Yesus yang disertai dengan pembunuhan anak-anak yang berumur dua tahun kebawah atas perintah Herodes Agung (Matius 2) adalah sama dengan apa yang terjadi ketika peristiwa kelahiran Musa, dimana Firaun yang bernama Sethos I ("1302-1290 sM) memerintahankan rakyatnya untuk membunuh semua anak laki-laki Ibrani dengan cara dibuang ke sungai Nil (Kel.1: 22). Musa diutus Allah untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di tanah Mesir sedangkan Yesus diutus Allah untuk membebaskan umat manusia dari perbudakan dosa dan kematian (maut). Nubuatan kedatangan Sang Juruselamat terdapat di dalam kitab Ulangan 18 : 18. Dalam Ayat itu Allah berfirman kepada Musa. Dan kata-Nya: "Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya". Akhirnya, dengan penyertaan Musa dapat memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir pada saat Firaun yang bernama Remeses II memerintah ("1290-1224 sM) sedangakan Yesus Kristus telah menebus dosa umat manusia dan memberikan kehidupan kekal melalui kematian dan kebangkitan-Nya (yaitu mereka yang mau percaya kepada-Nya dan bertekun dalam ajaran-Nya).

 

Bintang yang menuntun orang-orang majus atau lebih dikenal dengan sebutan bintang Natal adalah sebuah benda misterius. Orang majus dari Timur (Mat.2: 1-18) mungkin adalah ahli nujum (astronomi). Mereka digambarkan sebagai orang bukan Yahudi yang tidak mengenal Perjanjian Lama (Mat.2: 2-6) dan mereka agaknya berasal dari daerah sebelah timur tanah Israel, yang kemungkinan besar mengacu pada kota Babel / Babilonia (sekarang Irak), karena sejarah mencatat bahwa, raja Hamurabi yang wafat pada tahun "1750 sM (" sebelum masa Abraham) merumuskan kitab hukumnya dan ada pula pencapaian–pencapaian kultular lainnya, termasuk minat di bidang astronomi. Hal ini menunjukan bahwa segala bangsa akan datang mencari Yesus. Banyak penafsiran tentang bintang Natal. Setidaknya ada empat kemungkinan yang diusulkan orang mengenai bintang tersebut, yaitu:

 

Pertama: Konjungsi planet

Konjungsi planet adalah situasi dimana beberapa planet berada di dalam satu garis dengan bulan yang terlihat dari bumi. Konjungsi planet bersifat tetap untuk jangka waktu yang lama. Dalam Matius 2: 2, orang majus mengatakan bahwa mereka telah melihat bintang-Nya di Timur. Arti 'Timur' disini adalah mengacu pada nama suatu negeri (yang ahli di bidang astronomi) bukannya suatu arah mata angin. Agaknya orang-orang majus itu melihat bintang itu di kota mereka lalu mereka berangkat ke arah barat, yaitu tanah Israel. Perjalanan dari Babel ke Yerusalem pasti membutuhkan beberapa malam, jadi konjungsi planet tampaknya cocok dengan apa yang dilihat orang-orang maujus itu.

 

Kedua: Supernova

Supernova adalah planet yang meledak dan kehabisan energi sampai akhirnya meredup. Supernova bisa kelihatan sangat terang dan bisa berlangsung beberapa minggu. Fenomena ini agaknya juga kelihatan cocok dengan apa yang dilihat orang-orang majus akan tetapi Alkitab tidak menunjukan adanya bintang yang sangat terang, kecuali bahwa bintang itu seakan-akan penunjuk arah.

 

Ketiga: Meteor

Meteor adalah benda langit yang meluncur di angkasa luar, masuk ke dalam atmosfer dan menyala karena gesekan udara. Pada umumnya, meteor akan habis terbakar sebelum mencapai permukaan bumi dan terlihat seperti bola api. Bila masih tersisa benda itu jatuh sebagai meteorit. Meteor jatuh dengan cepat sehingga tidak cocok dengan apa yang dilihat orang-orang majus yang seakan-akan berhenti diatas Betlehem.

 

Keempat: Komet

Komet adalah benda angkasa yang beredar mengelilingi matahari, bercahaya seperti bintang, bagian tengahnya bercahaya terang dan berekor panjang menyerupai kabut. Bila sedang mendekati bumi, komet akan kelihatan berekor dan akan kelihatan bergerak ke arah yang berlawanan dengan ekornya sehingga terlihat menunjuk arah tertentu. Komet bila terlihat di bumi bisa berlangsung selama lebih dari seminggu. Dengan keberadaannya seperti itu, banyak ahli memperkirakan kometlah yang dilihat para majus.

 

            Kitab Injil dan bahkan sejarah mencatat bahwa Yesus Kristus dilahirkan pada zaman Herodes Agung berkuasa atas tanah Yudea yaitu tahun 37 – 4 sM dan Yesus dilahirkan beberapa waktu sebelum kematian Herodes Agung yaitu tepat pada tahun 4 sM atau sebelumnya (Mat.2: 1, 19). Kemungkinannya adalah Yesus dilahirkan tepat pada tahun 4 sM atau kurang dari tahun itu (mungkin tahun 5, 6, 7, atau 8 sM). Jadi, apabila seandainya bintang yang dilihat orang-orang majus itu adalah suatu konjungsi planet maka kemungkinan besarnya adalah Yesus Kristus dilahirkan di Betlehem pada tahun 7 sM dimana saat terjadinya konjungsi planet Jupiter dan Saturnus. Namun, bagaimanapun juga hal ini hanya sebuah pendapat yang belum dapat menjelaskan segalanya dengan memuaskan.

 

Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.

(Yesaya 9: 5)

 

 

 

V. TALMUD & MIDRASH

 

            Talmud (Dalam bahasa Ibrani: "pengajaran") adalah catatan tentang diskusi para rabi yang berkaitan dengan hukum Yahudi, etika, kebiasaan dan sejarah. Talmud mempunyai dua komponen: Mishnah, yang merupakan kumpulan Hukum Lisan Yudaisme pertama yang ditulis; dan Gemara, diskusi mengenai Mishnah dan tulisan-tulisan yang terkait dengan kehidupan pertanian dan kekeluargaan, juga sering membahas topik-topik lain dan secara luas menguraikan Tanak; kebanyakan tertulis dalam bahasa Aram. Istilah Talmud dan Gemara seringkali digunakan bergantian. Gemara adalah dasar dari semua aturan dari hukum rabinik dan banyak dikutip dalam literatur rabinik yang lain. Talmud Palestina selesai sekitar tahun 450 M (pertengahan abad ke-5) sedangkan Talmud Babel diselesaikan satu abad kemudian (abad ke-6), jauh lebih panjang dan memuat banyak kutipan dari Perjanjian Lama.

 

Midrash berisi komentar atau keterangan dengan pengarahan yang saleh perihal Kitab Suci yang dilakukan oleh para rabi di kemudian hari. Keterangan itu diberikan dalam bentuk komentar-komentar dan kotbah-kotbah. Kebanyakan Midrash berasal dari abad 2 M. Demikianlah dalam 2 Sam.24: 1, dikatakan bahwa Allah dalam amarah-Nya menghasut Daud untuk mengadakan sensus dan karena perbuatannya itu Daud atau rakyatnya dihukum dengan penyakit sampar, tetapi nanti pada waktu kitab 1 Tawarikh dituliskan, dikatakan bahwa usul mengadakan sensus itu di tanamkan ke hati Daud oleh Iblis (1 Taw.21: 1). Teologi kitab Tawarikh lebih cocok dengan hal midrash ini.

 

Asal-usul Talmud (tradisi Yahudi) adalah sebagai berikut: Studi keyahudian pada mulanya tidak tertulis (lisan). Para rabi menguraikan dan memperdebatkan hukum serta membahas Alkitab Ibrani tanpa bantuan karya-karya tertulis (selain dari kitab-kitab di dalam Kitab Suci sendiri.) Namun, situasi ini berubah secara drastis terutama sebagai akibat penghancuran komunitas Yahudi pada tahun 70 M oleh jendral Titus, dan pergolakan norma-norma sosial dan hukum Yahudi yang ditimbulkannya. Karena para rabi dituntut menghadapi realitas yang baru—yang utamanya Yudaisme (agama Yahudi) tanpa Bait Suci dan Yudea tanpa otonomi—membanjirlah wacana hukum dan sistem studi lisan yang lama tidak dapat lagi dipertahankan. Pada masa inilah wacana rabinik mulai dicatat secara tertulis. Hukum lisan tertua yang dicatat kemungkinan dalam bentuk midrashi. Di sini diskusi halakhik disusun sebagai tafsiran eksegetis terhadap Pentateukh (kitab Taurat). Tetapi sebuah bentuk alternatifnya, yang disusun menurut topiknya dan bukan menurut ayat-ayat Alkitab, menjadi dominan pada sekitar tahun 200 M., ketika Rabi Judah haNasi meredaksi Mishnah (משנה).

 

           

A. Kisah Abraham VS Nimrod dalam tradisi Yahudi (Talmud)

 

          Alkitab tidak menyebutkan mengenai adanya pertemuan antara Abraham dengan Nimrod, karena faktanya ada jarak 7 generasi diantara keduanya. Nimrod adalah cucu Ham, cicit Nuh, Alkitab menyebutkan dialah yang mula-mula sekali orang yang berkuasa di bumi; ia seorang pemburu yang gagah perkasa di hadapan TUHAN (Kej.10: 8-9) dan ia membangun beberapa kerajaan terdiri dari Babel (Babilonia), Erekh dan Akad di tanah Sinear kemudian ia pergi ke Asyur dan mendirikan Niniwe, Rehobor-Ir, kalah dan Resen (Kej.10: 8-12). Sedangkan Abraham lahir dari keturunan Sem, 10 generasi jauhnya dari Nuh. Dikatakan Sem adalah bapa anak-anak Eber. "Eber" sama dengan "Ibrani". Nuh menggabungkan garis perjanjian dengan Sem (Kej.9: 26) dan hal ini menjadi nyata dalam Abraham yang disebut 'orang Ibrani' (Kej.14: 13). Meskipun Alkitab tidak menyebutkan tentang pertemuan antara Abraham dengan Nimrod, namun tradisi Yahudi membawa keduanya bersamaan ke dalam suatu perseteruan, melambangkan suatu simbol yang kuat dari perseteruan kosmik antara kebaikan dan kejahatan, dan khususnya antara monoteisme melawan penyembahan pemujaan berhala (paganism and idoltry). Tradisi ini dibuktikan pertama kali dalam tulisan Pseudo-Philo, dilanjutkan dalam Talmud  

 

Dalam beberapa versi (seperti dalam Josephus, 37-100 M), Nimrod adalah seseorang yang menetapkan keinginannya melawan Allah. Dengan kata lain, ia menyatakan dirinya sebagai tuhan dan disembah saja oleh pengikutnya. Suatu tanda di bintang-bintang memberitahu Nimrod dan orang-orang ahli astronominya tentang segera lahirnya Abraham, yaitu seseorang yang nanti akan mengakhiri penyembahan berhala. Kemudian Nimrod memerintahkan untuk membunuh semua bayi yang baru lahir. Tetapi ibu Abraham melarikan diri ke ladang dan melahirkan tanpa diketahui siapapun (dalam beberapa laporan, Abraham diletakan di palungan). Pada usia muda, Abraham mengakui Allah dan bintang-bintang menyembah-Nya lalu ia menantang Nimrod dan mengatakan kepadanya untuk berhenti menyembah berhala. Kemudian, Nimrod memerintahkan agar membakar Abraham di tiang pembakaran. Dalam suatu versi, Nimrod dan pengikutnya mengumpulkan kayu selama 4 tahun penuh agar Abraham dibakar dalam api unggun terbesar di dunia (suatu cerita yang mungkin diilhamkan atau dipengaruhi oleh bangunan menara Nimrod (menara Babel)). Namun, Abraham keluar dari api yang membara itu tanpa luka. Selanjutanya Nimrod menantang Abraham untuk bertarung. Ketika Nimrod tampil dengan tentaranya yang sangat besar, Abraham mengeluarkan sepasukan rayap yang akhirnya mengalahkan para tentara Nimrod. Beberapa laporan menyebutkan seekor rayap atau nyamuk memasuki isi kepala Nimrod sehingga menyebabkan ia mati.

 

Cerita-cerita tersebut menghubungkan unsur-unsur Abraham dengan cerita kelahiran Musa dimana ada raja yang kejam membunuh bayi-bayi tidak bersalah (Kel.1, 2) dan riwayat Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang keluar tanpa luka dari dalam api (Dan.3) dan juga kisah tentang bintang yang merupakan tanda lahirnya Yesus Kristus Sang Juruselamat dunia (Mat.2: 2). Nimrod dibuat sedemikian rupa untuk menyatakan peran dan menghubungkan dua pola dasar raja-raja yang kejam dan teraniaya: Nebukadnesar dan Pharaoh. Beberapa Talmud juga memeperkenalkan dia (Nimrod) pada Cyrus yang dilahirkan menurut Herodotus yang didampingi oleh tanda yang dibuat oleh kakeknya untuk mencoba membunuhnya.

 

Dibawah ini (Pasal 38, 13) adalah versi perseteruan Abraham melawan Nimrod yang tampil dalam Midras Raba, kumpulan utama dari manuskrip Yahudi: exgenesis (bagian yang berkaitan dengan kitab Kejadian/Genesis) yang diperkirakan berasal dari abad ke-6 (sekitar tahun 500an M).

 

Teks bahasa aslinya:

"נטלו ומסרו לנמרוד. אמר לו: עבוד לאש. אמר לו אברהם: ואעבוד למים, שמכבים את האש? אמר לו נמרוד: עבוד למים! אמר לו: אם כך, אעבוד לענן, שנושא את המים? אמר לו: עבוד לענן! אמר לו: אם כך, אעבוד לרוח, שמפזרת עננים? אמר לו: עבוד לרוח! אמר לו: ונעבוד לבן אדם, שסובל הרוחות? אמר לו: מילים אתה מכביר, אני איני משתחוה אלא לאוּר - הרי אני משליכך בתוכו, ויבא אלוה שאתה משתחוה לו ויצילך הימנו! היה שם הרן עומד. אמר: מה נפשך, אם ינצח אברהם - אומַר 'משל אברהם אני', ואם ינצח נמרוד - אומַר 'משל נמרוד אני'. כיון שירד אברהם לכבשן האש וניצול, אמרו לו: משל מי אתה? אמר להם: משל אברהם אני! נטלוהו והשליכוהו לאור, ונחמרו בני מעיו ויצא ומת על פני תרח אביו. וכך נאמר: וימת הרן על פני תרח אביו." (בראשית רבה ל"ח, יג)

 

Terjemahan bahasa Inggrisnya:

(...) He [Abraham] was given over to Nimrod. [Nimrod] told him: Worship the Fire! Abraham said to him: Shall I then worship the water, which puts off the fire! Nimrod told him: Worship the water! [Abraham] said to him: If so, shall I worship the cloud, which carries the water? [Nimrod] told him: Worship the cloud! [Abraham] said to him: If so, shall I worship the wind, which scatters the clouds? [Nimrod] said to him: Worship the wind! [Abraham] said to him: And shall we worship the human, who withstands the wind? Said [Nimrod] to him: You pile words upon words, I bow to none but the fire - in it shall I throw you, and let the God to whom you bow come and save you from it! Haran [Abraham's brother] was standing there. He said [to himself]: what shall I do? If Abraham wins, I shall say: "I am of Abraham's [followers]", if Nimrod wins I shall say "I am of Nimrod's [followers]". When Abraham went into the furnace and survived, Haran was asked: "Whose [follower] are you?" and he answered: "I am Abraham's!". [Then] they took him and threw him into the furnace, and his belly opened and he died and predeceased Terach, his father.[The Bible, Genesis 11:28, mentions Haran predeceasing Terach, but gives no details.]

 

Terjemahan bahasa Indonesianya:

Abraham diserahkan kepada Nimrod. Nimrod berkata kepadanya: Sembahlah api! Abraham berkata: Lalu haruskah aku menyembah air yang dapat memadamkan api! Nimrod berkata: Sembahlah air! Abraham berkata: Kalau begitu, haruskah aku menyembah awan, yaitu yang dapat membawa air? Nimrod berkata: Sembahlah awan! Abraham berkata: Kalau begitu, haruskan aku menyembah angin, yang dapat menyebarkan awan? Nimrod berkata: Sembahlah angin! Abraham berkata: Dan haruskan aku menyembah manusia, yang dapat bertahan terhadap angin? Nimrod berkata: Kau menumpuk kata diatas kata, aku tidak sujud kepada apapun tetapi kepada api, aku akan melempar kau kedalamnya dan biarlah Allah yang kepada-Nya kau sujud datan dan menyelamatkanmu dari dalam api! Haran (saudara Abraham) berdiri disana. Ia berkata dalam hatinya: Apakah yang harus aku lakukan? Jika Abraham menang, aku akan berkata: "Aku pengikut Abraham", jika Nimrod yang menang aku akan berkata: "Aku pengikut Nimrod". Ketika Abraham masuk ke dalam tungku perapian dan selamat, Haran ditanya:"Kau pengikut siapa?" dan ia menjawab:"Abraham". Lalu mereka membawa dan melemparkannya (Haran) ke dalam tungku perapian, dan perutnya terbuka dan ia mati mendahului Terah, ayahnya. (Kitab Kejadian 11: 28, menyebutkan Haran mati mendahului Terah, tetapi tidak ada keterangan-keterangan yang terperinci)

 

Kata Yesus kepada mereka:"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada."

(Yohanes 8: 58)

 

 

B. Otoritas perkataan Yesus Kristus

 

Sumber: Memfinah Yesus, hal.151-157 oleh Dr. Erwin Lutzher.

 

          Keberatan yang seringkali dibuat adalah bahwa ada jurang waktu yang terlalu panjang antara pelayanan Yesus dan penulisan kitab Injil. Jika Yesus disalibkan " tahun 33 M, dan kitab-kitab Injil ditulis dua puluh lima atau tiga puluh tahun kemudian, bukankah merupakan hal yang mungkin bahwa perubahan-perubahan radikal dibuat diantara apa yang benar-benar Yesus lakukan dan katakana dengan apa yang ditulis kemudian? Bukankah bisa jadi kisah-kisah tersebut telah dibubuhi? Dan bila tidak, apa yang dilakukan oleh orang-orang percaya selama periode waktu yang panjang itu ketika tidak ada catatan-catatan tertulis dan saat banyak orang yang mengenal Yesus mati satu demi satu?

 

            Jawaban atas pertanyaan ini adalah memahami budaya agama pada zaman itu. Pada saat itu merupakan suatu tradisi bagi para rabi untuk menyerahkan dengan berhati-hati pengajaran-pengajaran mereka kepada murid-murid mereka, yang memegang erat apa yang dikatakan. Murid-murid ini pada gilirannya memberikan pengajaran-pengajaran yang sama ini kepada murid-murid generasi berikutnya, demikian seterusnya. Perhatian yang besar diberikan untuk menyampaikan pengajaran dalam ungkapan kata-kata yang tepat dengan yang telah diwariskan. Rabi Eliezer ben Hyrcanus menyatakan: "Di dalam hidup saya, saya tidak pernah mengatakan satu hal yang tidak saya dengar dari pengajar-pengajar saya." Memang dikatakan bahwa siapa pun yang melupakan satu kata dari firman Tuhan yang telah diwariskan harus mempertanggung jawabkannya seolah-olah ia telah kehilangan jiwanya.

 

            Yesus seringkali mengungkapkan pengajaran-pengajaran-Nya dalam bentuk yang mudah diingat seperti ungkapan yang nyata mengenai kenyataan umum, sajak, puisi, dan paralelisme. Ini memampukan mereka untuk tetap utuh terlindung. Pastinya juga merupakan hal yang mungkin bahwa para pengikut Yesus memiliki catatan-catatan tertulis dari pengajaran-Nya sebelum keempat kitab Injil ditulis. Suatu kumpulan seperti itu bisa jadi menyebarkan doktrin dalam gereja mula-mula dan kemudian dimasukan di dalam kitab-kitab Injil dalam bentuk akhir mereka. Memang, di dalam kata pengantarnya, Lukas mengatakan bahwa ia mendasarkan Injil yang ditulisnya dengan para saksi mata kisah-kisah tertulis lainnya (Luk.1: 1-3)

 

            Ciri khas rabi adalah memiliki satu murid, sedangkan Yesus memilih dua belas. Dan karena tidak ada rabi yang sepenting itu bagi agama Yahudi seperti halnya Yesus sangat penting bagi kekeristenan, perhatian khusus akan diberikan pada kata-kata dan tindakan-Nya. Yesus berhati-hati dalam melatih murid-murid-Nya pergi ke dunia untuk membawa pesan-Nya bukan pesan mereka. Mereka menguraikan dengan jelas dan tepat bermacam-macam ringkasan dari kehidupan dan pengajaran-Nya karena mereka akan mengulanginya saat mereka menyebarkan firman tersebut.

 

            Yesus sangatlah berbeda dari rabi-rabi pada zaman-Nya yang dengan hati-hati menceritakan secara terperinci hanya apa yang telah diajarkan kepada mereka dan seringkali bercampur dengan pemahaman-pemahaman yang menyesatkan dan tradisi-tradisi Yahudi (Talmud). Tetapi Yesus berbicara untuk diri-Nya sendiri dengan otoritas yang mengganggu perasaan para pendengar-Nya, Dia akan berkata: "Kamu telah mendengar apa yang dikatakan…tetapi Aku berkata kepadamu….". Dan kesan pendengar terhadap pengajaran-pengajaran-Nya adalah takjub sebab Yesus mengajar sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat (lih. Mat.7: 28-29). Orang-orang Farisi yang mendengar pengajaran-pengajaran Yesus tidak dapat mempercayai apa yang mereka dengar. Seorang pria yang mungkin berusia 30 tahun diklaim untuk menjadi Mesias dan berjanji bahwa mereka yang percaya kepada-Nya akan memiliki kehidupan kekal. Ini tampak kata-kata yang gila bagi mereka.

 

            Orang-orang Yahudi mengetahui bahwa Yesus telah seringkali diklaim sebagai Tuhan. Sekarang bahkan orang yang tidak percaya menyadari bahwa perkataan-Nya tidak dapat diinterpretasikan dalam cara lain. Dalam Yohanes 8: 58, Yesus berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada". Dia menghubungkan diri-Nya dengan "AKU ADALAH AKU", yaitu Yahweh yang menampakan diri kepada Musa dalam semak duri yang menyala (lih. Kel. 3: 14).

 

            Sekarang, jika Dia bukanlah Tuhan tetapi hanya manusia biasa, ini merupakan bentuk penghujatan yang tertinggi. Jadi orang-orang Yahudi melakukan apa yang seharusnya telah dilakukan kepada para penghujat; mereka mengumpulkan batu untuk melempari-Nya. Lalu apa yang kita buat dengan pernyataan dari Yesus ini: "Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya. Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia "(Yoh.5: 21-23).

 

            Hari lepas hari, Yesus mengucapkan kata-kata yang hanya dapat diucapkan oleh Tuhan dan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh Tuhan. Seorang nabi mungkin melakukan beberapa mujizat, tetapi hanya Tuhan yang dapat mengampuni dosa dan menghakimi manusia setelah kematian. Yesus tidak mengklaim diri-Nya sebagai seorang 'tuhan' dengan perasaan yang lebih kecil namun Dia mengklaim diri-Nya sebagai Yahweh, Tuhan yang maha kuasa dan maha hadir di dalam Perjanjian Lama.

 

            Ketuhanan Yesus mengoyahkan perbedaan pendapat yang sangat besar antara kekeristenan dan pilihan-pilihan agama lainnya. Dan untuk alasan ini, itu juga berarti bahwa agama-agama lain tidak bisa mengklaim Yesus secara logis sebagai salah seorang dari banyak nabi karena Dia mengklaim diri-Nya sebagai Tuhan, maka hal itu diikuti dengan bahwa Dia akan dinyatakan sebagai Pribadi yang ekslusif. Setelah Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Dia akan pergi, Tomas bertanya kepada-Nya:"Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?"(Yoh.14: 5). Yesus langsung menanggapi pada intinya:"Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku"(Yoh.14: 6).

 

            Dunia kita dipenuhi dengan penuntun-penuntun yang menklaim diri mereka mengetahui sesuatu yang tidak kita ketahui. Ratusan guru-guru palsu telah mengumpulkan pengikut, tetapi pada akhirnya mereka ditunjukan sama-sama dapat membuat kesalahan seperti orang-orang yang mengikuti mereka. Kematian membuktikan bahwa mereka sama lemahnya dengan kita dalam keterbatasan-keterbatasan manusia. Ketika Yesus berkata:"Tidak seorangpun datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku." Dia mempersempit pintu gerbang, Dia membngun sebuah pagar di sepanjang jalan dan Dia menunjukan kemana jalan tersebut menuntun. Kita tidak memiliki hak untuk berusaha menghancurkan tonggak pintu pagar, membuat jalan lebih lebar atau memilih sebuah tujuan menurut apa yang kita sukai. Semua jalan lain menuntun menuju tempat yang lain; mereka menjauh dari Bapa, tidak menuju Bapa.

 

            Yesus mengajar bahwa ada dua jalan: Jalan lebar yang menarik dan membawa kepada kehancuran dan jalan yang sempit yang seringkali tidak diperhatikan. "Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan dan sedikit orang yang mendapatinya"(Mat.7: 13-14). Jalan yang lebar menipu karena banyak apa yang dinamakan oleh para pemimpin agama sebagai jalan menuju kehidupan. Yesus memerhadapkan kita dengan dua jalan, dua pintu gerbang yang terpisah, dan dua tujuan yang terpisah.

 

            Para pengikut New Age (salah satu ajaran antikristus pada abad ini) mengatakan bahwa kekeristenan seperti sebuah kapal yang diperlukan untuk membawa anda menyebrangi sungai, tetapi sekali anda turun dari kapal, anda bebas untuk melakukan lebih dari itu dan masuk kedalam kehidupan yang baru secara keseluruhan. Kekeristenan sebagai langkah awal, tetapi kemudian kita harus bergerak menuju sesuatu yang bersifat mistik, memuaskan atau lengkap. Tetapi seperti yang pernah saya dengar dikatakan oleh seseorang: Bergerak melebihi cinta berarti hawa nafsu, bergerak melebihi akal sehat berarti gila dan bergerak melebihi obat berarti minum racun. Bergerak melebihi kekeristenan berarti mempercayai kesalahan dan penipuan yang fatal. Yesus Kristus adalah Pribadi yang tidak akan pernah bisa anda langkahi tanpa terjatuh ke dalam neraka yang dalam.

 

            Kapan pun kita mencoba untuk menambahkan sesuatu pada kekeristenan, maka kita sedang mengurangi sesuatu darinya. Sama seperti anggur diencerkan dengan setiap tetes air, demikianlah kuasa Injil harus tetap jelas atau bisa dikurangi menjadi sesuatu yang tidak pernah dimaksudkan oleh Injil itu sendiri. Mereka yang menyerahkan keunikan Yesus Kristus tidak hanya menyerahkan suatu bagian dari pesan Kristen, mereka menyerahkannya secara keseluruhan. Kita tidak dapat menghilangkan dasar dan menyatakan bahwa bangunannya masih utuh. Dengan kata lain, kekeristenan tanpa Yesus Kristus yang disalibkan dan dibangkitkan hanyalah penipuan. 

 

Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil,

karena Injil adalah kekuatan Allah…

(Roma 1: 16)

 

 

VI. KAISAR ROMAWI YANG MEMERINTAH PADA ERA PERJANJIAN BARU

 

            Sebutan "Kaisar" sebenarnya adalah nama keluarga bangsawan Romawi, dan diterima oleh Augustus sebagai anak angkat dari diktator Gaius Julius Caesar kemudian diturunkan oleh Augustus kepada anak angkatnya, Tiberius. Kemudian gelar tersebut terus digunakan oleh Caligua, Klaudius dan Nero. Setelah itu, raja-raja selanjutnya mempertahankan nama itu bukan hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk kebanggaan keturunannya atas tahta. Dibawah ini adalah nama-nama kaisar Roma yang memerintah pada era Perjanjian Baru:

 

            Augustus adalah gelar yang berarti "yang mulia" diberikan kepada Oktavianus ketika ia menjadi kaisar pada tahun 27 sM – 14 M. Ia adalah kaisar pada masa kelahiran Yesus dan ia memprakarsai suatu proses yang menyebabkan kaisar Romawi didewakan.

 

Tiberius adalah kaisar Roma pada tahun 14 M – 37 M, ia adalah kaisar dari masa pelayanan Yesus dan penyaliban-Nya. Mata uang yang diperlihatkan kepada Yesus, ketika Ia menjawab pertanyaan mengenai membayar pajak, bergambar kaisar Tiberius ini (Mrk 12:13-17).

 

Gayus adalah nama kaisar Roma pada tahun 37 – 41 M, oleh para prajuritya ia disebut dengan nama keluarganya, Caligua. Ia memperlakukan tokoh-tokoh asing dengan murah hati dan mengembalikan Agripa, cucu Herodes Agung, ke Yudea kerajaannya, namun setelah ia sakit keras, musuh-musuhnya mengatakan bahwa ia menjadi gila dan gemar melakukan kekejaman yang mengerikan.

 

Kaludius adalah kaisar Roma yang ke-empat, tahun 41 – 54 M, yang dilaporkan oleh sejarahwan Suetonius sebagai pengusaha yang lemah meskipun ia memerintahkan beberapa pekerjaan bangunan-bangunan besar. Pada tahun 49 M, kaisar Klaudius mengeluarkan peraturan pemerintah yang mengusir semua orang Yahudi keluar dari kota Roma, hal ini disebabkan oleh keributan diantara mereka (Kis 18:2) yang mungkin terjadi sekitar kedatangan orang-orang Kristen.

 

Nero adalah kaisar Roma pada tahun 54 – 68 M. Setelah masa pemerintahan yang lemah, Nero berangsur-angsur menjadi semakin ganas dan tidak bertanggung jawab. Pada 64 M terjadi kebakaran besar di daerah pemukiman, tempat yang kemudian dibangun suatu istana pribadi Nero. Untuk menumpas desah-desus bahwa ia sendiri yang menyulut kebakaran itu, Nero menjadikan orang-orang Kristen sebagai kambing hitam dalam peristiwa itu, sehingga beberapa orang Kristen disalibkan atau dibakar atau diumpankan kepada binatang-binatang buas dalam sirkus, rasul Paulus dipenjarakan yang akhirnya dihukum mati pada tahun " 60 M pada masa kekaisaran Nero. Taticus mencatat bahwa kekejaman itu justru menyebabkan simpati luas dalam masyarakat terhadap orang-orang Kristen. Kemungkinan Petrus dan Paulus termasuk diantara para korban itu dan mungkin pula angka 666 dalam Kitab Wahyu 13:18 menunjuk kepada Nero.

 

Vespasianus memerintah sebagai kaisar Roma pada tahun 69 – 79 M namun sebelumya ia adalah jendral Roma pada perang Yahudi tahun 66 – 70 M tetapi sebelum Yerusalem direbut Vespasianus dijadikan kaisar Roma dan kembali ke Roma lewat Aleksandria, meninggalkan Titus, anaknya, untuk menuntaskan perebutan Yerusalem sebelum ia mengepalai tentara di Britania. Ia mati pada 79 M setelah memerintah dengan sederhana sekali lalu ia digantikan oleh Titus. Di pusat kota Roma, terdapat sebuah bangunan amphitheater yaitu tempat pertunjukkan pada zaman Yunani dengan tempat-tempat duduk bertingkat, bangunan ini disebut Colosseum. Colosseum dibangun tahun 70 –79 M oleh kaisar Vespasianus dengan 40.000 pekerja dan budak Kristen. Pada, masa itu banyak orang Kristen yang ditangkap dan dijadikan budak. Pada era pemerintahan kaisar Titus, Colosseum mulai digunakan sebagai tempat pertunjukkan .

 

Nama Colosseum berasal dari bahasa Latin "colossus" yang artinya sangat besar / raksasa. Sesuai dengan namanya, amphitheater ini ini memang sangat luas, dapat memuat sekitar 5000 penonton. Bangunan ini berbentuk oval, terdiri dari tiga tingkat dengan 76 pintu sehingga memudahkan orang keluar masuk tanpa harus berdesakkan. Dua lantai dibangun untuk penonton yang duduk, sedangkan lantai ke-tiga khusus untuk penonton yang berdiri. Di bawah lantai dasar bangunan terdapat ruang-ruang untuk para gladiator yang akan bertanding dan di sisi lain terdapat kandang singa. Colosseum terletak tidak jauh dari pusat kekaisaran Roma yang biasa disebut Roman Forum dan diantara Colosseum dan Roman Forum yang jaraknya 500 meter terdapat gerbang Titus. Dalam sejarah, Colosseum pernah menjadi tempat penyiksaan jemaat Kristen pertama, banyak jemaat Kristen yang ditangkap dan di bawa ke ruang-ruang tempat para gladiator dan sebagian menjadi pekerja paksa, disiksa, diikat, dan dibakar hidup-hidup menjadi lentera jalan di kota Roma. Di Colosseum inilah mereka dijadikan tontonan dan santapan binatang buas, mereka digiring ke tengah lapangan dengan berpakaian putih lalu sementara mereka berlutut sambil bernyanyi memuji Tuhan, singa-singa buas yang kelaparan mulai menerkam serta melahap mereka hidup-hidup, kaisar beserta pengunjung bersorak-sorai. Pertunjukkan Colosseum ini mulai memudar sejak jatuhnya kekaisaran Roma pada abad ke-enam, setelah itu Colosseum tidak lagi dipergunakan sebagai arena pertunjukkan. Pada abad pertengahan terjadi gempa yang dahsyat yang meruntuhkan sebagian kota Roma termasuk Roman Forum, Colosseum mengalami kerusakkan hebat sehingga hampir separuh bangunan itu runtuh.

 

Titus, menggantikan ayahnya, Vespasianus, sebagai kaisar Roma pada tahun 79 - 81 M. Ketegangan antara orang-orang Yahudi dan Romawi berkobar menjadi pemberontakan pada tahun 66 M hingga akhirnya pada tahun 70 M Yerusalem berhasil direbut lalu diluluh-lantahkan oleh Titus dan Bait Allah dihancurkannya, ketika itu ayahnya masih menjadi jenderal. Titus tidak membiarkan satu batupun bangunan di Yerusalem terletak diatas batu lainnya, hal ini dikarenakan Titus mencurigai bahwa kemungkinan besar orang-orang Yahudi menyimpan emas didalam tembok batu-batu bangunan yang tersusun itu. Yesus sudah menubuatkan mengenai penghancuran Bait Allah " 40-50 tahun sebelumnya, ketika itu Yesus berkata kepada murid-muridnya bahwa sesungguhnya tidak satu batupun di Yerusalem ini akan dibiarkan terletak diatas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan. (Mat. 24: 1-2). Nubuatan Tuhan Yesus terbukti !

 

Dalam Lukas 19: 41 kita membaca, "Ketika Yesus telah dekat kota itu. Ia menangisinya, kata-Nya: "Wahai batapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi matamu. Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu mereka tidak akan membiarkan satu batapun tinggal terletak diatas batu yang lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bila mana Allah melawat engkau." Yesus tidak menangis ketika Ia dihianati oleh Yudas dan disangkal oleh Petrus, ketika Ia disiksa dan disalibkan dan ketika Bapa meninggalkan-Nya seorang diri. Tetapi Ia menangis ketika melihat kota Yerusalem.

 

Kenapa Yesus menangisi Yerusalem? Pertama, karena Yesus mengetahui bahwa perpecahan dan peperangan akan menimpa Yerusalem. Kedua, karena Ia tahu Bait Allah akan dihancukan. Ketiga, Penduduk Yerusalem dan pemimpin-pemimpin agamanya merasa telah memelihara hukum Taurat dan sibuk melakukan tugas-tugas keagamaan, tetapi mereka tidak menyadari dan mengerti bahwa Allah telah datang dalam nama Yesus Kristus yang adalah Sang Mesias yang dijanjikan itu. Sebagai mana Yerusalem, Yesus juga menangisi kita, ketika kita memberontak kepada-Nya dan tidak menguduskan tubuh kita yang adalah Bait Allah, ketika kita menolak firman-Nya dengan menyukai hidup di dalam kecemaran dan hawa nafsu yang dapat membinasakan.   

 

Domitianus, kaisar Roma yang memerintah dari 81 – 96 M (karena dibunuh). Di bawah pemerintahannya Romawi berhasil mancapai kemajuan militer di Inggris. Ia memaksakan klaimnya untuk dihormati sebagai dewa dalam rangka memperkukuh persatuan kekaisaran di bawah kekuasaannya, oleh karena itu, penolakan umat Kristen dianggap sebagai sebuah hasutan dan mereka diserahkan ke pengadilan. Mungkin inilah peristiwa penganiayaan yang dimaksud dalam Wahyu 1:9.

 

Trayanus, kaisar Roma, 98 – 117 M, dan seorang prajurit yang berhasil. Surat menyurat antara dia dan Plinius Jr. menghasilkan bukti menarik mengenai keadaan Gereja di Asia kecil ( provinsi Bitania dan Pontus) pada tahun 111-112 M. Sebagai Gubernur Bitania, Plinius memohon petunjuk kaisar Trayanus mengenai bagaimana menangani orang-orang Kristen di provinsinya. Dalam suratnya itu, ia menyebutkan doa pagi orang Kristen yang menyembah Kristus sebagai Allah dan ia bertanya-tanya apakah penolakan mereka untuk berdoa kepada patung kaisar atau hal penolakan mereka menghormati ilah-ilah lain, bukan perbuatan pengkhianatan? Dan apakah orang-orang Kristen itu harus dihukum berdasarkan pengakuan percaya mereka atau hanya dihukum atas pelanggaran mereka berhubung dengan kepercayaan mereka itu? dan apakah kebandelan mereka yang bertahan merupakan alasan yang cukup untuk membunuh mereka?. Pencarian keterangan-keterangan ini cocok sekali dengan inti 1 Petrus 4:12-16.

 

Ignatius yang hidup pada tahun 35 - 107 M adalah salah seorang bapa gereja mula-mula. Latar belakang Ignatius bukanlah orang Kristen tetapi seorang penyembah berhala. Setelah bertobat, Ignatius menjadi murid rasul Yohanes. Ketekunan dan kesetiaan yang ditunjukkan setelah pertobatannya membuat Ignatius maju pesat di dalam imannya, oleh sebab itu ia diangkat oleh rasul Petrus menjadi pemimpin gereja di Antiokhia. Dia menjadi pemimpin gereja di Antiokhia selama lebih kurang 40 tahun. Itulah sebabnya ia dikenal dengan sebutan Ignatius dari Antiokhia, di mana sebutan ini untuk membedakannya dengan Ignatius yang lain. Dalam pelayanannya mengabarkan Injil kerajaan Allah, Ignatius mendapat tentangan dari orang-orang penyembah berhala, mereka menganggap Ignatius telah merendahkan kepercayaan mereka terhadap para dewa lalu hal ini dijadikan alasan untuk dapat menangkapnya, lalu akhirnya Ignatius di tangkap dan dijatuhi hukuman mati oleh kaisar Trayanus yang juga merupakan penyembah berhala. Ignatius tidak gentar sedikit pun dan tetap menunjukkan kesetiaannya di dalam mengikut Kristus.

 

Dalam perjalannya ke Roma untuk pelaksanaan hukuman mati, Ignatius dan rombongan pengawal sempat singgah di beberapa kota. Ketika singgah itulah ia menulis tujuh surat penting yang ditujukan kepada enam jemaat di berbagai kota dan kepada Polikarpus (salah satu dari bapa gereja mula-mula). Surat yang ditujukan kepada jemaat di Roma menunjukkan ketidakgentaran Ignatius menghadapi kematian sebagai martir yang baginya merupakan persembahan yang benar. Ignatius berkata, "Semoga binatang-binatang buas itu menerjang aku dengan penuh semangat. Bila mereka enggan melakukannya, aku akan memaksa mereka. Marilah wahai binatang buas ! Marilah, cabiklah dan terjanglah, wahai penghancur tulang dan sendi ! Marilah, wahai pembinasa keji yang jahat ! Aku hanya mau bertemu dengan Kristusku." Di Colosseum, Roma, Ignatius akhirnya dihukum mati dengan cara diadu dengan binatang buas.

 

Adrianus adalah kaisar Roma yang memerintah pada tahun 117-138 M. Pada tahun 135 M Adrianus membangun kuil dewa Yupiter di lokasi Bait Allah di Yerusalem. Tujuan Adrianus adalah ingin meromawisasi Yerusalem dengan mengganti namanya menjadi Aelia Capitolina (yang dimaksud Capitolina adalah dewa Yupiter) dan ia melarang orang Yahudi memasukinya dan juga membinasakan orang Yahudi. Larangan orang Yahudi memasuki Aelia Capitolina berlanjut hingga abad ke-4 M. Bukan hanya itu, Adrianus juga menghapus Yudea dari petanya dan menggantinya dengan nama Palestina yang berasal dari kata Ibrani "Filistin" dengan maksud menjauhkan orang Yahudi dari negaranya dan agar mereka kehilangan semangat nasionalismenya. Inilah akar masalah dari konflik Israel-Palestina.

 

Yudea adalah nama Latin dari "Yehuda" dan diadopsi oleh pemerintah Romawi untuk nama provinsi yang diperintah dari Kaiseria dan merupakan bagian dari Siria, dengan kata lain Yudea tidaklah sama dengan kerajaan Yehuda lama. Tiga tahun sebelum dibangunnya kuil dewa Yupiter oleh Adrianus yaitu pada tahun 132 M, Bar Kokhba memimpin pemberontakan orang-orang Yahudi nasionalis terhadap rencana pembangunan kuil dewa Yupiter di lokasi Bait Allah. Nama Bar Kokhba berarti "anak bintang" (dari nubuat dalam Bil. 24: 17) dan ia adalah pemimpin pasukan gerilya yang memerangi Romawi sejak tahun 132-135 M. Pemberontakan ini adalah yang kedua kalinya sejak tahun 66 M ketika waktu itu Yerusalem dihancurkan oleh Titus. Bar kokhba menyakini dirinya adalah Mesias dan ia dieluk-elukan demikian oleh rabi Akiba. Para pendukungnya yang entusiastis menderita kekalahan besar sebelum puncak kekalahan mereka. Menurut Yustinus dan Eusebius, umat Kristen di wilayah itu menolak untuk bergabung ke dalam pemberontakan, dan mereka dianiaya. 

    

Berikut ini adalah nama-nama kaisar Roma yang memerintah pada era Perjanjian Baru :

1. Agustus(27 sM – 14 M)                  

2. Tiberius(14 – 37 M)                        

3. Gayus(37 – 41 M)                          

4. Klaudius(41 – 54 M)                                  

5. Nero(54 – 68 M)                            

6. Galba(68 – 69 M)                           

7. Otho; Vitelius(69 M)

8. Vespasianus (69 – 79 M)

9. Titus(79 – 81 M)

10. Domitianus (81 – 96 M)

11. Trayanus(96 – 117 M)

12. Adrianus(117 – 138 M)

 

Tuhan Yesus berfirman …

Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.

(Matius 10: 22)

 

 

 

VII. JAM BERAPA YESUS DISALIBKAN?

 

            Baik Injil-injil Sinoptik maupun Injil Yohanes, keduanya mencatat kunjungan Yesus ke Yerusalem pada hari raya Paskah di akhir hidup-Nya, namun mereka tidak sepakat mengenai penanggalan yang tepat (sumber: kamus Alkitab, W.R.F Browning). Kutipan tersebut menyatakan bahwa adanya penganggalan yang berbeda antara Injil-injil Sinoptik dan Injil Yohanes, apabila kita berbicara mengenai sistem penanggalan berarti hal itu berkaitan erat dengan perhitungan waktu. Apabila kita membaca Markus 15 : 25 dan Yohanes 19 : 14 kita akan menemukan suatu perbedaan penulisan tanda waktu dan sesungguhnya hal ini menunjukkan betapa luas dan dalamnya kekayaan dari firman Tuhan, sebab Yesus Kristus sendiri berkata bahwa …"Kitab Suci tidak dapat dibatalkan" (Yoh 10 : 35), jadi intinya tidak ada hal yang bertolak belakang antara Injil Yohanes dan Injil-Injil Sinoptik, yang ada ialah kesatuan kebenaran Injil kerajaan Allah yang tak dapat terbantahkan oleh siapapun juga . 

 

Dalam bagian ini kita akan mengetahui sebagian kecil bukti adanya perbedaan cara perhitungan waktu antara Injil Yohanes dan Injil-injil Sinoptik. Yesus Kristus disalibkan pada pukul sembilan tetapi dalam Yohanes 19 : 14, Yesus masih berada di gedung pengadilan kira-kira pukul dua belas yang berarti bahwa Ia belum disalibkan pada jam dua belas.

 

Markus 15 : 25          Hari jam sembilan ketika Ia disalibkan

 

Yohanes 19 : 14         Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas. Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu : "Inilah rajamu!" 

 

               

            Mengingat bahwa tujuan tujuan ini adalah sebagai pengikut Kristus kita harus dapat memberi jawab kepada setiap orang dengan penuh hikmat dan kasih mengenai kuasa Yesus yang telah memberikan jaminan keselamatan kepada kita oleh karena pengorbanan-Nya (Kolose     4:5-6). Kita perlu menyadari suatu fakta bahwa kehidupan pada abad pertama sangat berbeda jauh seperti abad ke-21 ini, pada zaman modern ini, kita selalu dapat mengetahui tanda waktu setiap saatnya misalnya dengan melihat jam tangan atau telepon seluler tetapi pada abad pertama sarana seperti itu belumlah ada, kemungkinan besarnya adalah penunjuk waktu melalui bayangan matahari, melihat posisi matahari, ataupun hal-hal lainnya seperti bunyi hewan (khusus di malam hari) digunakan pada abad pertama untuk menunjukan tanda waktu pada siang dan malam hari.

 

            Sebelum kita membahas mengenai kronologis waktu tentang penyaliban Yesus, mari kita terlebih dahulu mengetahui tentang jenis-jenis sistem penanggalan (kalender) yang berlaku di setiap sejarah peradaban manusia. Hal ini dikarenakan memang adanya perbedaan jenis sistem penanggalan (kalender) yang dipakai antara Injil-injil Sinoptik dan Injil Yohanes.

 

            Orang Yahudi kuno membagi malam menjadi 3 bagian giliran jaga yang masing-masing terdiri atas 4 jam sedangkan orang Romawi membagi malam menjadi 4 bagian giliran jaga yang masing-masing terdiri atas 3 jam.

 

 

A. Pembagian malam orang Yahudi kuno berdasarkan waktu giliran jaga.

·         Jam pertama disebut waktu jaga malam / jam-kepala (Ratapan 2:19)

= matahari terbenam (" pukul 18:00) – pukul 22:00

·         Jam ke-dua disebut waktu jaga tengah malam / jam-tengah (Hakim-hakim 7:19)

= pukul 22:00 – pukul 02:00

·         Jam ke-tiga disebut waktu jaga pagi / jam-pagi (Keluaran 14:24)

= pukul 02:00 – matahari menyingsing ("pukul 06:00)

 

Orang Yahudi Kuno membagi malam menjadi tiga bagian, kemungkinan hal ini dikarenakan bangsa Israel (khususnya dalam Perjanjian Lama) harus berjaga-jaga terhadap serangan musuh pada malam hari, jadi mereka menempatkan prajurit penjaga sepanjang malam yang dilakukan secara bergiliran berdasarkan ketentuan waktunya yaitu 3 kali giliran jaga: jam pertama adalah giliran jaga malam ; jam ke-dua adalah giliran jaga tengah malam ; jam ke-tiga adalah giliran jaga pagi. Selain itu, Orang Yahudi Kuno kemungkinan besar menghitung "hari" mulai dari matahari terbit sampai matahari terbenam, jadi tidak ada pembagian seperti halnya malam.

 

Jadi kesimpulannya adalah dalam perhitungan waktu orang Yahudi kuno, malam adalah 3 jam dan "hari" adalah masa matahari terbit sampai matahari terbenam . Untuk matahari yang mulai terbit, mereka menyebutnya menjelang siang dan untuk matahari yang mulai terbenam mereka menyebutnya menjelang malam.

 

1 malam = 3 jam

1 hari   = matahari terbit – matahari terbenam (setara dengan 12 jam)            


B. Pembagian malam orang Romawi berdasarkan waktu giliran jaga.

·         Jaga pertama= matahari terbenam " pukul 18:00-21:00

·         Jaga ke-dua = pukul 21:00-24:00

·         Jaga ke-tiga = pukul 00:00-03:00

·         Jaga ke-empat= pukul 03:00 – matahari menyingsing " pukul 06:00

 

Penggunaan penanggalan Julian (1 tahun=365 ¼ hari) sejak tahun 45 sM pada sistem perhitungan waktu Romawi sangatlah mempengaruhi jumlah jam pada malam hari dan jumlah jam pada satu hari'. Oleh karena penanggalan Julian adalah acuan dari penanggalan Masehi seperti yang berlaku pada sekarang ini, seperti halnya sistem penanggalan Masehi maka dalam perhitungan waktu Romawi berdasarkan penanggalan Julian, suatu hari dimulai dari tengah malam dan berakhir pada tengah malam berikutnya. Pada penanggalan ini, pembagian empat masa giliran jaga masih berlaku tetapi tidak berarti untuk menyebut jumlah jam pada malam hari yaitu empat jam.

 

1 hari               = 24 jam (tengah malam – tengah malam)

 

Tidak seperti halnya cara orang Yahudi kuno, orang-orang Yahudi dalam Perjanjian Baru membagi malam menjadi 4 bagian masing-masing terdiri atas tiga jam sama seperti waktu giliran jaga orang Romawi, hal ini kemungkinan besar dikarenakan pengaruh penjajahan Romawi yang begitu kuat sehingga mempengaruhi aspek-aspek sosial dalam masyarakat Yahudi pada era itu, salah satu dari pengaruh itu adalah adanya perubahan jumlah jam pada malam hari dalam cara perhitungan waktu orang Yahudi.

 

- Jam pertama disebut malam, mulai dari pukul 18:00-21:00

- Jam ke-dua disebut tengah malam, mulai dari pukul 21:00-24:00

- Jam ke-tiga disebut kokok ayam, mulai dari pukul 00:00-03:00

- Jam ke-empat disebut pagi, mulai dari pukul 03:00-06:00

 

Tampaknya orang Yahudi pada era penjajahan Romawi menghitung malam selama 4 jam sedangkan orang Yahudi yang hidup jauh sebelum masa penjajahan Romawi menghitung malam selama 3 jam. Dalam Perjanjian Baru, orang Yahudi menghitung jam "hari" dimulai pada saat jam ke-0 (matahari terbit " pukul 06.00 pagi) sampai jam ke-11 (pukul 17.00).

 

Jadi kesimpulannya adalah dalam perhitungan waktu orang Yahudi era Yesus, malam adalah 4 jam dan hari adalah 12 jam (masa matahari terbit sampai matahari terbenam) . Untuk matahari yang mulai terbit, mereka menyebutnya menjelang siang dan untuk matahari yang mulai terbenam mereka menyebutnya menjelang malam.

 

            1 malam           =  4 jam

            1 hari               = 12 jam

 

Di bawah ini adalah perbedaan perhitungan waktu Yahudi dengan Romawi (Julian) yang dimulai dari jam pertama.

 

Tanda waktu

Perhitungan sistem waktu Yahudi

Perhitungan sistem waktu Romawi (Julian)

Jam ke-1

Jam ke-2

Jam ke-3

Jam ke-4

Jam ke-5

Jam ke-6

Jam ke-7

Jam ke-8

Jam ke-9

Jam ke-10

Jam ke-11

Pukul 07:00 pagi

Pukul 08:00 pagi

Pukul 09:00 pagi

Pukul 10:00 pagi

Pukul 11:00 pagi

Pukul 12:00 siang

Pukul 13:00 siang

Pukul 14:00 siang

Pukul 15:00 sore

Pukul 16:00 sore

Pukul 17:00 sore

Pukul 01:00 dini hari

Pukul 02:00 dini hari

Pukul 03:00 dini hari

Pukul 04:00 dini hari

Pukul 05:00 pagi

Pukul 06:00 pagi

Pukul 07:00 pagi

Pukul 08:00 pagi

Pukul 09:00 pagi

Pukul 10:00 pagi

Pukul 11:00 pagi

 

 

            Pergantian hari yang baru menurut orang Yahudi kuno hingga era Perjanjian Baru dimulai dari matahari terbenam sedangkan pergantian hari yang baru menurut orang Romawi berdasarkan penanggalan Julian dimulai dari tengah malam (pukul 24:00 / pagi dini hari). Pada ere Yesus, Orang Yahudi memulai jam pertama pada pukul 07:00 yang dimulai pada saat matahari terbit (jam ke-0) dan berakhir pada pukul 17:00 (jam ke-11), sedangkan bagi orang Romawi yang mengacu pada perhitungan kalender Julian, jam pertama dimulai pada tengah malam (01:00).

 

            Pada perhitungan waktu Orang Yahudi kuno, nama hari dalam satu minggu tidak memiliki nama khusus tetapi hanya diberi nomor, kecuali Sabat.

 

·         No.1 disebut hari pertama (sekarang disebut Minggu)

·         No.2 disebut hari ke-dua (sekarang disebut Senin)

·         No.3 disebut hari ke-tiga (sekarang disebut Selasa)

·         No.4 disebut hari ke-empat (sekarang disebut Rabu)

·         No.5 disebut hari ke-lima (sekarang disebut Kamis)

·         No.6 disebut hari ke-enam (sekarang disebut Jumat)

·         Hari Sabat (sekarang disebut Sabtu)

 

Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama

  ( Kejadian 1 : 5 )

           

Saya tidak meragukan bahwa sesungguhnya penulis Injil Yohanes menggunakan sistem perhitungan waktu cara Romawi berdasarkan penanggalan Julian sedangkan penulis-penulis Injil-injil Sinoptik menggunakan sistem perhitungan waktu cara Yahudi yang berlaku pada era Yesus. Injil Yohanes ditulis setelah ketiga Injil (Sinoptik) sebelumnya ditulis, yaitu sekitar tahun 90-100 M. Pada saat itu Yohanes sedang tinggal di Efesus, yang menjadi ibukota propinsi Roma di Asia, sehingga ia menjadi terbiasa menggunakan waktu berdasarkan cara orang-orang Roma. Bukti lebih lanjut dapat kita temukan dalam Yohanes 20:19 yaitu peristiwa ketika Tuhan Yesus menampakan diri-Nya kepada murud-murid-Nya setelah Ia dibangkitkan, dalam ayat itu tertulis " ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu ", itu berarti pada hari Minggu malam setelah pada pagi harinya Yesus dibangkitkan, hal tersebut menunjukan fakta bahwa Yohanes menggunakan sistem perhitungan cara Romawi (seperti pada sekarang ini) sedangkan kalau menurut perhitungan sistem Yahudi, minggu malam berarti sudah masuk hari senin karena hari menurut penanggalan sistem Yahudi dimulai saat matahari terbenam (petang).

 

Bukti yang lebih jelas mengenai adanya perbedaan penggunaan sistem penaggalan antara Injil-injil Sinoptik dengan Injil Yohanes akan dibahas di bagian IX tulisan ini yaitu mengenai makan Paskah dan Perjamuan Malam dalam Injil Sinoptik dan Injil Yohanes, yang pasti perbedaan perhitungan waktu ini benar adanya bukan hanya suatu teori belaka tetapi fakta.

 

            Sekarang mari kita menjawab, jam berapa Yesus sesungguhnya disalibkan ? dan untuk memperoleh keterangan mengenai "perbedaan penulisan tanda waktu" yang terdapat pada Markus 15 : 25 dan Yohanes 19 : 14 mari kita lihat dalam Alkitab King James Version ( KJV ).

 

  • Markus 15 : 25

KJV , And it was the third hour, and they crucified him.

                    LAI TB, Hari jam sembilan ketika Ia disalibkan.

 

            Dari keterangan diatas kita dapat mengetahui bahwa the third hour = jam sembilan dan yang perlu kita ingat adalah Injil Markus ditulis menggunakan sistem perhitungan waktu cara Yahudi.

The third hour artinya jam ke-3 dan menurut perhitungan waktu Yahudi Jam ke-3 adalah pukul sembilan.

 

 

  • Yohanes 19 : 14

KJV ,  And it was the preparation of the passover, and about the sixth hour: and he saith unto the Jews, Behold your King!

LAI TB , Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas. Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu: "Inilah rajamu!"

 

            Dari keterangan diatas kita dapat mengetahui bahwa the sixth hour = jam dua belas dan yang perlu kita ingat adalah Injil Yohanes ditulis menggunakan sistem perhitungan waktu cara Romawi.

            The sixth hour artinya jam ke-6 dan menurut perhitungan Romawi adalah benar-benar pukul enam ( tetapi LAI TB menulisnya jam duabelas ).

 

 

 

·         Lukas 23 : 44

KJV ,  And it was about the sixth hour, and there was a darkness over all the earth until the   ninth hour.

LAI TB ,  Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga.

 

           

Dari keterangan diatas kita dapat mengetahui bahwa : 1. the sixth hour = jam dua belas

                                                                                                   2. the ninth hour = jam tiga 

 

            Dan yang perlu kita ingat adalah Injil Lukas ditulis menggunakan sistem perhitungan waktu cara Yahudi sama seperti Injil Markus dan Matius.

The sixth hour artinya jam ke-6 (bandingkan dengan Yoh 19:14) dan the ninth hour artinya jam ke-9. Menurut perhitungan waktu Yahudi jam ke-6 = pukul 12.00 sedangkan jam ke-9 = pukul 15.00 ( 3 sore ).

 

Perhitungan waktu cara orang Yahudi adalah:

Jam ke-1 adalah pukul 07.00

Jam ke-3 adalah pukul 09.00

Jam ke-6 adalah pukul 12.00

Jam ke-9 adalah pukul 15.00

 

 

KESIMPULAN :

Berdasarkan Markus 15 : 25 ; Yohanes 19 :14 ; Lukas 23 : 44 kita dapat mengetahui bahwa :

 

1.      Yesus dijatuhi hukuman mati di gedung pengadilan Pilatus pada pukul 06:00

(Yoh 19: 14)

2.      Yesus disalibkan pada pukul 09:00 (Markus 15: 25)

3.      Kegelapan meliputi daerah itu dari pukul 12:00 sampai 15:00 (Lukas 23: 44)

4.      Yesus mati pada pukul 15:00 (Lukas 23: 46)

 

 

Di bawah ini adalah contoh-contoh perbedaan perhitungan waktu dalam Injil Yohanes yang memakai perhitungan cara Romawi dan Injil-Injil Sinoptik (Matius, Markus& Lukas) yang memakai cara Romawi :

 

1.   Yoh 19: 14 "Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas (jam ke-6). Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu: "Inilah rajamu!"

      Jam ke-6 = benar-benar pukul 06:00 pagi

 

2.   Luk 23: 44 "Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas (jam ke-6), lalu kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga (jam ke-9).

      Jam ke-6 = pukul 12:00 siang    ;   Jam ke-9 = pukul 15:00 sore

 

3.   John 4:52 "Yesterday at the seventh hour the fever left him" (KJV)

      Yoh 4: 52 "Kemarin siang pukul satu (jam ke-7) demamnya hilang" (LAI TB)

      Jam ke-7 = benar-benar pukul 07:00 pagi

      Dalam KJV tidak terdapat kata noon / afrternoon yang artinya "siang" tetapi LAI TB mencantumkan kata "siang", Jadi jam ke-7 menurut perhitungan Romawi adalah benar-benar jam 07:00 pagi.

 

4.   Mrk 15: 25 "Hari jam sembilan (jam ke-3) ketika Ia disalibkan.

      Jam ke-3 = pukul 09:00 pagi

 

5.   John 1:39 "and abode with him that day: for it was about the tenth hour".

Yoh 1: 39

"Dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia; waktu itu kira-kira pukul empat (jam ke-10)

Jam ke-10 = benar-benar pukul 10:00 pagi

 

…Aku adalah Yang Awal dan Yang Akhir, dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-lamanya..

( Wahyu 1 : 17-18 )

 

 

 

 

VIII. PASKAH DAN PERAYAAN ROTI TAK BERAGI

 

            Paskah yang berawal dari perayaan Passover atau Pesach (yang berarti: berlalu/melewati) dalam kitab Keluaran merupakan pesta tahunan bangsa Yahudi yang diadakan pada tanggal 14 bulan Nisan, memperingati peristiwa-peristiwa penyelamatan pada keluaran dari Mesir. Peristiwa ini merupakan puncak perjuangan membawa bangsa Israel keluar dari Mesir dimana kuasa Allah dinyatakan pada Firaun. Bulan pertama yaitu bulan Abib, sama dengan Maret – April sekarang tetapi Setelah masa pembuangan di Babel nama bulan ini diganti dengan Nisan yang artinya permulaan atau pembukaan. Awal Israel sebagai umat Allah harus harus ditandai pada penanggalan mereka, tahun rohani bagi Israel diawali oleh bulan Paskah, bulan pertama (Nisan), kehidupan baru Israel yang menjadi bangsa yang ditebus.

 

Namun Paskah segera menjadi perayaan utama umat Kristen mula-mula untuk memperingati tahunan kebangkitan Yesus Kristus yang merupakan simbol kemenangan Yesus atas maut dan dosa. Makna Paskah yang terdapat dalam sejarah bangsa Yahudi dengan iman Kristen memiliki kesamaan yang substansial karena hakekat Paskah dirayakan sebagai hari pembangkitan dari kematian. Bangsa Israel memperingati peristiwa pembebasannya dari Mesir yang merupakan lambang penindasan dan penyeberangan laut Merah yang merupakan lambang kematian. Bagi orang Kristen, Paskah merupakan peristiwa kebangkitan Yesus dari kematian, ini merupakan pengajaran penting dalam kekeristenan karena kematian dan kebangkitan Yesus adalah titik klimaks dari iman dan pengharapan umat Kristen, sebab ada tertulis: "Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosa" (1 Korintus 15: 17). jadi barangsiapa yang percaya dan melakukan kehendak Kristus ia tidak hidup di dalam perbudakan dosa lagi dan maut tidak akan berkuasa atas orang itu.

 

Bulan ini akan menjadi permulaan segala bulan bagimu; itu akan menjadi bulan pertama bagimu tiap-tiap tahun.

(Keluaran 12: 2)

 

 

            Sebelum Allah menulahi tanah Mesir dengan tulah ke-sepuluh yaitu kematian tiap-tiap anak sulung di tanah mesir, Ia berfirman, melalui Musa dan Harun, kepada bangsa Israel untuk menyiapkan seekor anak domba jantan, tidak bercela, berumur setahun bagi tiap-tiap rumah tangga, dan lagi anak domba jantan itu harus diambil pada tanggal 10 Nisan kemudian dikurung sampai tanggal 14 Nisan dan disembelih pada waktu petang. Bangsa Israel mengawali hari mulai dari petang bukan dari 00.00 dini hari seperti sekarang, Jadi anak domba jantan itu disembelih pada waktu matahari terbenam / petang (Kel 12:6), saat dimana tanggal 14 Nisan baru dimulai, selain itu mereka harus makan roti yang tak beragi hampir bersamaan waktunya dengan penyembelihan anak domba jantan itu, mereka harus makan roti yang tak beragi itu selama tujuh hari, yaitu sampai petang tanggal 21 Nisan.

 

            Setelah disembelih, darah anak domba jantan itu harus diambil sedikit dan dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas, pada rumah-rumah dimana orang memakannya, darah anak domba itu menjadi tanda bagi bangsa Israel apabila TUHAN melihat tanda itu maka kematian akan lewat dari pada mereka. Setelah itu mereka makan ketika sudah malam (18.00 – 22.00), inilah yang disebut makan Paskah, daging anak domba harus dipanggang di api, lengkap dengan kepalanya dan betisnya dan isi perutnya, satu tulangpun tidak boleh dipatahkan, harus dimakan dalam satu rumah, sedikitpun dari dagingnya tidak boleh dibawa keluar rumah dan lagi daging itu tidak boleh disisakan sampai pagi. Daging itu tidak boleh dimakan mentah maupun direbus dalam air, selanjutnya daging yang dipanggang itu harus mereka makan pada malam itu juga dan daging panggang itu harus dimakan dengan roti yang tak beragi beserta sayur pahit dengan tata cara : pinggang berikat, kasut pada kaki, tongkat ditangan dan makan dengan buru-buru.  

Adat perayaan Roti Tak Beragi pertama kali di lakukan pada masa keluaran bangsa Israel dari Mesir yang menurut tradisi terjadi dengan sangat terburu-buru sehingga para perempuan tidak berkesempatan menunggu sehingga adonan roti itu menguak oleh karena penggunaan ragi (Kel 12: 14-20).

 

 

Ingatlah akan bulan Abib dan rayakanlah Paskah bagi TUHAN, Allahmu..

(Ulangan 16: 1)

           

 

            Tanggal 14 Nisan, pada malam harinya tiap-tiap rumah tangga bangsa Israel makan Paskah setelah mereka membubuhi kedua tiang pintu dan ambang atasnya dengan darah anak domba jantan, mereka tidak boleh keluar rumah sampai pagi. Pada waktu tengah malamnya (22.00-02.00), TUHAN menjelajahi tanah Mesir dan membunuh tiap-tiap anak sulung di Mesir, muali dari anak sulung Firaun sampai pada anak sulung tawanan beserta anak sulung hewan lalu terdengarlah seruah yang hebat di tanah Mesir pada malam itu karena tidak ada rumah yang tidak terdapat kematian (Kel 12:29). Akhirnya, Firaun memanggil Musa dan Harun untuk membawa orang-orang Israel keluar dari tanah Mesir. Bangsa Israel keluar dari Raamses ke Sukot setelah mereka merampasi barang-barang emas, perak, serta kain-kain dari orang Mesir dengan cara memintanya karena TUHAN telah membuat orang Mesir itu bermurah hati (Kel 12:34-38), TUHAN berfirman bahwa orang Israel tidak boleh keluar rumah sampai pagi, maka kemungkinan besarnya adalah sekitar mulai pukul 02.00 malam itu (yang disebut pagi) setelah orang Israel mendapat kabar dari Musa dan Harun, mereka buru-buru keluar rumah untuk merampasi orang Mesir dan setelah itu mereka semua pergi ke Sukot, pagi itu.

 

            Jauh beberapa ratus tahun sebelum bangsa Israel yang dipimpin Musa keluar dari tanah perbudakan di Mesir, Allah telah terlebih dahulu memberitakan kabar ini kepada Abraham. Dalam kitab Kejadian 15: 13-16 kita membaca firman Allah kepada Abraham: "Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa keturunanmu [Israel] akan menjadi orang asing dalam suatu negeri yang bukan kepunyaan mereka [Mesir], dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya empat ratus tahun lamanya, tetapi bangsa yang memperbudak mereka akan Kuhukum dan sesudah itu mereka akan keluar dengan membawa harta benda yang banyak. Tetapi engkau [Abraham] akan pergi ke kepada nenek moyangmu dengan sejahtera; engkau akan dikuburkan pada waktu telah putih rambutmu. Tetapi keturunan yang keempat [Musa] akan kembali ke sini [tanah Kanaan], sebab sebelum itu kedurjanaan orang Amori itu belum genap."

 

            Orang Amori adalah penghuni daerah seberang Yordan sebelum masuknya bangsa Israel. Kemungkinan menetap disana sejak 1900 sM. Mereka menolak pendatang baru namun mereka sendiri terusir. Pengusiran mereka adalah sebagai ganjaran yang pantas atas penyembahan berhala yang mereka lakukan. Dalam Kej.15: 13, lamanya bangsa Israel diperbudak di Mesir dikatakan dalam bilangan bulat (400 tahun) apabila kita bandingkan dengan Kel.12: 40, yang mengatakan 430 tahun. Hal ini dimungkinkan juga oleh karena kesalahan fatal yang dilakukan Musa (Kel.2: 12) sehingga waktu penyelamatan itu tertunda 30 tahun. Bilangan bulat 400 tahun mengacu sebagai 4 keturunan, yaitu jangka hidup yang diperhitungkan masing-masing satu abad. Maksud istilah "keturunan yang keempat" yang ditujukan pada Musa adalah ia dilahirkan 400 tahun sesudah Yusuf wafat di Mesir. Jadi bukannya Musa adalah keturunan keempat dari Abraham. 

 

            Melalui peristiwa pembebasan bangsa Israel, kita dapat memahami bahwa sesungguhnya yang menjadi perbedaan bangsa Israel dan Mesir pada malam itu adalah darah anak domba jantan yang telah disembelih. Seandainya saat itu bangsa Israel tidak percaya dan taat untuk melakukan apa yang telah difirmankan TUHAN yaitu mereka harus menandai kedua tiang pintu dan ambang atasnya dengan darah anak domba jantan dan jangan keluar rumah sampai pagi pastilah kematian anak sulung akan dialami mereka seperti halnya orang Mesir. Darah anak domba jantan yang tak bercela menyelamatkan bangsa Israel dari maut pada malam itu, seandainya orang Mesir melihat dan melakukan juga apa yang dilakukan oleh orang Israel pada petang itu, pastinya maut juga akan lewat dari mereka. Yesus Kristus disebut juga Anak Domba Allah (Yoh 1:36), Ia telah mencurahkan darah-Nya bagi umat manusia dan barangsiapa yang percaya dan melakukan perintah-Nya tidak akan memperoleh kehidupan kekal, dengan kata lain darah Kristus, Anak Domba Allah, menjadi tanda yang membedakan orang-orang yang akan binasa dalam maut dengan orang-orang yang memiliki hidup kekal dalam Kerajaan-Nya.

 

Sebagai orang Kristen sejati, kita harus mengerti dan memahami hal ini: bahwa sesungguhnya hanya beragama Kristen bukanlah suatu jaminan bahwa orang tersebut memiliki keselamatan apabila cara hidup yang dimilikinya seperti cara hidup orang-orang yang akan binasa, bertentangan dengan apa yang dirindukan Kristus. Ingat ! pada malam itu, di tanah Mesir yang menjadi perbedaan antara orang Israel dengan orang Mesir bukanlah status kebangsaan diantara mereka melainkan darah anak domba jantan yang merupakan hasil dari ketaatan, demikianlah juga menjelang kedatangan Yesus yang kedua kalinya sebagai Hakim, yang menjadi perbedaan antara orang yang akan binasa dan yang memiliki kehidupan kekal bukanlah status agamanya, kebangsaannya atau sosialnya, melainkan darah Anak Domba Allah yang telah disembelih yaitu Yesus Kristus. Janganlah kita mengangap remeh nilai dari kehidupan kekal di dalam Yesus Kristus, jangan sampai kita menukarkan jaminan hidup kekal di dalam Kristus dengan kenikmatan serta harta duniawi seperti halnya yang dilakukan oleh Yudas Iskariot, inilah fakta yang harus kita ketahui bahwa sebenarnya semua dosa-dosa kita telah diampuni bukan karena amal perbuatan baik sehingga kita layak atau pantas diampuni tetapi karena Yesus Kristus telah mencurahkan darah-Nya dan mati untuk kita oleh karena cinta kasih abadi-Nya kepada kita yang menaruh pengharapan pada-Nya.

           

Apakah kita telah membubuhi darah Yesus Kristus di ambang atas dan kedua tiang pintu rumah kehidupan kita? atau apakah kita tidak melangkah keluar dari rumah kehidupan kita yang telah ditandai dengan darah Kristus ?.Jadi, letakkanlah iman, pengharapan dan hidup kita dalam Yesus kemudian janganlah keluar dari pengajaran Injil yang telah dikaruniakan oleh kasih-Nya kepada kita.

 

Tuhan Yesus berfirman….

 

Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu,

Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak,

sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.

(Yohanes 15: 16a; 5b)

 

 

A. Penetapan tanggal Paskah

 

            Berbada dengan tradisi Natal, Paskah tidak mempunyai tanggal dan bulan yang tetap. Hal tersebut disebabkan perbedaan acuan dalam menetapkan perhitungan hari. Natal didasarkan pada sistem penanggalan matahari (kalender Solar) sedangkan Paskah didasarkan pada sistem bulan-matahari (sistem Lumisolar). Gereja purba tidak pernah direpotkan dengan soal tanggal Paskah, karena mereka merayakannya setiap hari Minggu, yaitu hari kebengkitan Tuhan Yesus (bnd. Kis 20: 17; 1 Kor.16: 2). Baru pada abad ke-2, mulai ada jemaat-jemaat Kristen yang mengkhususkan hari Minggu tertentu untuk dirayakan sebagai hari Paskah, setahun sekali. Ada perbedaan dalam penetapan tanggal Paskah tiap tahunnya. Jemaat-jemaat Kristen asal Yahudi berpendapat bahwa Paskah sebaiknya dirayakan sebagai pengganti tradisi Paskah Yahudi (bnd. Imamat 23) yaitu pada tanggal 14 bulan Nisan (menurut kalender Yahudi) tanpa mempersoalkan hari (Kel.12: 6, 11). Namun sebaliknya, jemaat-jemaat Kristen yang berasal dari bangsa-bangsa lain (bukan Yahudi) berpendapat bahwa Paskah sebaiknya dirayakan pada hari Minggu, yaitu hari kebangkitan Tuhan Yesus.

 

            Pada tahun 325, dalam konsili di Nicea, ditetapkan bahwa perayaan Paskah adalah pada hari Minggu pertama sesudah bulan purnama yang jatuh pada atau sesudah tanggal 21 Maret, yaitu tanggal permulaan musim semi. Apabila bulan purnama itu jatuh pada hari Minggu, maka Paskah dirayakan pada hari Minggu berikutnya. Keputusan tersebut disetujui oleh semua gereja di seluruh dunia. Jadi, patokan tanggal yang dipakai setiap tahunnya antara tanggal 22 Maret s/d 25 April. Dengan demikian tanggal Paskah sudah dapat ditetapkan sekian puluh tahun dimuka. Misalnya, kita sudah dapat mengetahui untuk tahun 2000, Paskah jatuh pada tanggal 23 April; tahun 2005 jatuh pada tanggal 27 Maret dan pada tahun 2010, Paskah akan jatuh pada tanggal 4 April. Kalau tanggal Paskah sudah bisa diketahui, maka dengan mudah ditetapkan tanggal hari Jum'at Agung (3 hari sebelum Paskah), hari Kenaikan Tuhan Yesus (40 hari sesudah Paskah) dan Pentakosta (50 hari sesudah Paskah). 

 

 

Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran..

(2 Timotius 2: 23)

           

 

IX.   MAKAN PASKAH DAN PERJAMUAN MALAM DALAM INJIL SINOPTIK DAN INJIL YOHANES

 

          Kita telah menyimpulkan sebelumnya bahwa adanya suatu perbedaan cara perhitungan waktu diantara Injil-injil Sinoptik dengan Injil Yohanes dan kita telah membahas sebelumnya dalam bagian III mengenai pukul berapa Yesus disalibkan tetapi kita akan segera mengetahui bukti yang sangat jelas mengenai perbedaan tersebut dalam bagian pembahasan ini ini.

 

            Pada malam hari sebelum orang Israel keluar dari tanah Mesir, mereka diperintahkan Allah melalui Musa untuk menyembelih seekor anak domba jantan pada waktu petang yaitu permulaan tanggal 14 Nisan lalu pada malam harinya mereka makan Paskah, bersamaan pada saat penyembelihan anak domba Paskah, mereka juga harus makan roti yang tak beragi pada petang itu kemudian pada keesokan harinya pada petang tanggal 15 Nisan, mereka mengadakan hari raya Roti Tidak Beragi selama tujuh hari yaitu sampai petang tanggal 21 Nisan.

           

            Apabila kita membaca dan memperhatikan dengan cermat (disarankan membuka Alkitab-Red) alur peristiwa yang dimulai dari saat Yesus makan Paskah sebelum sampai pada hari kebangkitan-Nya dalam Injil-injil Sinoptik (Matius pasl.26:17- psl.28 ; Markus psl.14:12- psl.16 ; Lukas psl.22:7 – psl.24) lalu membandingkannya dengan Injil Yohanes ( Yohanes psl.13 – psl.20), kita akan mengetahui dengan sangat jelas sekali bahwa adanya perbedaan sistem penanggalan antara Injil-injil Sinoptik dengan Injil Yohanes. Injil Sinoptik menggunakan acuan kalender Yahudi sedangkan Yohanes mengunakan acuan kalender Romawi.

 

 

Berikut ini adalah alur peristiwa-peristiwa yang dicatat dalam ketiga Injil Sinoptik (Matius, Markus, Lukas) yg berdasarkan penanggalan Yahudi:

 

Ø  Tgl. 13 Nisan, hari sebelum Paskah, berakhir pada petang (kamis, 18:00)

 

Ø  Petang, Tgl. 14 Nisan (Jumat, 18:00)   

1.      Persiapan Paskah: orang Yahudi menyembelih anak domba, makan roti yang tak beragi, persiapan makan paskah.

2.      Para murid Yesus mencari tempat untuk makan Paskah bersama Yesus.

 

Ø  Tgl. 14 Nisan, malam ( Jumat, 18:00-21:00)

1.      Orang Yahudi makan Paskah: Yesus dan murid-murid-Nya juga makan Paskah lalu mengadakan Perjamuan Paskah (merupakan simbol dari pengorbanan yang akan ditanggung-Nya).

 

Ø  Tgl. 14 Nisan, larut malam sampai waktu kokok ayam (Jumat, 21:00-03:00)

1.      Yesus dan para murid-Nya pergi ke taman Getsemani

2.      Penangkapan Yesus yang dipimpin oleh Yudas Iskariot

3.      Yesus dibawa ke Kayafas, Imam Besar ; Yesus diadili oleh Mahkamah Agama.

4.      Penyangkalan Petrus

 

 

Ø  Tgl. 14 Nisan, pagi-pagi benar (Jumat, 03:00-matahari mulai terbit)

1.      Imam-imam kepala dan seluruh Mahkamah Agama bermupakat dan membuat keputusan bersama kemudian ketika matahari mulai terbit mereka membawa Yesus ke Pilatus.

2.      Yesus di hadapan Pilatus

 

Ø  Tgl. 14 Nisan, matahari terbit sampai sore (Jumat, 06:00-15:00)

1.      Yesus dihadapkan ke Herodes sebelum akhirnya Ia dihadapkan kembali ke Pilatus untuk diadili.

2.      Ia disiksa lalu dijatuhi hukuman mati " 06:00

3.      Yesus ke bukit Golgota dan disalib pukul 09:00

4.      Kegelapan dari pukul 12:00 sampai 15:00

5.      Yesus mati pukul 15:00

 

Ø  Tgl. 14 Nisan, sore sampai matahari mulai terbenam (Jumat, 15:00-17:00)

1.      Hari itu adalah hari persiapan untuk Sabat bagi orang Yahudi.

2.      Mayat Yesus diturunkan dan di kuburkan menjelang matahari terbenam.

 

Ø  Petang, Tgl. 15 Nisan, hari Sabat (Sabtu, 18:00)

1.      Orang Yahudi tidak mengerjakan apapun.

2.      Yesus terbaring di kubur.

 

Ø  Tgl. 16 Nisan, hari pertama saat pagi-pagi benar (Minggu, 03:00-06:00)

1.      Yesus dibangkitkan ("03:00)

2.      Maria Magdalena beserta perempuan lainnya mendapati kubur Yesus telah kosong ("06:00)

 

 

Berikut ini adalah alur peristiwa-peristiwa yang dicatat dalam Injil Yohanes dengan perkiraan penanggalan Julian:

 

Ø  (Tgl. 13 Nisan), hari sebelum Paskah, malam hari (kamis, 18:00-21:00)

1.      Yesus makan bersama-sama murid-murid-Nya lalu Ia membasuh kaki mereka

2.      Yudas Iskariot keluar ruangan setelah mengambil roti.

 

Ø  (Tgl. 13 Nisan), hari sebelum Paskah, larut malam (Kamis, 21:00-24:00)

1.   Yesus dan para murid-Nya pergi ke taman Getsemani

2.      Penangkapan Yesus yang dipimpin oleh Yudas Iskariot

 

Ø  (Tgl. 14 Nisan), waktu kokok ayam (Jumat, 00:00 – 03:00)

1.      Yesus dibawa Hanas lalu ke Kayafas, Imam Besar ; Yesus diadili oleh Mahkamah Agama.

2.      Penyangkalan Petrus

 

Ø  (Tgl. 14 Nisan), pagi-pagi benar (Jumat, 03:00-matahari mulai terbit)

1.      Imam-imam kepala dan seluruh Mahkamah Agama mengadili Yesus ke Pilatus.

2.      Yesus dibawa menghadap Pilatus.

3.      Imam-imam kepala dan seluruh Mahkamah Agama tidak mau menanjiskan dirinya dengan masuk ke gedung pengadilan Romawi itu sebab mereka ingin makan Paskah. Orang Yahudi ingin makan Paskah hari itu.

 

Ø  (Tgl. 14 Nisan), matahari terbit sampai sore (Jumat, 06:00-15:00)

1.      Yesus diadili di gedung pengadilan.

2.      Ia disiksa lalu dijatuhi hukuman mati " 06:00

3.      Yesus ke bukit Golgota dan disalib

4.      Kegelapan dari pukul

5.      Yesus mati pukul

 

Ø  (Tgl. 14 Nisan), sore sampai matahari mulai terbenam (Jumat, 15:00-17:00)

1.   Hari itu adalah hari persiapan Sabat bagi orang Yahudi.

3.      Mayat Yesus diturunkan dan di kuburkan menjelang matahari terbenam.

 

Ø  (Tgl. 14 Nisan), petang sampai tengah malam  (Jumat, 18:00-24:00)

1.      Yesus terbaring di kubur

 

Ø  (Tgl. 15 Nisan), hari Sabat (Sabtu, 00:00 dini hari – 24:00)

1.   Orang Yahudi tidak mengerjakan apapun.

2.      Yesus terbaring di kubur.

 

Ø  (Tgl. 16 Nisan), hari pertama saat pagi-pagi benar (Minggu, 03:00-06:00)

1. Yesus dibangkitkan ("03:00)

2.   Maria Magdalena mendapati kubur Yesus telah kosong ("06:00)

 

 

            Apabila kita membandingkan dengan seksama alur peristiwa-peristiwa dalam Injil-injil Sinoptik dengan Injil Yohanes diatas, maka kita mendapatkan empat (4) perbedaan yang sangat mencolok sekali. Keempat perbedaan-perbedaan itu adalah sebagai berikut :

 

Injil Yohanes

( Perhitungan waktu cara Romawi / Julian )                 

Injil Sinoptik ( Matius, Markus,Lukas )

( Perhitungan waktu cara Yahudi )

1. Kamis petang (matahari terbenam) disebut hari sebelum paskah berarti masih tgl. 13 Nisan

 

 

2. Kamis malam (18:00-21:00), tidak disebutkan adanya makan Paskah dan perjamuan Paskah. Tidak ada anak domba yang disembelih saat petang.

 

3. Jumat pagi (matahari mulai terbit), ketika Imam-imam besar dan seluruh Mahkamah Agama membawa Yesus ke Pilatus. Mereka baru akan makan Paskah.

 

4. Jumat pagi (matahari terbit), Yesus dijatuhi hukuman mati bersamaan dengan hari persiapan Paskah yaitu penyembelihan anak domba jantan, berarti sudah tanggal 14 Nisan.

1. Kamis petang (matahari) disebut waktu persiapan Paskah: penyembelihan anak domba jantan, berarti sudah tanggal 14 Nisan

 

2. Kamis malam (18:00-21:00), Yesus dan murid-muridnya makan Paskah dan perjamuan Paskah setelah anak domba paskah sudah disembelih saat petang.

 

3. Jumat pagi (matahari mulai terbit), ketika Imam-imam besar dan seluruh Mahkamah Agama membawa Yesus ke Pilatus, (mereka sudah makan Paskah).

 

4. Jumat pagi, Yesus dijatuhi hukuman mati.

    Tidak disebutkan ada persiapan Paskah.

 

Penjelasan mengenai tabel perbandingan di atas :

 

1.      Pada Kamis petang menurut Injil Yohanes adalah hari sebelum Paskah, ini berarti bahwa tidak ada penyembelihan anak domba Paskah pada petang itu. Sedangkan menurut Injil Sinoptik, Kamis petang itu orang-orang Yahudi menyembelih anak domba Paskah, hal ini dikarenakan dalam perhitungan waktu Yahudi, Kamis petang sudah masuk hari Jumat yang pada saat itu tgl. 14 Nisan.

 

2.      Pada Kamis malamnya (18:00-21:00), menurut Injil Yohanes tidak ada makan Paskah dan perjamuan Paskah karena malam itu menurut Yohanes adalah hari sebelum Paskah. Sedangkan menurut Injil Sinoptik, Kamis malam itu orang-orang Yahudi sedang makan Paskah karena malam itu adalah hari Paskah (14 Nisan).

 

3.      Setelah peristiwa penangkapan Yesus dan pemeriksaan olah Mahkamah Agama, pada hari Jumat ketika matahari mulai terbit dan Yesus dibawa ke Pilatus, menurut Injil Yohanes orang-orang Yahudi ingin makan Paskah. Sedangkan dalam Injil Sinoptik tidak ada disebutkan "ingin makan Paskah" ketika Yesus dihadapkan ke Pilatus pagi itu.

 

4.      Menurut Injil Yohanes, ketika Yesus dijatuhi hukuman mati pada pukul 06:00 hari Jumat pagi itu, waktunya bertepatan dengan persiapan Paskah yaitu saat orang-orang Yahudi menyembelih anak domba jantan untuk makan Paskah. Sedangkan, menurut Injil-injil Sinoptik mereka sudah melakukannya, oleh sebab itu dalam Injil Sinoptik tidak ada disebutkan mengenai persiapan Paskah yang waktunya bertepatan saat Yesus dijatuhi hukuman mati di pengadilan.

 

KESIMPULAN:

 

Jadi kesimpulannya adalah adanya perbedaan sistem perhitungan waktu antara Injil Yohanes dan Injil-injil Sinoptik, hal ini dikarenakan orang-orang Yahudi memulai hari mulai saat petang (matahari terbenam) sedangkan dikalangan orang-orang Romawi hari dimulai saat tengah malam (pukul 24:00). Injil-injil sinoptik melaporkan bahwa ketika petang hari Kamis tiba, maka orang Yahudi menyembelih anak domba karena Kamis petang itu adalah awal 14 Nisan , juga Yesus mempersiapkan makan Paskah tetapi menurut Injil Yohanes yang memakai perhitungan Julian, seolah-olah Kamis petang sampai malamnya masih 13 Nisan (sebelum Paskah) yaitu ketika Yesus makan dengan para murid-Nya. Oleh sebab itu Yohanes menyamarkan peristiwa adanya persiapan Paskah atau makan Paskah saat Yesus bersama-sama para murid-Nya di ruangan itu. 

 

·         Persiapan Paskah adalah persiapan-persiapan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi sebelum makan Paskah di rumah mereka masing-masing. Persiapan-persiapan itu antara lain adalah menyembelih anak domba jantan dan makan roti yang tak beragi yang dilakukan awal 14 Nisan ketika matahari terbenam.

 

·         Hari persiapan (Yoh. 19: 31) adalah hari sebelum suatu perayaan keagamaan atau juga hari sebelum Sabat, suatu hari saat orang-orang Yahudi perlu menyiapkan segala sesuatunya karena hukum Taurat melarang orang untuk melakukan pekerjaan apapun pada hari Sabat. Jadi, sehari sebelum Sabat, orang-orang Yahudi harus memasak makanan atau menyiapkan segala sesuatu untuk keperluan besok (Kel. 16: 23)

 

 

Ø    Lalu yang menjadi pertanyaannya adalah alur peristiwa yang dapat dianggap sebagai yang sebenarnya terjadi terdapat di Injil Yohanes atau di Injil-injil Sinoptik ?

 

Alur peristiwa dalam Injil-injil Sinoptik adalah acuan yang utama karena Injil-injil Sinoptik menggunakan perhitungan sistem waktu dan penanggalan Yahudi, hal penting yang harus kita ketahui adalah peristiwa-peristiwa mengenai hari-hari terakhir Yesus sampai kebangkitan-Nya tidak terlepas dari nubuatan nabi-nabi Allah dan juga hari raya-hari raya keagamaan Yahudi yang tentu saja memakai penanggalan Yahudi kuno. Hari raya-hari raya itu antara lain : persiapan Paskah (petang ,14 Nisan), perayaan Roti Tak Beragi, makan Paskah, persiapan Sabat dan hari Sabat. Perjamuan Paskah yang diselenggarakan bersama murid-murid-Nya sebelum penangkapan adalah merupakan suatu pemberitaan mengenai kesengsaraan dan kematian yang akan dialami-Nya. 

 

            Injil Yohanes ditulis sekitar akhir abad pertama (" 90-100 M), ketika itu Yohanes tinggal di Efesus. Pada abad pertama Efesus adalah pelabuhan di mulut sungai Cayster di pantai barat Asia Kecil, yang sekarang disebut Seljuk di Turki. Selama enam abad, melalui rezim Yunani, Persia, dan Romawi serta dalam era Perjanjian Baru, Efesus adalah kota terbesar keempat dalam wilayah kekaisaran Roma, kota ini makmur, memiliki jalan-jalan yang amat baik dengan barisan pilar-pilar, dan sebuah kuil yang terbuat dari pualam, kuil ini dipersembahkan untuk dewi Artemis (Diana). Berdasarkan perhitungan waktu dan penanggalan Romawi (Julian) yang digunakan penulis Injil Yohanes tampaknya Injil ini khusus ditujukan untuk jemaat Kristen berkebangsaan Roma dan Yunani, hal ini terlihat jelas sekali bahwa penulis Injil ini tidak terlalu mementingkan adat istiadat Yahudi, contohnya:    1). Hari kamis, saat matahari tenggelam, orang Yahudi sedang menyembelih anak domba jantan sebagai persiapan Paskah tetapi Injil Yohanes tidak menyatakannya.   2). Malamnya, saat Yesus makan bersama murid-murid-Nya adalah makan Paskah dan perjamuan Paskah tetapi Yohanes tidak menyatakannya (Yoh psl.13).      3). Injil Yohanes menyatakan bahwa orang Yahudi baru sedang menyembelih anak domba jantan sebagai persiapan Paskah hari Jumatnya, saat matahari telah terbit (sekitar pukul 06:00) bersamaan ketika Yesus dijatuhi hukuman mati di pengadilan Romawi (Yoh. 19:14). Ketiga contoh-contoh tersebut menunjukkan dengan jelas sekali bahwa Yohanes menggunakan penanggalan Julian yang memulai hari dari tengah malam (24:00), berbeda dengan Injil-injil Sinoptik.

 

Yohanes melaporkan bahwa waktu saat Yesus dijatuhi hukuman mati di pengadilan adalah pukul enam pagi (jam ke-6), jadi jam pertama menurut perhitungan Romawi adalah pukul 01:00 dini hari seperti halnya perhitungan waktu kita sekarang. Jam ke-6 menurut perhitungan Romawi adalah benar-benar pukul enam pagi tetapi jam ke-6 menurut perhitungan Yahudi pada saat itu adalah pukul dua belas siang.

 

Penanggalan Julian      :  Jam ke-6 (the sixth hour) adalah 06:00 pagi

Penanggalan Yahudi   :  Jam ke-6 (the sixth hour) adalah 12:00 siang

 

 

Ø    Mengapa menurut Yohanes, orang Yahudi baru menyembelih anak domba bersamaan pada saat Yesus dijatuhi hukuman mati yaitu pada jam 6 pagi ?

 

Sebenarnya orang Yahudi telah menyembelih anak domba pada hari kamis jam 6 sore (18:00) dimana petang itu merupakan awal hari yang baru (14 Nisan) tetapi Yohanes yang berpatokan pada kalender Julian, menyatakan bahwa orang Yahudi baru melakukannya 12 jam kemudian yaitu hari Jumat jam 6 pagi (06:00), hal ini dikarenakan perhitungan Romawi memulai hari yang baru pada tengah malam, apabila berdasarkan atas perhitungan Romawi seharusnya penyembelihan itu dilakukan pada tengah malam (24:00) seolah-olah itulah awal tanggal 14 Nisan, akan tetapi tampaknya Yohanes memajukannya enam jam. Kemungkinannya ada beberapa hal yang menjadi latar belakang Yohanes memajukannya enam jam, pertama: Yohanes ingin menunjukan kepada pembacanya bahwa Yesus sebagai Anak Domba Allah disiksa dan dijatuhi hukuman mati bertepatan waktunya dengan penyembelihan anak domba jantan untuk Paskah. Sedangkan Injil-injil Sinoptik menggambarkan bahwa perjamuan Paskah yang diselenggarakan Yesus bersama murid-murid-Nya adalah merupakan suatu pemberitaan mengenai kesengsaraan dan kematian yang akan dialami-Nya beberapa jam kemudian. Kedua: Mungkin pada peristiwa itu Yohanes ingin berpatokan pada saat terbenamnya matahari (awal 14 Nisan menurut kalender Yahudi) dan terbitnya matahari (terlihat seolah-olah 6 jam dari awal 14 Nisan menurut kalender Julian).

 

Minumlah, kamu semua dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa.

(Matius 26: 27-28)

 

 

 

X. ADA BERAPA JAM DALAM SATU HARI?

 

            Kita telah mengetahui bahwa orang Yahudi menghitung hari dari mulai petang sampai petang berikutnya, tetapi pertanyaannya adalah menurut perhitungan waktu ini ada berapa jamkah dalam satu hari ?

           

Kita perlu mengingat kembali bahwa kehidupan pada abad pertama adalah jauh berbada seperti abad dimana kita hidup sekarang ini, kita dapat melihat tanda waktu melalui beberapa alat penunjuk waktu modern seperti jam tangan atau telepon seluler tetapi kemungkinan besar  penunjuk waktu melalui bayangan matahari, melihat posisi matahari, ataupun hal-hal lainnya seperti bunyi hewan (khusus di malam hari) digunakan pada abad pertama untuk menunjukan tanda waktu pada siang dan malam hari. Kita tidak bisa mengesampingkan beberapa fakta itu.

 

            Dalam Perjanjian lama (PL) jauh sebelum Yesus datang ke dunia, kita dapat mengetahui tentang adanya alat penunjuk matahari ( Yesaya 38 : 1 – 8). Raja Hizkia pada saat jatuh sakit dan hampir mati lalu nabi Yesaya diutus TUHAN untuk mengatakan kepada raja Hizkia bahwa ia akan mati dan tidak akan sembuh lagi kemudian raja Hizkia berdoa kepada TUHAN dan menangis dengan sangat pada akhirnya TUHAN mengutus nabi Yesaya lagi untuk mengatakan kepada raja Hizkia bahwa TUHAN akan memperpanjang umurnya 15 tahun lagi dan bukan hanya itu saja TUHAN juga akan melepaskan dan membentengi ia dan Yerusalem dari tangan raja negeri Asyur selanjutnya TUHAN akan memberikan tanda bagi raja Hizkia bahwa TUHAN akan melakukan apa yang telah dijanjikan-Nya.

 

            Inilah tandanya :

Sesungguhnya, bayang-bayang pada penunjuk matahari buatan Ahas akan Kubuat mundur ke belakang sepuluh tapak yang telah dijalaninya. Maka pada penunjuk matahari itu mataharipun mudurlah kebelakang sepuluh tapak dari jarak yang telah dijalaninya.

 

kata jam telah di gunakan pada abad ke 14 sekitar 700 tahun yang lalu, nama itu berasal dari bahasa latin yang namanya "clocca". Cara orang dulu itu ternyata melihat waktu dengan menggunakan matahari dan mereka melihat dan mambagi waktu dalam dua waktu.yang pertama jika matahari tepat diatas kepala itu namanya berarti tengah hari atau sore dan ketika matahari dekat dengan kaki langit berarti waktu waktu sudah waktunya dekat pagi atau dekat malam. Jam tertua bernama jam sundial atau biasanya disebut dengan jam matahari dan pertama kali digunkan kira-kira sekitar 3.500 sebelum masehi.

 

Berikut ini adalah keterangan mengenai jam matahari.

 

2 Raja-raja 20:11, menulis kata "petunjuk matahari" dalam Alkitab TB atau dalam Alkitab BIS ditulis "jam matahari" merupakan terjemahan dari kata Ma'alah dalam bahasa Ibrani yang artinya tanda tingkatan, peninggian, deret tangga dan sejenisnya. Juga dalam Bible KJV dan NIV menterjemahkan kata tersebut dengan jam matahari.

Kata bahasa Ibrani tidak semudah seperti menerjemahkan bahasa China Modern ke Indonesia, tetapi akan sama sulitnya saat menerjemahkan bahasa China Kuno ke Indonesia, sehingga diperlukan beberapa petunjuk dan sastra serta pemahaman berbagai bahasa. Sebagai contoh diatas adalah penggunaan kata "penunjuk matahari" dan "jam matahari" pada bahasa Ibrani.

 

 

Jam bergerak menggunakan cahaya matahari dan bayangan. Jam matahari dikenal didunia dipakai mulai dari Mesir sampai ke Babilonia diantara kedua negara tersebut dipisahkan oleh padang gurun Arabia, manusia biasa melintas melewati tanah Kanaan (negeri Israel) bukannya ditengah-tengah padang gurun pasir. Dengan demikian tidak mengherankan jika Hizkia juga memiliki jam matahari (dari Ahas) yang sama dengan yang ada di Babilon dan Mesir.
           

Tentang maju dan mundur sepuluh tapak, didalam Alkitab hal ini dipercaya oleh ahli kitab sebagai kejadian diluar alam, sehingga jam tersebut tidak lagi mengikuti bayangan matahari (yang seharusnya) melainkan bergerak diluar hukum alam, dimana tidak ada perubahan pada letak matahari. Berbeda kejadian dengan Yosua menghentikan bulan dan matahari beredar  

( Yosua 10 : 12-13 ).
           

Hal yang sama dengan kejadian jam Hizkia, juga terjadi pada Gideon, dalam Hakim-hakim 6:36-40, dimana guntingan bulu domba menjadi basah dan sekitarnya kering dan kemudian meminta tanda kebalikannya dimana tanah sekitarnya basah dan bulu domba itu saja kering dan hal ini terjadi.

Dalam telaah studi ilmiah hal ini tidaklah mungkin dapat dihitung dan dianalisa secara logika sebab hal ini diluar logika dan hukum alam.
           

Demikian juga dengan Musa membelah laut, melihat semak terbakar tetapi sekitarnya tidak dan semak itupun tidak hangus, juga Yesus mencerikan mata yang buta, Elisa membuat mata kapak dari besi dapat mengapung diatas air, bayangan Petrus dapat membuat orang sakit sembuh dan banyak keajaiban lainnya sebagai tanda, termasuk tanda ajaib yang terjadi sampai hari ini lewat para pendeta dan orang-orang beriman diseluruh dunia.
Semua tidak akan dapat ditelaah secara ilmiah, sebab Tuhan umat Israel itu adalah TUHAN YANG AJAIB.

 

Berdasarkan sumber diatas kita dapat mengetahui bahwa latar belakang jam matahari adalah hasil kebudayaan dari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah disekitar bangsa Israel. Ahas adalah raja Yehuda (735 – 715 sM), ia merupakan ayah dari raja Hizkia, dan selama hidupnya raja Ahas tidak melakukan apa yang benar di mata TUHAN, ia hidup menurut cara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah jadi tidaklah mengherankan apabila raja Ahas mempunyai alat yang bernama penunjuk (jam) matahari.

 

            Orang Yahudi dalam Perjanjian Baru, menghitung jam hari dimulai pada saat jam ke-0 (matahari terbit " pukul 06.00 pagi) sampai jam ke-11 (pukul 17.00) dan semuanya berjumlah 12 jam, tetapi malam dibagi menjadi 4 bagian yang masing-masing kurun waktunya 3 jam, demikianlah juga dengan apa yang dikatakan Yesus waktu itu  kepada murid-murid-Nya mengenai jumlah jam dalam 1 hari.

 

(8) Murid-murid-Nya berkata kepada-Nya: "Rabi baru-baru ini orang-orang Yahudi mencoba melempari Engkau, masih maukah Engkau kembali kesana?"

(9) Jawab Yesus: "Bukankah ada dua belas jam dalam satu hari ? Siapa yang berjalan pada siang hari, kakinya tidak akan terantuk, karena ia melihat terang dunia ini.

(Yohanes 11: 8-9)

 

Mari kita bandingkan dengan Alkitab King James Version (KJV),

 

(8) His disciples say unto him, Master, the Jews of late sought to stone thee; and goest thou thither again?

(9) Jesus answered, are there not twelve hours in the day? If any man walk in the day, he stumbleth not, because he seeth the light of this world.

(John 11: 8-9)

 

 

        KJV, ayat (9) Jesus answered, Are there not twelve hours in the day? If any man walk in the day, he stumbleth not, because he seeth the light of this world.

LAI TB, ayat (9) Jawab Yesus: "Bukankah ada dua belas jam dalam satu hari ? Siapa yang berjalan pada siang hari, kakinya tidak akan terantuk, karena ia melihat terang dunia ini.

 

            Pada ayat 9 (KJV) Yesus berkata: "Are there not twelve hours in the day? If any man walk in the day, he stumbleth not, because he seeth the light of this world". Pada ayat tersebut terdapat kata twelve hours, the day, the day dan light.

 

Pada ayat 9 (LAI TB) Yesus berkata: " Bukankah ada dua belas jam dalam satu hari ? Siapa yang berjalan pada siang hari, kakinya tidak akan terantuk, karena ia melihat terang ini". Pada ayat tersebut terdapat kata dua belas jam, satu hari, siang hari dan terang.

 

1. Twelve hours = Dua belas jam        3. The day = Siang

2. The day = Satu hari                         4. Light = Terang

 

Secara gramatikal (tata bahasa) kita dapat mengetahui bahwa,

dua belas jam = satu hari = siang = terang

 

            Yesus mengatakan "ada 12 jam dalam 1 hari" bukan "ada 24 jam dalam 1 hari", dan dalam perkataan Yesus tersebut 12 jam atau 1 hari yang dimaksud adalah hari dimana ada terang (matahari). Ketika matahari bersinar (dari terbit – terbenam), maka kemungkinan besar tanda waktu dapat dipastikan melalui melihat panjang / pendeknya bayangan ataupun melihat posisi matahari, itulah yang disebut dengan 'hari' akan tetapi apabila matahari telah terbenam kemungkinan besarnya bunyi-bunyian hewan tertentu yang menjadi patokan untuk mengetahui tanda waktu. Jadi, perhitungan orang Yahudi adalah "siang" dimulai dari pukul 06.00 – 18.00 dan "malam" dibagi menjadi 4 bagian dimulai dari malam, tengah malam, kokok ayam dan pagi. Dan 12 jam merupakan acuan untuk menghitung jumlah jam dalam 1 hari.

           

      Perhitungan waktu Yahudi: 1 hari = 12 jam

      Perhitungan waktu Julian  : 1 hari = 24 jam

 

KESIMPULAN :

 

  1. Tenggat waktu pada saat matahari terbit sampai terbenamnya adalah 12 jam.
  2. 12 jam adalah patokan waktu untuk menyebut 1 hari ( bukan berarti harus ada terang / matahari )
  3. berdasarkan acuan tersebut maka dapat diketahui bahwa 1 x 12 jam = 1 hari.

 

Sebagai contoh:

1. pukul 06.00 (matahari terbit) – pukul 18.00 (matahari terbenam) dalam 12 jam disebut 1 hari

2. pukul 09.00 (pagi) – pukul 21.00 (malam) dalam 12 jam disebut 1 hari

3. pukul 12.00 (siang) – pukul 00.00 (dini hari) dalam 12 jam disebut 1 hari

4. pukul 15.00 (sore) – pukul 03.00 (pagi) dalam 12 jam disebut 1 hari

5. pukul 18.00 (matahari terbenam) – pukul 06.00 (matahari terbit) dalam 12 jam disebut 1 hari

           

 

Jawab Yesus: "Bukankah ada dua belas jam dalam satu hari ? …

(Yohanes 11 : 9)

 

 

           

XI. APAKAH YESUS 3 HARI BERADA DALAM MAUT?

 

            Sebelum kita membahasnya, kita perlu mengingat bahwa Yesus dibangkitkan sesudah 3 hari (after three days) atau pada hari ke-3. Dibangkitkan berarti saat Yesus menerima nyawa-Nya kembali, jadi kita menghitungnya mulai dari saat Yesus menyerahkan nyawa-Nya bukan pada saat Yesus dikubur. Apakah ada perbedaannya? Ya, karena Yesus menyerahkan nyawanya di kayu salib pukul 15.00 (3 sore) dan dikuburkan menjelang matahari terbenam yaitu kira-kira pukul 18.00 (6 sore).

            Jadi, Yesus 3 hari dalam keadaan terbunuh yang dimulai saat Dia menyerahkan nyawa-Nya kepada Allah Bapa.

……lalu dibunuh (menyerahkan nyawa-Nya) dan bangkit (menerima nyawa-Nya) sesudah tiga hari. Markus 8 : 31

 

 

 

Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh

tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.

(Markus 8: 31)

           

            Banyak orang berpendapat bahwa Yesus pastinya berada dalam keadaan mati selama 3 hari atau sebanding 3 X 24 jam = 72 jam tetapi faktanya adalah Ia dalam keadaan mati kurang dari 72 jam, sebagai pengikut Kristus kita wajib menjawabnya berdasarkan kebenaran dan hikmat lagipula selama dalam pelayanan-Nya Yesus selalu menjawab dengan hikmat Allah pertanyaan-pertanyaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang bertujuan untuk menyatakan Dia bersalah tetapi pada akhirnya mereka diam oleh karena jawaban-Nya jadi kita pun wajib juga memberi jawab kepada orang-orang yang di luar Kristus agar mereka dapat melihat kebenaran Allah. Apakah pendapat mereka benar? mari kita buktikan: Yesus meninggal pada hari jum'at pukul 15.00 / pukul 3 sore (Lukas 23 : 44-49; Matius 27: 45-50; Markus 15: 33-41) dan dibangkitkan pada hari minggu pagi-pagi benar ("03.00 - 06.00) ( Yohanes 20:1-10; Lukas 24: 1-12; Matius 28:1-10; Markus 16:1-8), apabila kita menghitung dari pukul 15.00/ pukul 3 jum'at sore sampai minggu pagi antara pukul 03.00-06.00 maka hasilnya adalah  antara 36-38 jam. Jadi faktanya adalah Yesus berada di dalam kubur hanya selama "36-38 jam, selisihnya sangat jauh dari 72 jam (3 hari).

 

Estimasi tenggat waktunya:

 

Mulai jumat (15:00) sampai Minggu dini hari (03:00) adalah 36 jam.

 

Menurut perhitungan waktu di atas Yesus dalam keadaan mati paling tidak selama 36 jam bukan 72 jam. Apakah Alkitab salah perhitungan? apakah Yesus telah menipu umat pilihan-Nya? apakah Yesus belum dibangkitkan pada pagi-pagi benar minggu itu?

 

Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.

(Yohanes 14: 6)

 

            Yesus Kristus, Tuhan kita, berkata "Akulah jalan" dan "Akulah kebenaran" dan "Akulah hidup". Sungguh sangat tragis, Pontius Pilatus, sebagai seorang yang menjabat sebagai gurbernur Romawi atas Yudea, Samaria dan Idumea (26-36 M) tidak mengetahui apakah yang dimaksud dengan kebenaran, sehingga ia bertanya kepada Yesus "apakah kebenaran itu?" (Yoh 18:38a). Kalau ada kesempatan mari kita menanyakannya kepada semua orang termasuk kepada semua orang yang mengaku dirinya ber-agama "apakah kebenaran itu?", saya terlalu yakin kalau tidak ada ajaran ataupun kitab manapun di kolong langit ini yang menjelaskan bahkan menjawab pertanyaan yang pernah dikatakan oleh Pilatus "2000 tahun yang lalu selain Yesus Kristus, Tuhan kita. 

           

Jadi, apakah itu kebenaran?

           

Kebenaran adalah Allah telah menjadi sama dengan manusia, disalibkan, mati, dikuburkan dan bangkit pada hari yang ke-3. Yesus telah mati menggantikan kita oleh karena dosa-dosa kita agar kita memiliki kehidupan kekal di dalam persekutuan dengan-Nya (Yoh 3:16).

 

1. Mengapa Yesus dalam keadaan mati hanya 36 jam bukan selama 72 jam ( 3 x 24 jam )?

2. Apakah Alkitab salah perhitungan ? Tidak, Alkitab merupakan pikiran hati Allah.

3. Apakah Yesus telah menipu umat pilihan-Nya ? Tidak, Yesus adalah kebenaran

4. Apakah Yesus belum dibangkitkan pada pagi-pagi benar minggu itu? Tidak, karenaYesus adalah hidup

 

Sebelum kita menjawab pertanyaan yang pertama, kita perlu mengetahui bahwa selama Yesus melayani "3 tahun di bumi, Ia telah memberitahukan tentang penderitaan yang harus ditanggung-Nya dan kebangkitan-Nya sebanyak empat kali, yaitu :   

 

1. Pemberitahuan pertama : Matius 16:21-28 ; Markus 8:31-38 ; Lukas 9:22-27

2. Pemberitahuan kedua : Matius 17:22-23 ; Markus 9:30-32 ; Lukas 9:43-45

3. Pemberitahuan ketiga : Matius 20:17-19 ; Markus 10:32-34 ; Lukas 18:31-34

4. Pemberitahuan keempat :Matius 26:1-5 ;Markus 14:1-2 ;Lukas 22:1-2 ;Yohanes 11:45-53

 

            Perlu di catat bahwa keempat pemberitahuan mengenai penderitaan dan kebangkitan-Nya khusus diucapkan-Nya kepada murid-murid-Nya dan Yesus juga pernah mengucapkannya kepada orang-orang Yahudi pada saat Dia berada di Bait Allah meskipun orang-orang Yahudi tidak sepenuhnya mengerti maksudnya.

 

Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikan-Nya kembali." Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah adalah tubuh-Nya sendiri.

(Yohanes 2:19-21)

 

Pertanyaannya adalah mengapa Yesus dalam keadaan mati hanya 36 jam bukan selama 3 hari atau yang sekarang disebut 72 jam ( 1 x 24 jam )? Perhatikan, Yesus telah memberitahukan penderitaan dan kebangkitan-Nya yang akan ditanggung-Nya kepada kedua belas murid-Nya yang merupakan bangsa Yahudi dan kepada orang Yahudi yang berada di Bait Allah, lagi pula Yesus tumbuh dewasa dalam keluarga dan komunitas Yahudi dan dalam semua pemberitahuan itu, Yesus menggunakan kalimat "sesudah 3 hari", "pada hari ke-3" atau "dalam 3 hari" oleh karena beberapa fakta tersebut pastilah Yesus pada saat itu menggunakan perhitungan waktu cara orang Yahudi bukan Romawi / seperti kita pada saat ini.

 

1 hari menurut perhitungan sistem Yahudi adalah 1 x 12 jam. = 12 jam., sedangkan

3 hari berarti: 3 x 12 jam  =  36 jam

 

            Yesus berkata bahwa Ia akan dibangkitkan setelah 3 hari (Markus 8: 31) berarti Ia dibangkitkan setelah 36 jam yaitu perhitungan waktu yang berlaku pada penanggalan Yahudi.

           

            Jadi berdasarkan fakta diatas, Yesus Kristus mati selama 3 hari dan sesudah itu dibangkitkan, memang dalam kitab-kitab Injil tidak ditulis pukul berapa Yesus dibangkitkan tetapi kita memperoleh keterangan bahwa pagi-pagi benar Maria Magdalena beserta beberapa perempuan lainnya datang ke kubur Yesus yang ternyata telah kosong. Dalam pembagian malam orang Yahudi era Perjanjian Baru , pukul 03.00 – 06.00 disebut pagi, jadi apabila 3 hari atau 36 jam kita hitung dari saat Yesus menyerahkan nyawa-Nya Jumat pukul 15.00 maka besar kemungkinannya Yesus dibangkitkan pada pukul 03.00 dini hari pada hari Minggu.

 

Ø    Mengapa Yesus dalam keadaan mati 36 jam yang disebut 3 hari bukan selama 72 jam yang disebut 3 hari ?

Jawab: Karena Yesus menggunakan perhitungan waktu Yahudi yang berlaku saat itu.

 

Ø    Apakah Yesus pada saat itu dibangkitkan sesudah genap 3 hari / pada hari ke-3 ?

Jawab: Ya. Pada  hari pertama minggu itu yaitu Minggu, Yesus dibangkitkan .

 

Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorangpun mengambilnya dari pada-Ku, melainkan Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Ku terima dari Bapa-Ku.

 (Yohanes 10:17-18)

 

            Hari pertama adalah Minggu sedangkan hari ketujuh adalah Sabtu atau Sabbath. Pada hari ketujuh, Allah berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang dibuat-Nya kemudian Allah memberkati dan menguduskan hari ketujuh itu (Kej 2: 2-3 ) oleh sebab itu umat Israel diwajibkan menguduskan dan memelihara hari Sabat. Dalam Keluaran 31: 12-17 kita dapat mengetahui bahwa hari ketujuh (Sabat) adalah hari perhentian penuh yang berarti umat Israel tidak boleh melakukan pekerjaan pada hari itu barangsiapa yang melanggarnya akan dihukum mati. Pada hari Sabat Yesus menyembuhkan orang sakit dan orang-orang Farisi menyalahkan-Nya karena Yesus dianggap tidak menguduskan hari Sabat tetapi Yesus menjawab bahwa pada hari Sabat diperbolehkan berbuat baik (Mat 12 : 9-15a) dan juga pada hari Sabat ketika murid-murid Yesus lapar mereka memetik bulir gandum dan memakannya lalu orang-orang Farisi menyalahkan mereka akan tetapi Yesus berkata kepada orang-orang Farisi dengan mengutip suatu firman yang mengatakan "yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan " lebih lagi Yesus mengatakan bahwa Ia adalah Tuhan atas hari Sabat (Mat 12 : 1-8).

 

Berdasarkan kisah diatas kita dapat mengetahui bahwa perbuatan untuk kebaikan dan belas kasihan berlaku dalam hari Sabat tetapi kelihatannya orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat memandang hari Sabat hanya sebagai legalitas (pengajaran akan hukum) keagamaan mereka tidak mengerti kehendak Allah, mereka tidak mempedulikan belas kasihan dan perbuatan baik demi peraturan-peraturan keagamaan. Sudut pandang seperti ini pasti cenderung untuk menghakimi kesalahan orang lain bukannya saling menguatkan dalam doa dan kasih persaudaraan. Demikian halnya juga sebagai pengikut Kristus kita harus berhati-hati jangan sampai kita mengesampingkan belas kasihan dan kebaikan khususnya diantara jemaat karena kewajiban-kewajiban pelayanan. Pelayanan / melayani adalah kewajiban setiap pengikut Kristus tetapi itu bukanlah suatu perintah tetapi perintah-Nya adalah agar kita mengasihi Allah dan sesama (Mat 23: 37-39) , (Yoh 15 : 17) dan memberitakan Injil ( Mat 28 : 16-20 ). Menurut saya Alkitab menyatakan sudut pandang Allah terhadap umat manusia bukan sudut pandang umat manusia terhadap Allah.   

 

            Hari Minggu adalah hari pertama dalam sepekan, Allah menciptakan terang pada hari pertama (Kej 1 :3-5) dan Yesus bangkit dari antara orang mati pada hari pertama yang berarti bahwa barangsiapa yang beriman kepada-Nya tidak akan mengalami kematian kekal dengan kata lain umat manusia yang percaya kepada-Nya mempunyai harapan untuk hidup di dalam terang sampai selama-lamanya oleh karena itu orang Kristen beribadah pada hari Minggu. Orang Kristen memperingati Jumat Agung yang adalah hari kematian Yesus Kristus dan hari Paskah yang adalah hari kebangkitan Yesus Kristus. Paskah bagi kekeristenan merupakan simbol dari karya penyelamatan umat manusia dari perbudakan dosa dan maut.

 

" Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru ! "

(Wahyu 21: 5)

 

 

 

XII. YESUS KRISTUS, ANAK ALLAH

 

            Yesus Kristus, Allah Yang Maha Kuasa, turun ke dalam dunia untuk menyelamatkan umat manusia dari hukuman kekal, Ia datang melalui rahim seorang perawan yang bernama Maria, menjadi sama dengan manusia. Yesus Kristus, Anak Allah, Ia hidup sebagai manusia, Ia pernah lapar (Mat 21:19), Ia pernah menangis (Yoh 11 : 35), Ia pernah merasa takut (Yoh 22:44), Ia pernah marah (holy anger) (Mark 3:5). Dia sangat mengasihi manusia dan selalu mengasihi manusia namun selama masa pelayanan-Nya di muka bumi, Ia di tolak dan dianggap penyesat oleh bangsa-Nya sendiri, Ia dikhianati dan dijual oleh salah satu murid-Nya seharga tiga puluh perak, Ia disangkal oleh Petrus, dalam kesengsaraan Ia ditinggal sendirian oleh murid-murid-Nya, Ia dipukul, diludahi, dicambuk, ditelanjangi, dan disalibkan. Ia seperti tidak dianggap lagi sebagai manusia.

 

Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; Ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap Dia dan bagi kitapun Dia tidak masuk hitungan.

                 (Yesaya 53: 3)

 

            Yesus, Anak Allah, ditinggalkan oleh murid-murid-Nya, menderita dan dihina oleh manusia namun ada suatu saat dimana hati Yesus sangat hancur dan sangat pilu karena Ia ditinggalkan oleh Pribadi yang selalu menyertai dan mengasihi-Nya, yaitu Bapa. Yesus berkata bahwa "Aku dan Bapa adalah satu" (Yoh 10 : 30 ), selama pelayanan-Nya di bumi Bapa selalu menyertai Dia tetapi tidak pada saat Dia tergantung di atas kayu salib, Allah Bapa menutup mata-Nya terhadap Dia. Salib Kristus adalah lambang dimana kasih dan keadilan Allah dipersatukan, Allah mengasihi manusia dan Ia ingin menyelamatkan umat manusia dari dosa namun keadilan-Nya mengharuskan Ia menghukum dosa umat manusia, dan ketika Yesus disalibkan penghukuman atas dosa manusia ditimpakan pada Yesus dan Bapa harus merelakan Anak-Nya turun kedalam kekuasaan maut. Allah adalah kasih namun juga Allah adalah Hakim yang adil, oleh sebab itu Ia mengutus Anak-Nya ke dalam dunia untuk menanggung dosa-dosa kita semua.

             

"Eloi-Elio Lama sabakhtani?", yang berarti : Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku ?

            (Markus 15: 34)

 

Kepedihan hati-Nya sangatlah nyata ketika Ia berseru ""Eloi-Elio Lama sabakhtani ?", yang berarti : Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku ?", Ia berseru karena Ia merasa Allah Bapa meninggalkan-Nya sendirian, hal itu dikarenakan dosa manusia yang Ia tanggung. Dosa adalah pemisah antara Allah dan manusia. Ketika Adam dan isterinya jatuh ke dalam dosa maka secara otomatis pesekutuan mereka dengan Allah terpisah, demikian halnya dengan Yesus, ketika Ia menanggung dosa manusia di kayu salib, Ia merasa terpisah dari persekutuan-Nya dengan Allah Bapa. Bapa merelakan Anak-Nya yang kudus menderita dan Bapa harus menimpakan hukuman dosa yang mengerikan kepada Yesus, Anak-Nya, agar manusia dibebaskan dari tuntutan kuasa dosa yaitu maut.

 

Mengapa kematian Yesus sangat mengerikan? itu karena akibat yang ditimbulkan dosa sangat mengerikan, jadi sebagai orang-orang yang telah ditebus jangan pernah kita bermain-main lagi dengan dosa atau menyukai dosa. Allah tidak bisa mengingkari diri-Nya sendiri sebagai kasih tetapi Ia juga tidak dapat mengingkari diri-Nya sebagai Hakim yang adil oleh karena itu Ia mengutus Yesus Kristus untuk datang ke dalam dunia untuk menyatakan cinta kasih-Nya dan keadilan-Nya di atas kayu salib. Tidak ada sesuatu yang benar dalam hati manusia tetapi setiap orang yang percaya kepada Yesus akan dibenarkan oleh karena darah Yesus dan itu tidak berhenti sampai disitu saja karena setelah menerima keselamatan maka Roh Kudus akan membimbing kita dalam mengerjakan keselamatan tersebut yaitu untuk menghasilkan buah kebenaran bagi Kristus. Suatu hari nanti memang ada penghakiman, manusia akan dihakimi oleh Allah tetapi orang-orang yang hidup di dalam Kristus serta melakukan segala perintah-Nya akan dibenarkan namun orang-orang yang menolak kasih karunia Allah akan dihukum. 

 

Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.

(2 Korintus 5: 21)

 

Orang yang disalibkan mengalami penderitaan yang teramat sangat. Dibawah ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhinya:

 

Pertama, karena luka yang dialaminya. Dikenal ada dua cara untuk menyalibkan seseorang, yaitu dengan diikat memakai tali dan dipakukan. Yesus mengalami cara penyaliban yang kedua, yang sangat mengerikan (Yoh 20:25) dan mungkin diikat juga.

 

Kedua, adalah faktor posisi tubuh yang sangat tidak nyaman Karena dalam posisi yang tergantung, sedikit saja terjadi pergerakan maka akan menimbulkan sakit yang luar biasa.

 

Ketiga, demam yang terjadi karena penggantungan tubuh yang lama. Secara medis, apa yang membuat Yesus meninggal? Dewasa ini studi medis telah dapat menjawab pertanyaan ini. Jika seseorang digantung dengan kedua tangannya terangkat ke atas, maka darahnya akan dengan cepat mengalir turun ke bagian bawah tubuhnya. Antara 6 sampai 12 menit tekanan darahnya akan turun menjadi separuhnya, sementara denyut jantungnya akan meningkat dua kali lipat. Jantung akan kekurangan darah dan segera diikuti dengan pingsan. Keadaan ini akan memicu kematian karena gagal jantung. Umumnya orang yang disalibkan tidak akan mati dalam dua atau tiga hari. Itulah sebabnya kematian mereka dipercepat dengan apa yang disebut sebagai "crucifragium" atau pematahan kaki, kadang-kadang dibuat juga perapian di bawah salib untuk mengasapi orang yang disalibkan sehingga ia tercekik karena tidak dapat memperoleh udara segar.

           

Oleh karena keesokan harinya adalah hari Sabat, maka orang-orang Yahudi datang kepada Pilatus untuk meminta supaya kaki orang-orang yang disalibkan itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan, akhirnya datanglah prajurit-prajurit Romawi dan mematahkan kaki kedua orang yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya namun salah seorang dari prajurit itu menikam lambung-Nya. (Yoh 19: 31-34). 

           

Yesus tidak sempat dipatahkan kaki-Nya kerena Ia mati terlebih dahulu. Fakta bahwa tulang kaki-Nya tidak dipatahkan sungguh merupakan suatu penggenapan atas nubuatan yang diberikan Musa melalui perayaan Paskah yang terjadi " 1400 tahun sebelum Yesus datang ke dunia ini (Kel 12:46). Fakta ini juga menggenapi nubuatan yang disampaikan oleh raja Daud " 1000 tahun sebelum Yesus dilahirkan (Maz 34:21).

 

Salib adalah alat penyiksaan dan penghukuman mati digunakan oleh orang Romawi, dan sebelumnya oleh orang Persia, yaitu sebuah tiang tegak, tempat mengikat atau memakukan tubuh orang yang terkutuk. Orang Romawi biasanya membiarkan tiang tersebut tetap ditempatnya, untuk hukuman mati berikutnya. Pesakitan mengangkat sendiri kayu palang yang ditambahkan di puncak tiang itu. Kejahatan dan pelanggaran yang menyebabkan hukuman mati dituliskan pada kayu palang tersebut, atau ditulis pada papan yang dikalungkan di lehernya. Sifat hukum penyaliban sangat mengerikan dan menyakitkan. Bagi orang Kristen, sekarang tanda salib menjadi suatu lambang dengan arti yang sangat agung. Sebab itu sulit bagi kita untuk membayangkan betapa terhinanya hal salib dalam dunia era Yesus. Pada abad pertama, Cicero. Seorang Romawi menulis."Hal salib itu tidak hanya harus dijauhkan dari badan para warga Romawi melainkan juga dari pikiran, mata dan telinga mereka." Dengan kata lain, orang yang beradab bahkan tidak membicarakan salib! Hukuman ini dilakukan pada budak, pada para penyamun yang memakai kekerasan, dan sering juga pada pemberontak.

 

Jadi hukuman ini seringkali dilakukan berdasarkan tuduhan politis. Warga Romawi sendiri tidak boleh dihukum dengan cara yang hina ini. Fakta yang harus diterima sehubungan dengan penyaliban Yesus adalah bahwa Pilatus tidak mendapati kesalahan apapun pada Yesus, bahkan Yudas Iskariot yang telah mengkhianati-Nya juga mengatakan bahwa Ia tidak bersalah (Mat.27: 4). Dalam iman kekeristenan, salib Kristus bukanlah hanya tiang kayu hukuman mati-Nya tetapi menyinarkan cinta kasih Allah kepada umat manusia. Melalui salib Kristus, hubungan Allah dan manusia (garis vertikal) serta hubungan sesama manusia (garis horizontal) dipulihkan secara sempurna. Yesus memang tidak memiliki kesalahan dan setitikpun dosa dalam hidupnya yang setara dengan hukuman mati, tetapi Ia mau menanggung kesalahan dan segala dosa kita dan menanggung hukuman dosa yang membawa kematian yang seharusnya untuk kita. Ia menggantikan tempat kita di bukit Golgota agar kita yang percaya kepada-Nya, kelak dibangkitkan dari kematian jasmani untuk memiliki hidup kekal bukannya kematian kekal.      

 

Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci.

(1 Korintus 15:3-4)

 

  

            Kata Elohim adalah bentuk jamak dari kata El yang secara harafiah berarti "ilah-ilah" (dalam bahasa Indonesia: allah, 'a' kecil) (Kel 20 : 3), namun dalam  penggunaannya untuk mengacu pada Allah Israel sebagai Yang Maha Kuasa, kata Elohim tidak berarti "ilah-ilah"(dalam bahasa Indonesia: Allah, 'A' besar).

 

Kejadian 1 : 1 Pada mulanya Allah ( Elohim) menciptakan langit dan bumi.

 

            Kata Elohim bersifat tunggal yang dikarenakan bentuk kata kerja, kata sifat dan kata ganti yang mengikuti kata Elohim bersifat tunggal juga, disamping itu kata Elohim juga bersifat jamak, hal ini dikarenakan dalam bahasa Ibrani akhiran –im menyatakan sifat kemajemukan (jamak). Mengingat Hashalush HaKadosh ( Trinitas ) jadi kata Elohim dapat menyatakan sifat kemajemukan dalam Ketuhanan. Trinitas adalah doktrin Kristen mengenai ketritunggalan Allah, Allah yang Esa dinyatakan sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus, kesemuanya adalah Allah tetapi setiap oknum dibedakan tersendiri. Nama Elohim muncul 2.570 kali di dalam Tanak.

 

Ketika Allah menciptakan manusia Ia berfirman " Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar (tselem) dan rupa (dmut) Kita…."(Kejadian 1 : 26). Allah yang Esa menggunakan kata "Kita" untuk mewakili diri-Nya sendiri, hal ini terlihat jelas dalam Kejadian 3: 22, "Berfirmanlah TUHAN Allah: Sesungguhnya manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari Kita, tahu tentang yang baik dan yang jahat…". Dalam doa Yesus kepada Bapa untuk murid-murid-Nya, Yesus berkata "….supaya mereka (murid-murid) menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu " (Yohanes 17 : 2), dalam doa tersebut Yesus menyatakan diri-Nya dan Bapa adalah satu dan dalam Yohanes 4 : 24 Yesus mengatakan bahwa Allah itu Roh ('R' besar), dan rasul Paulus mengatakan "….Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat dalam diri Allah selain Roh Allah (Roh Kudus).  Melalui pernyataan-pernyataan firman tersebut kita dapat memahami bahwa Allah yang Esa memiliki tiga Pribadi yaitu Bapa, Anak (Yesus Kristus), Roh Kudus.

 

Manusia diciptakan Allah menurut gambar dan rupa-Nya, jadi secara tidak langsung manusia juga memiliki gambaran seperti Allah, rasul Paulus mengatakan "….semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita"(1 Tesalonika 5:23) Jadi Allah yang esa adalah Bapa, Anak dan Roh Kudus sedangkan manusia adalah roh ( 'r' kecil ), jiwa dan tubuh, hal ini tidaklah mengherankan karena pada mulanya manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej 1 : 26). Manusia tanpa roh adalah mati, manusia tanpa tubuh adalah mati, manusia tanpa jiwa secara tidak langsung dapat juga dikatakan mati.

 

Trinitas adalah doktrin (pengajaran) Kristen mengenai ketirtunggalan Allah. Kata 'trinitas' memang tidak ada (disebutkan secara eksplisit) dalam Perjanjian Baru, namun kita dapat memahami istilah trinitas ini dengan sangat jelas sekali pada peristiwa pembabtisan Yesus di sungai Yordan (Mrk.1: 9-11), hubungan Yesus dengan Allah Bapa dan Roh Kudus (Yoh.14: 7-10 dan Yoh.16: 13-14) dan perintah terakhir Yesus (Mat.28: 19). Konsep trinitas ini akhirnya dirumuskan pada Konsili Nicea tahun 325 M. Kita jangan salah mengerti, Allah lah yang telah menyingkapkan jati diri-Nya kepada umat-Nya yang pada akhirnya dibentuk konsep trinitas oleh bapa-bapa gereja mula-mula, bukannya konsep trinitas yang menjadikan Allah yang seolah-olah sesuai dengan konsep itu. Allah yang Esa dinyatakan sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus, kesemuanya adalah Allah tetapi setiap oknum dibedakan tersendiri.

 

Allah bersifat jamak, tetapi Ia juga bersifat tunggal (satu). Kata Ibrani untuk 'satu' yang digunakan di sini dan berlaku bagi Allah adalah echad. Kata ini menunjukan kesatuan dengan elemen-elemen komponen. Dalam Kejadian 2: 24 , kata yang sama, echad, digunakan lagi: "Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu [echad] daging."  Kata 'echad' yang digunakan disini bukanlah kata untuk kesatuan yang mutlak tidak dapat dibagi, yaitu yachid. Kata Ibrani yang digunakan dalam ayat ini, echad, berlaku bagi pernikahan. Ini menggambarkan suatu kesatuan yang terdiri dari dua pribadi yang berbeda dipersatukan. Namun, dalam pemwahyuan Allah yang alkitabiah, bukan dua, melainkan tiga Pribadi yang disatukan untuk menghasilkan kesatuan (Esa), yaitu kesatuan di mana juga ada kemajemukan.

 

Jadi, orang Kristen menyembah Tuhan yang Esa (monoteisme) bukan banyak tuhan (politeisme) dan pernikahan Kristen adalah pernikahan monogami bukan poligami. Pada masa jemaat mula-mula, orang-orang Yahudi menuduh kalau orang Kristen telah meninggalkan monoteisme karena menyembah Yesus dan agaknya pemikiran yang sangat keliru ini tampaknya juga melekat pada orang-orang Muslim.

 

            Dalam kisah penciptaan yang kedua (Kejadian 2: 4b-25) nama pribadi Allah (Elohim) dinyatakan sebagai nama yang kudus YHWH (bahasa Ibrani dibaca Yahweh) yang mengungkapkan gagasan kedekatan Allah kepada manusia. Dalam Kejadian 2: 7, suatu gelar baru diberikan kepada Allah: "TUHAN Allah". Orang Ibrani sebenarnya mengatakan "Yahweh Allah". Dalam Kejadian 1, kita hanya mempunyai nama "Allah" akan tetapi pada Kejadian 2, ditambahkan nama suci "Yahweh". Ini segnifikan karena Kejadian 1 menggambarkan penciptaan secara umum sementara dalam Kejadian 2 penekanannya adalah pada penciptaan Adam sebagai pribadi. Pengenalan nama pribadi Allah,"Yahweh", menandakan bahwa Allah sebagai Pribadi, mrnciptakan Adam juga sebagai seorang pribadi. Hal ini menegaskan suatu hubungan pribadi yang unik antara Allah sebagai Sang Pencipta, dan Adam sebagai makhluk ciptaan dan hal ini juga menunjukan maksud yang besar dari Sang Pencipta yaitu untuk memiliki persekutuan dengan ciptaan-Nya, pribadi ke pribadi.

 

Nama Yahweh muncul hampir 6000 kali dalam Perjanjian Lama sebagai nama Allah, arti nama Yahweh berarti "Dia menyebabkan keadaan yang ada" artinya Yahweh adalah Pencipta. Nama Allah bagi orang Ibrani (Yahudi) adalah YHWH  namun oleh karena nama itu adalah nama yang teramat kudus sehingga tidak diucapkan maka orang-orang Yahudi membacanya sebagai Adonai (Tuhanku Yang Maha Besar) dalam pembacaan di depan umum. Untuk mengingatkan pembaca agar membacakan Adonai ganti Yahweh maka tanda-tanda huruf hidup dari kata Adonai disisipkan pada abjad Ibrani, YHWH yang apabila diucapankan menjadi Yehova, seperti terdapat dalam Alkitab King James Version (KJV) dan seringkali pada penggunaan bahasa Inggris.

 

Berikut ini adalah terjemahan Alkitab kata-kata dari bhs.Ibrani – bhs.Inggris – bhs. Indonesia yang mengacu pada Satu Pribadi yang sama:

 

Elohim = God = Allah           

Yahweh = LORD= TUHAN             

Adonai= Lord = Tuhan

 

            Adam memiliki ciri unik yang membedakannya dengan makhluk lain ciptaan Allah. Yang paling signifikan adalah cara penciptaan Adam. Dalam Kejadian 2: 7, kita membaca "TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah."  Kata membentuk umumnya digunakan oleh pembuat tembikar yang membuat bejana dari tanah liat. Laporan tersebut menggambarkan sebuah wadah tanah liat yang sedang dibentuk secara ahli menjadi patung paling sempurna yang pernah ada di bumi. Namun, ini hanyalah suatu bentuk tak bernyawa dari tanah liat hingga Allah menambah diri-Nya di dalamnya. Dalam Kejadian 2: 7, kita membaca …["TUHAN Allah"] menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup". Jadi, ada dua proses yang dilakukan Allah untuk menciptakan manusia. Pertama, Allah membentuk manusia dari tanah liat, hal ini tampaknya menunjukan bahwa Allah harus membungkuk ketika Ia mulai mengambil tanah liat dan membentuknya. Kedua. Allah kemudian membungkuk lebih rendah lagi untuk mendekatkan lubang hidung-Nya ke lubang hidung tanah liat itu dan menempatkan bibir-Nya kepada bibir tanah liat itu untuk menghembuskan nafas ilahi-Nya. Manusia pun menjadi makhluk yang hidup. Tampaknya hal ini mirip kalau kita ingin meniup sebuah balon. 

 

Dalam bahasa Ibrani asli, Kejadian 2: 7, luar biasa hidup dan dramatis. Dalam bahasa Ibrani, "bunyi" suatu kata acap kali menggambarkan apa yang digambarkan oleh kata itu sendiri. Sebagai contoh, kata Ibrani untuk botol adalah bak-buk, yang menirukan bunyi mendeguk dari air yang dituang keluar dari botol. Hal ini serupa di mana Kitab Suci mengatakan, "Ia menghembuskan nafas ke dalam hidungnya." Kata Ibrani untuk menghembuskan adalah yi-pach. Secara fonetik, bunyi p ditengah disebut "plosive". Dengan kata lain, ini dihasilkan dengan letupan kecil-hembusan tajam. Sebaliknya, bunyi parau bahasa Ibrani chet, ch pada akhir kata yi-pach, terdiri atas suatu hembusan nafas berkesinambungan yang keluar dari kerongkongan. Jadi, kata yi-pach menunjukan adanya pengeluaran paksa yang tajam dari nafas yang diikuti dengan aliran udara keluar yang berkesinambungan (dari hidung dan dari mulut). Ini bukanlah desah yang lembut. Ini adalah pengeluaran paksa yang tajam dan otoriter dari nafas ilahi ke dalam hidung dan mulu tanah liat itu. Hal ini mungkin sama kalau kita ingin meniup sebuah balon.

 

            Kata "kehidupan" dalam bahasa Ibrani disebut chaim, seperti halnya yang kita ketahui bahwa akhiran –im dalam bahasa Ibrani menunjukan sifat jamak. Pada pasal pembuka kitab Kejadian mengungkapkan "kehidupan" pada dua tingkat yang berbeda: roh dan jiwa. Kata Ibrani untuk roh adalah ruach di mana huruf terakhir ch (chet), menggambarkan suatu hembusan terus-menerus yang tidak bergantung pada sumber lain. Sebaliknya, kata Ibrani untuk jiwa adalah nefesh. Ini menggambarkan kehidupan yang harus menerima sebelum dapat memberi. Nefesh dimulai dengan tarikan nafas yang diikuti dengan hembusan nafas yang sudah dihirup. Cara penciptaan manusia adalah unik, hal ini bukan hanya tentang pembentukan tubuh dari tanah liat, melainkan tentang fakta bahwa Allah menghembuskan kehidupan ke dalam diri manusia. Dengan cara ini, Allah dan manusia berada dalam konfrontasi langsung, berhadapan muka dengan muka. Hal ini memeprlihatkan bahwa manusia mempunyai kapasitas yang unik untuk akses langsung ke dalam hadirat Allah dan untuk persekutuan terus-menerus dengan Allah. Ini berarti bahwa ada sesuatu di dalam manusia yang secara unik berhubungan dengan sesuatu di dalam Allah. Ada satu kata untuk mengekspresikannya: Persekutuan. Tujuan tertinggi Injil adalah membawa manusia kembali ke dalam persekutuan dengan Allah. 

 

            Dalam penciptaan manusia, Allah mengabungkan yang tertinggi dan yang terendah maksudnya adalah yang berasal langsung dari Allah sendiri dan yang berasal dari bumi, debu tanah. Manusia memiliki potensi untuk sebuah hubungan ganda dengan Allah. Melalui rohnya yang berasal dari Allah, manusia dapat berhubungan dengan Allah dan lewat tubuhnya, yang berasal dari debu tanah, manusia dapat berhubungan dengan dunia. Akan tetapi ketika Adam beserta istrinya jatuh ke dalam dosa, hubungannya dengan Allah melalui rohnya terputus, bukan hanya itu, tubuhnya juga mengalami kematian. Manusia tadinya memiliki tubuh, roh dan jiwa yang kekal dan jiwanya dapat sepenuhnya merasakan tubuh rohnya sebagaimana tubuh jasmaninya, namun setelah jatuh ke dalam dosa, sifat kekal manusia itu pun sirna, dalam Ibrani 4: 12 kita mengetahui bahwa firman Allah dapat memisahkan jiwa dan roh. Sekalipun sesungguhnya ketiga unsur itu masih tinggal di dalam diri manusia yang telah jatuh ke dalam dosa akan tetapi hubungan jiwa dan roh manusia dipisah sebagai akibat dari tidak mentaati firman Allah. Jadi, manusia yang telah jatuh ke dalam dosa itu hanya dapat merasakan tubuh jasmaninya saja melalui jiwanya, tetapi tidak untuk tubuh rohnya. Tuhan Yesus berkata "Allah itu Roh ('R' besar) dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh ('r' kecil) dan kebenaran."(Yoh.4: 24). Yesus menyatakan bahwa Allah hanya dapat disembah melalui roh dan kebenaran bukan melalui kewajiban atau peraturan-peraturan agama. Jadi, melalui Yesus Kristus, manusia melalui rohnya dengan kebenaran di dalam pengorbanan Yesus di kayu salib, dapat kembali menyembah Allah sebab Roh Kudus lah yang memampukannya.

 

            Di sepanjang zaman, Iblis selalu berusaha untuk menyesatkan manusia dengan maksud menyalahgunakan tubuh roh yang dimiliki manusia. Iblis berusaha menarik perhatian jiwa manusia untuk menggunakan tubuh rohnya bagi maksud Iblis yang menyesatkan yaitu menggoda manusia untuk melakukan semedi (meditasi dengan cara mengosongkan pikiran), pertapaan, ilmu kebal, komunikasi dengan roh-roh jahat, kekuatan telepati dan menggerakan benda dari jauh, sihir (tenung), ramalan, santet, gerakan yoga yang merupakan gerakan untuk menyembah dewa marahari ataupun yang lain. Allah menginginkan agar manusia, melalui rohnya, menyembah Allah di dalam kebenaran Yesus Kristus. Sasaran utama Iblis adalah untuk memperbudak roh, jiwa dan tubuh manusia sehingga manusia tidak menyembah Allah Sang Pencipta dengan rohnya dan dalam kebenaran dan maksud lainnya adalah supaya kelak Iblis tidak sendirian di lautan api kekal. Dengan kata lain, Iblis tampaknya mendapat sedikit kesenangan dengan memperbudak manusia dengan penyesatannya sebelum akhirnya di lempar ke dalam lautan api bersama-sama roh orang-orang yang telah diperbudaknya itu. Supaya maksudnya itu laris manis maka Iblis akan menjerat manusia dengan kata-kata promosi yang menggiurkan dan kedengaranya meyakinkan seperti: "Anda akan tampak hebat dan berkuasa", "Anda akan cepat kaya", "Anda akan dikagumi semua orang", "tidak apa-apa sekali-kali mengandalkan dukun, kan kamu tetap beriman kepada Yesus", "Anda sesungguhnya berkomunikasi dengan malaikat-malaikat" atau "Sebenarnya neraka itu tidak ada".

 

sebagai orang Kristen kita harus waspada terhadap kata-kata tipu muslihat seperti itu. Jadi, sebagai orang Kristen kita harus waspada terhadap pekerjaan-pekerjaan jahat itu, sebab kita diciptakan baru oleh Yesus untuk tinggal dalam keabadian bersama Allah bukannya dalam keabadian lautan api bersama Iblis. Tubuh jasmani dan roh manusia sungguh berbeda. Tubuh jasmani bersifat sementara tetapi tubuh roh bersifat kekal, tubuh jasmani bisa mati namun tubuh roh tidak bisa mati. Jadi, roh orang-orang yang menolak Yesus sebagai Juruselamat dan orang-orang yang hidup dalam hawa nafsu jahat akan tinggal di dalam lautan api kekal. Dalam lautan api roh-roh itu akan terus menjerit kesakitan dan tersiksa tanpa mengalami mati seperti tubuh jasmani (Matius 13: 42) dan itulah yang disebut kematian kedua (Wahyu 21: 8). Dalam lautan api itu juga disebutkan bahwa seekor ulat-ulat bangkai tidak mati dan api tidak padam (Mrk.9: 48). Namun, mereka yang hidup dalam terang kasih Kristus dan melakukan kehendak Allah selama hidupnya di dunia, akan hidup selama-lamanya dan memerintah bersama Allah, tidak ada ratap tangis dan dukacita, kesengsaraan dan sakit penyakit (Wahyu 21 dan 22).

 

Tetapi orang-orang penakut, orang-orang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal (penzinah), tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan api yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian kedua.

(Wahyu 21: 8)

 

   

             

            Anak Allah dalam bahasa Ibrani disebut "Ben Elohim". Yesus Kristus adalah Anak Allah yang berarti bahwa Ia berasal dari Allah dan melakukan kehendak Bapa-Nya. Selama dalam masa pelayanan-Nya, Yesus sering menyebutkan diri-Nya sendiri sebagai Anak Manusia dan Ia juga sering menyebut Allah adalah Bapa-Nya yang secara tidak langsung Ia menyatakan diri-Nya sebagai Anak Allah, sebutan Anak Manusia secara tegas mengandung arti bahwa Yesus adalah manusia akan tetapi sebutan Anak Allah secara tegas mengandung arti bahwa Yesus adalah Allah. Reaksi dan perlakuan orang-orang dan pemuka-pemuka agama Yahudi sangatlah jauh berbeda apabila Yesus mengatakan diri-Nya sebagai Anak Manusia dibandingkan dengan apabila Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya, ketika Yesus menyebutkan diri-Nya sebagai Anak Manusia orang-orang Yahudi dapat menerimanya tanpa rasa keberatan karena mereka melihat dengan jelas sekali bahwa Yesus adalah seorang manusia akan tetapi ketika Yesus mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya karena hal itu berarti Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Anak Allah (Ben Elohim), orang-orang Yahudi akan berusaha menangkap atau merajam-Nya (Yoh 5 : 18 ), karena orang-orang Yahudi berpikir bahwa seorang manusia tidak layak untuk menyamakan dirinya dengan Allah dan itu termasuk menghujat nama Allah yang kudus.

 

Arti nama Yesus berarti Juruselamat, Kristus berarti Yang Diurapi (Mesias), akan tetapi Dia bukanlah hanya Yesus Kristus malainkan Tuhan Yesus Kristus yang berarti

Adonai (Yahweh) Sang Juruselamat Yang Diurapi.

 

 Matius 9 : 1- 8 adalah sebuah kisah dimana ada seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya yang disembuhkan oleh Yesus, ketika Yesus melihat iman orang-orang yang beserta orang lumpuh tersebut Yesus mengatakan kepadanya "Percayalah anak-Ku, dosamu sudah diampuni" lalu apakah ahli-ahli Taurat dapat menerima perkataan Yesus itu? Tidak, tetapi dalam kegelapan mata rohaninya mereka berkata dalam hati bahwa Yesus adalah seorang penghujat Allah, mereka tidak dapat melihat kuasa Allah yang dinyatakan didepan mata mereka dan dengan memakai jubah yang terhormat mereka tidak dapat melihat karya Allah yang dashyat, pada saat melihat kuasa Allah dinyatakan melalui Yesus ternyata respon terbaik yang dapat diberikan ahli-ahli Taurat adalah pikiran picik dan sinis hal ini sungguh sangat disayangkan padahal mereka adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan keagamaan yang baik tetapi respon yang ditunjukan oleh orang banyak setelah melihat hal itu sangatlah berlawanan dengan ahli-ahli Taurat, dalam ayat 8 dikatakan bahwa orang banyak itu takut dan memuliakan Allah atas kuasa yang dinyatakan melalui Yesus, jangankan memuliakan Allah, rasa takut akan Allah pun sepertinya tidak terpikirkan dalam hati ahli-ahli Taurat melainkan yang terlintas dalam hati mereka adalah kata penghujatan kepada Allah, ternyata benar apa yang dikatakan Tuhan Yesus  mengenai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi dalam Matius 15 : 14, bahwa mereka orang buta yang menuntun orang buta. Maksud-Nya adalah buta secara rohani.

 

Betapa liciknya hati, lebih licik daripada segala sesuatu,

hatinya sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya ?

Aku, TUHAN, yang menyelidiki hati, yang menguji batin.

(Yeremia 17: 9 – 10a)

 

 

Menurut pendapat saya kebutaan rohani terjadi oleh karena beberapa sebab:

 

1.      sikap iri hati dan mementingkan diri sendiri (Yak 3 : 16), kedua hal ini adalah kotoran – kotoran kecil yang mengganggu mata rohani sehingga kita kurang dapat melihat pekerjaan kuasa Allah ditengah-tengah kehidupan kita.

 

2.      Sikap gila hormat (Gal 5 : 26), seperti halnya mata jasmani apabila terkena cahaya yang amat menyilaukan dalam waktu yang lama akan menyebabkan buta permanen demikian halnya apabila kita terlalu lama memandang silaunya suatu kedudukan dan perlakuan yang hanya selalu ingin dihormati, mata rohani kita akan buta permanen.

 

3.      Kesombongan (1 Kor 4 :6), pertama-tama kita harus bisa membedakan sikap percaya diri dengan kesombongan. Menurut saya percaya diri adalah kemantapan dan keteguhan hati pada apa yang sedang dilakukan untuk mencapai hasil yang terbaik sedangkan kesombongan adalah sikap percaya diri yang sangat berlebihan tanpa adanya kemantapan dan keteguhan hati untuk menunjukan diri sendirilah yang terbaik dengan kata lain tujuan akhir sikap percaya diri adalah hasil yang terbaik tetapi tujuan kesombongan adalah diri sendirilah yang terbaik. Kesombongan layaknya seperti virus yang dapat membutakan mata rohani secara perlahan-lahan tapi pasti karena kesombongan tidak dapat menerima kekurangan dan kelebihan orang lain, dengan kata lain motovasi yang baik bekerja di dalam sikap percaya diri tetapi keegoisan bekerja di dalam kesombongan. Orang yang sombong dapat diketahui dari banyaknya kata "Aku" atau "Saya" dalam perkataannya. Contohnya: "Saya akan …", "itu adalah karena saya", atau "kalau tidak ada saya pasti …".  

 

Seseorang berkata "ketika kita sedang membaca Alkitab sebenarnya yang terjadi adalah diri kitalah yang sedang dibaca oleh Alkitab", obat kebutaan rohani adalah membaca firman Tuhan karena hanya firman Tuhanlah yang dapat membaca pikiran hati setiap orang. Firman Tuhan adalah bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2 Tim 3 : 16), jadi yang penting bukanlah sudah berapa lama kita menjadi orang Kristen tapi sudah berapa lama kita mengerjakan keselamatan yang telah diberikan Kristus. Pengetahuan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat dalam kehidupan keagamaan dapat dikatakan cukup baik, mereka memelihara hari Sabat, mengajar hukum Taurat di Bait Allah dan menjalankan adat istiadat Yahudi dengan baik tetapi Tuhan Yesus mengatakan bahwa mereka adalah keturunan ular beludak (Mat 12:34), orang-orang munafik (Mat 15:7), angkatan (generasi) yang jahat dan tidak setia (Mat 16:4), dan orang-orang bodoh dan buta (Mat 23:17), hal ini sungguh amat mengagetkan karena orang-orang yang kelihatan beragama pada era Yesus ternyata tidak seperti apa yang dilihat.

 

 

Tuhan Yesus mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi disebabkan karena…..

1.         Mereka mengajarkan firman Tuhan tapi tidak melakukannya (Mat 23 : 3)

2.         Mereka orang-orang yang gila hormat (Mat 23:6)

3.         Mereka mengenakan peraturan-peraturan keagamaan kepada orang tetapi mereka sendiri tidak memperdulikan peraturan-peraturan tersebut (Mat 23:4)

4.         Mereka juga tidak memperdulikan azas pokok dalam hukum Taurat yaitu : keadilan, belas kasihan dan kesetiaan (Mat 23 : 23)

5.         Mereka lebih mementingkan adat istiadat nenek moyang daripada perintah Allah (Mat 15: 3-6)

 

            Sebagai pengikut Kristus apakah kita telah memuliakan Allah dengan hati yang murni? Apakah kita telah menggembalakan domba-domba Allah yang telah dipercayakan-Nya kepada kita dengan baik? Menjadi pengikut Kristus bukan berarti kita telah menjadi sempurna tetapi menjadi pengikut Kristus adalah kita mau untuk diajar, dinyatakan kesalahannya, diperbaiki kelakuannya agar menjadi lebih baik lagi dan dididik dalam kebenaran, Tuhan Yesus telah mati menggantikan kita oleh sebab itu kita wajib memberikan seluruh hati kita kepada-Nya. Dalam 1 Korintus 9:24-25 dan Ibrani 12:1 rasul Paulus menyatakan bahwa setiap pengikut Kristus diwajibkan berlomba untuk memperoleh hadiah sorgawi yaitu mahkota yang abadi, dalam 1 Tim 6:12 rasul Paulus juga mengingatkan setiap pengikut Kristus untuk bertanding dalam iman yang benar. Ada seseorang mengatakan bahwa perlombaan atau pertandingan yang diwajibkan oleh setiap pengikut Kristus adalah mengenai ketahanan bukannya persaingan. 

 

Jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?

(Lukas 18: 8)

 

            Yesus Kristus adalah Anak Allah, Ben Elohim, tetapi ahli-ahli Taurat dan sebagian besar orang-orang Yahudi tidak dapat mangakui fakta itu, dalam kebutaan rohani mereka menolak Yesus sang Juruslamat dunia sebagai raja mereka tetapi  lebih memilih kaisar Romawi, sang penjajah(Yoh 19:15). Dalam Yoh 8 : 58 , Yesus mengatakan "…sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada", perkataan ini sungguh sangat mengejutkan orang-orang Yahudi, mereka berpikir mana mungkin ada seorang manusia yang umurnya belum sampai 50 tahun mengatakan telah melihat Abraham apabila kita membaca Matius 1 : 17 kita akan mengetahui bahwa ada 14 keturunan dari Abraham sampai Raja Daud lalu 14 keturunan dari Raja Daud sampai pembuangan ke Babel (Zaman Daniel) dan 14 keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus, Jadi total keseluruhan dari Abraham sampai Kristus adalah 42 keturunan.

 

Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.

( Yohanes 8 : 58 )

 

Oleh karena pernyataan Yesus yang penuh kuasa itu orang-orang Yahudi sangat marah dan siap untuk merajam Ia, hal ini tentulah sangatlah mengagetkan orang-orang Yahudi sebab secara tidak langsung Yesus menyamakan diri-Nya dengan Yahweh yang dikenal umat Israel sebagai Allah Abraham, Ishak dan Yakub lebih lagi dalam Keluaran 3 : 13 – 14 dinyatakan bahwa Allah menyatakan jati diri-Nya kepada Musa dengan berfirman "AKU ADALAH AKU" ( I AM THAT I AM )  lalu Allah berfirman lagi agar Musa mengatakan kepada bangsa Israel bahwa AKULAH AKU ( I AM ) telah mengutus aku (Musa) kepadamu.

 

Dalam Keluaran 3 : 13-14, Yahweh (TUHAN) Allah menyatakan diri-Nya sebagai AKU ADALAH AKU (I AM THAT I AM, KJV) dan arti ini adalah sama ketika Yesus mengatakan kepada orang-orang Yahudi "sebelum Abraham jadi, Aku telah ada" (Yoh 8:58)  yang dalam Alkitab terjemahan KJV ditulis "Before Abraham was, I AM " (John 8:58) dengan kata lain Yesus menyatakan diri-Nya sebagai Yahweh Allah Sang Pencipta yaitu Allah yang telah memberkati Abraham, yang dahulu telah mengutus Musa, yang telah berfirman melalui perantaraan nabi-nabi. Oleh karena perkataan Yesus itu, orang-orang Yahudi menjadi sangat marah dan ingin membunuh-Nya. Jadi sesungguhnya, Yesus ingin memperkenalkan diri-Nya secara pribadi kepada orang-orang Yahudi bahwa Dialah Yahweh Allah Yang Maha Kuasa.

 

Tuhan Yesus Kristus berfirman….        

        

Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu juga kamu percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku.

(Yohanes 5: 46)

 

 

 

 

XIII. YESUS KRISTUS, ANAK MANUSIA

 

 

Sebutan "manusia" muncul pertama kalinya dalam Alkitab pada Kejadian 1: 26, Berfirmanlah Allah: "Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita,…", dalam alkitab terjemahan KJV kata "manusia" adalah "man". Selanjutnya dalam Kejadian 2 :7 dijelaskan bagaimana Allah membentuk manusia dari debu tanah yang pada akhirnya menjadi makhluk yang hidup.

 

Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup.

(Kejadian 2 : 7)

 

Apabila kita membaca Kejadian 2 : 8 – 25, kita akan mengetahui bahwa sebutan "manusia" atau "man" mewakili Adam sedangkan sebutan "perempuan" atau "woman" mewakili Hawa, karena makna kata "perempuan" ialah ia diambil dari laki-laki.

 

Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu (Adam), dibangun-Nyalah seorang perempuan (Hawa), lalu dibawa-Nyalah kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.

Kejadian 2 : 22-23, LAI TB

 

And the rib, which the LORD God had taken from man, made he a woman, and brought her unto the man. And Adam said, This is now bone of my bones, and flesh of my flesh: she shall be called Woman, because she was taken out of Man.

Genesis 2 : 22-23, KJV

 

Manusia adalah ciptaan yang merupakan gambar Allah dan memiliki keserupaan dengan Allah. Mengapa dapat dikatakan demikian? Kejadian 1: 26 mengungkapkan bahwa ada dua aspek yang berbeda dari keserupaan antara Allah dan manusia. Pertama, manusia dijadikan menurut gambar (tselem) Allah. Kedua, manusia dijadikan menurut rupa (dmut) Allah.

 

Kata gambar (tselem) menggambarkan bentuk luar, ini adalah kata Ibrani yang umum untuk bayangan, dan di dalam Perjanjian Lama sering diterjemahkan "naungan" atau "bayangan". Yang menarik adalah kata gambar (tselem) sebagai kata kerja muncul berulang-ulang dalam kata Ibrani modern untuk "mengambil foto anda". Malalui lebih dari 3.500 tahun, bahasa Ibrani selalu menggunakan kata ini untuk merujuk pada bentuk luar yang dapat dilihat. Pada ras manusia, pria lah yang secara akurat menggambarkan penampilan luar Allah disbanding dengan wanita. Dalam 1 Korintus 11: 7, rasul Paulus menjelaskan seperti ini: "Sebab laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya: ia menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah. Tetapi perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki". Penting untuk menekankan bahwa Paulus di sini berbicara tentang penampilan fisik dan luar, bukan tentang sifat batin dan rohani.

 

Semuanya ini memuncak di dalam catatan penjelmaan. Allah menjelma dalam Pribadi Yesus Kristus. Allah tinggal di dalam rahim seorang perawan dan dimanifestasikan di dalam sebuah tubuh daging. Sudah semestinya tubuh tersebut berupa tubuh manusia pria oleh sebab itu salah satu sebutan untuk Yesus Kristus adalah Anak Manusia. Selama masa pelayanan-Nya di bumi, selain disebut Anak Allah (Son of God), Yesus juga disebut Anak Manusia (Son of Man), sebutan Anak Allah berarti bahwa Yesus berasal dari Allah (Pencipta) atau secara tegas berarti Ia adalah Allah. Sebuatan Anak Manusia berarti bahwa Allah menjadi sama dengan manusia (ciptaan) untuk menyatakan kerendahan-Nya sebagai hamba, penderitaan-Nya, maupun kebangkitan-Nya dan kedatangan-Nya sebagai Hakim. Tuhan Yesus Kristus adalah Allah yang menjadi manusia yang oleh-Nya kita diselamatkan dari hukuman kekal.

 

            Dalam bahasa Ibraninya, kata rupa (dmut) untuk menggambarkan keserupaan manusia dengan Allah. Dmut adalah istilah yang lebih umum ketimbang tselem. Kata ini tidak merujuk terutama pada penampilan luar, melainkan pada keseluruhan pribadi manusia. Keserupaan yang dimaksud adalah manusia memiliki sifat trinitas seperti halnya pada Allah. Allah adalah Bapa, Anak dan Roh Kudus sedangkan manusia adalah roh, jiwa dan tubuh. Dalam 1 Tesalonika 5:23, rasul Paulus berdoa untuk orang Kristen di Tesalonika: "Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita." Pengudusan yang menyeluruh mencakup pada ketiga unsur ini yaitu: roh, jiwa dan tubuh. Roh dihembuskan ke dalam manusia pada saat penciptaan oleh Sang Pencipta. Tubuhnya di bentuk dari tanah liat (diambil dari bumi). Kesatuan daro Roh yang berasal dari atas (Allah) dan tanah liat yang berasal dari bawah (bumi) menghasilkan jiwa. Jiwa adalah ego individual yang ada di dalam setiap kita. Jiwa dapat mengatakan "aku mau" atau "aku tidak mau". Ini adalah unsur pengambilan keputusan di dalam kepribadian kita. Jiwa mengoperasikan "kemudi" yang kita gunakan untuk mengarahkan jalan kita melewati hidup.

 

Dalam Yakobus 3: 1-5 diungkapkan bahwa "kemudi" tersebut adalah lidah. Keselamatan datang kepada jiwa yang membuat keputusan yang tepat sebagai respon terhadap Injil dan mengikutinya dengan gaya hidup yang benar. Jadi, kita adalah orang paling penting di alam semesta. Bukan karena siapa diri kita, melainkan karena karya penebusan Kristus atas nama kita pribadi lepas pribadi. Di dalam Dia kita diciptakan demi hubungan istimewa dengan Allah. Di dalam setiap generasi, Iblis berusaha mengaburkan perbedaan antara benar dan salah, antara baik dan jahat. Faktanya tetap bahwa manusia memang mempunyai pengertian moral dan ia tidak dapat melepaskan diri darinya. Ia dapat minum-minum hingga mabuk, ia dapat membius dirinya dengan narkoba, namun apapun yang ia perbuat, ia tidak dapat melepaskan diri dari kenyataan bahwa ia tahu bahwa ada yang benar dan ia tahu bahwa ada yang salah.

 

 

Karena anak-anak itu (para manusia) adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia (Yesus) juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, Yaitu iblis, yang berkuasa atas maut.

(Ibrani 2: 14)

 

            Kata "Adam" dalam bahasa Ibrani disebut 'adamah' yang berarti "tanah" atau "bumi" (sumber : alkitab.sabda.org). Sedangkan sebutan "Anak Manusia" dalam bahasa Ibraninya disebut "Ben Adam" yang apabila diartikan secara harafiah berarti "Anak Adam" (Son of Adam) atau "Anak Manusia" (Son of Man). Kata "Ben Adam", di luar dari konteks artinya, digunakan dalam bahasa Ibrani untuk menggambarkan orang yang berbudi yaitu seseorang yang melakukan kebaikan. "Ben Adam" juga berarti seorang manusia biasa ( laki-laki ).

 

            Manusia pertama "Adam" diciptakan menurut gambar dan rupa Allah untuk berkuasa atas segala yang telah diciptakan Allah di bumi namun oleh karena pelanggaran yang telah dilakukannya beserta isterinya (Hawa) maut telah berkuasa atas mereka. Allah tidak menciptakan sebuah robot, tetapi Ia menciptakan manusia, manusia yang memiliki kehendak bebas, Allah berfirman kepada Adam "Janganlah kaumakan buahnya (pohon pengetahuan tentang yang baik dan jahat), sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati (die)". Allah memberi Adam kehendak bebas dalam menjalankan tanggung jawabnya. Ia selalu boleh memilih untuk taat atau tidak taat. Kehendak bebas menjadi menjadi tidak memiliki arti apapun apabila tidak adanya pilihan.

 

Sesudah menciptakan Adam, Allah tidak terus mengikutinya seperti seorang polisi yang sedang bertugas, mengikuti Adam sambil berkata, "Sekarang kerjakan ini" atau "Jangan lakukan itu", Adam diciptakan Allah sebagai ciptaan berintelektual yang merdeka dan memiliki kehendak bebas bukannya budak yang terikat. Walaupun kesannya Allah secara langsung tidak selalu berada dalam taman itu untuk menjaga Adam 24 jam, Ia sesunguhnya meninggalkan Adam dengan satu wakil yang tetap, satu hal yang selalu mewakili Allah, satu hal yang tidak pernah meninggalkan Adam di taman itu, hal tersebut adalah Firman Allah! Jadi, Allah meninggalkan Firman bagi Adam.

 

Dalam Yohanes 14: 23, Yesus Kristus berkata: "Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia." Perkataan Yesus ini menyatakan bahwa firman-Nya adalah yang juga mewakili diri-Nya. Seperti halnya sikap Allah kepada Adam ketika di taman Eden, kita sebagai ciptaan baru di dalam Yesus Kristus juga selalu ditemani Yesus melalui firman-Nya. Yesus datang kepada kita dan diam bersama-sama kita melalui firman-Nya, dengan demikian tempat yang dimiliki firman Allah di dalam hidup kita adalah tempat yang dimiliki Allah Sendiri. Hormat dan respek yang kita berikan kepada Allah, juga layak kita berikan kepada firman-Nya. Kita tidak bisa mengasihi Allah lebih dari pada kita mengasihi firman-Nya. Ujian hubungan pribadi kita dengan Allah adalah sikap kita terhadap firman-Nya.

 

Hal itu juga berlaku pada Adam saat itu, dasar hubungannya dengan Allah adalah hubungannya dengan firman Allah. Sejauh yang kita ketahui, Allah tidak memberikan Adam seluruh isi Alkitab, namun Ia hanya memberikan dua ayat, yaitu Kejadian 2: 16 – 17. "lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia:"Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."  Selama Adam percaya dan taat kepada firman Allah, kejahatan tidak dapat menyentuhnya, tidak ada yang dapat merebut damai sejahteranya, hidupnya atau berkatnya. Namun, begitu ia menolak firman Allah, walaupun Allah tidak hadir secara langsung di taman itu, ia telah menolak Allah. Mungkin inilah salah satu pelajaran dasar terbesar Kitab Suci: Sikap kita terhadap Firman Allah menentukan hubungan kita dengan Allah.

 

Ciptaan yang digambarkan dalam kitab Kejadian dan ciptaan baru yang digambarkan dalam Yesus Kristus memiliki hubungan yang sama. Ketika Allah menciptakan Adam, Ia tidak berkata: "sekarang Kita taruh dia dimana?" atau "apa yang akan dia makan?" sesungguhnya semua kebutuhan Adam telah tersedia dengan sempurna dengan sepengetahuan Allah lebih dahulu. Adam tidak membutuhkan apapun yang tidak ada di sana namun satu persyaratan untuk tetap dalam keadaan ini adalah percaya dan taat pada Firman Allah. Hal ini sesungguhnya juga dialami oleh setiap pribadi yang diciptakan baru di dalam Kristus. Ketika Allah menjadikan seorang pendosa sebagai ciptaan baru di dalam Kristus, saat itu Ia tidak berkata: "sekarang apa yang akan Aku lakukan untuk dia?," "dia harus makan apa?" atau "bagaimana dia akan menemukan jawaban bagi masalah-masalah yang dihadapinya?". Dalam ciptaan baru, semua yang kita butuhkan sudah disediakan didalam Yesus Kristus. Seperti Adam di dalam taman, kita ditaruh dalam situsi dengan persediaan yang lengkap dan sempurna, dan satu-satunya syarat untuk tinggal dalam ketersediaan yang sempurna ini adalah percaya dan taat pada firman Allah. Kesalahan kritis Adam adalah ia tidak tunduk pada otoritas firman Allah, hal ini juga merupakan kesalahan dasar utama kita sebagai orang Kristen.

 

            Dalam Roma 6 : 23 rasul Paulus menyatakan dengan tegas bahwa "upah dosa adalah maut….", kata "maut" adalah sama artinya dengan "neraka" (KJV) berati apabila kita menerjemahkan secara harafiah apa yang dikatakan rasul Paulus maka ia mengatakan "upah dosa adalah neraka".

           

Konsep dosa yang diturunkan tidak diakui oleh penganut "agama lain" tetapi dalam kekeristenan konsep itu benar adanya, saya terlalu percaya bahwa konsep dosa yang diturunkan (dari Adam) benar adanya, sebagai contoh, saya beberapa kali pernah menyaksikan program televisi dimana dalam program itu si pewawancara menanyai seseorang yang berprofesi sebagai pembunuh bayaran, dalam wawancara tersebut ia mengakui dengan sadar bahwa apa yang mereka lakukan itu jahat tetapi ia membenarkan dirinya dengan alasan masalah ekonomi, tetapi pada dasarnya ia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang jahat.

 

Apakah suatu kebetulan apabila seluruh manusia tahu mana yang baik dan jahat ? Tidak, hal itu bukanlah suatu kebetulan, buah yang dimakan Adam dan isterinya itu berasal dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat oleh karena itu maut berkuasa atas manusia pertama itu dan tentu saja kepada keturunannya. Kita harus mengakuinya bahwa khasiat buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu hingga kini dapat dirasakan dalam diri kita sendiri, sebab kita sendiri tahu apa yang baik dan apa yang jahat. Allah berfirman "…….sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau akan mati", firman tersebut dengan tegas mengatakan "pastilah engkau akan mati" Allah tidak mengatakan "mungkin" atau "kira-kira" tetapi "PASTI".

           

Penganut "agama lain" berpendapat bahwa seorang bayi yang meningggal (sesudah / sebelum dilahirkan) adalah suci atau dapat dikatakan tanpa dosa, tapi menurut saya kata "suci" atau "tanpa dosa" sangat tidak tepat, tetapi yang tepat adalah ia belum mengenal dosa karena ia belum melihat dunia ini. Ia (bayi yg telah meninggal) memang belum mengenal dosa tetapi ia memiliki dosa yang diturunkan dari Adam. Faktanya adalah :

Bayi tersebut mengalami sendiri apa yang dinamakan "mati".

 

Umat manusia yang telah dan sedang hidup didunia ini, laki-laki maupun perempuan, dari tiap-tiap generasi adalah berasal dari satu sumber yang sama yaitu Adam yang telah jatuh kedalam dosa. Tuhan Yesus mengatakan "Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedangkan pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik"Matius 7:17. Seluruh umat manusia dari tiap-tiap generasi adalah buah yang dihasilkan dari satu pohon, yaitu Adam yang telah jatuh ke dalam dosa.

 

Seluruh umat manusia adalah gambaran Adam yang telah jatuh kedalam dosa sekaligus Adam yang telah kehilangan kemuliaan Allah, ketika Adam dan Hawa jatuh kedalam dosa akibatnya adalah hubungan atau relasi yang begitu dekat antara Allah dan manusia terputus, Allah adalah Yang Maha Kudus sedangkan manusia telah berdosa, manusia tidak dapat mendekati Allah demikian juga halnya Allah tidak dapat mendekati manusia, itu semua oleh karena dosa yang menjadi pemisah. Kekudusan Allah yang mutlak tidak dapat dipertemukan dengan dosa, lalu apakah yang dapat dilakukan manusia untuk menghampiri tahta Allah di surga ? apakah dengan melakukan kebaikan atau hukum-hukum keagamaan maka dosa dapat dihapuskan sehingga manusia dapat menghampiri tahta Allah?

 

Perlu diingat bahwa kita tidak dapat mengharapkan buah yang baik dari pohon yang tidak baik, pohon yang tidak berkualitas pasti akan menghasilkan buah yang tidak berkualitas dan buah yang tidak berkualitas tidak mungkin memberikan rasa yang enak dan juga tidak mungkin menghasilkan pohon yang berkualitas dari bijinya. Apakah kebaikan yang kita lakukan termasuk juga apa yang selalu ada di pikiran dan hati kita setiap harinya atau manakah yang sering kita lakukan dalam satu hari ? Perbuatan-perbuatan kebaikan atau pikiran-pikiran kebaikan! Saya kira kita harus jujur pada diri kita sendiri untuk menjawab pertanyaan ini. Ingat! Kita adalah gambaran Adam yang telah jatuh ke dalam dosa.

 

Dosa adalah pelanggaran terhadap perintah Allah dan setiap dosa memiliki akibat yang mengerikan dengan kata lain manusia adalah pihak yang memiliki hutang dan Allah adalah pihak yang terhutang. Sebagai contoh : seorang yang sangat miskin tidak mungkin dapat melunasi hutangnya yang sebesar 1 Milyar kepada seorang bangsawan karena ia tidak memiliki sesuatu yang dapat diberikan untuk melunasi hutangnya kecuali apabila bangsawan tersebut menaruh belas kasihan padanya demikian juga halnya seorang manusia tidak dapat memberikan sesuatu kepada Allah sehingga dosanya dapat dihapuskan kecuali Allah menaruh belas kasihan kepada manusia, intinya adalah kita tidak dapat memberikan sesuatu yang tidak kita miliki. Melalui pengorbanan Yesus di atas kayu salib kasih, belas kasihan dan keadilan Allah dinyatakan yang olehnya dosa manusia dihapuskan, manusia telah ditebus dengan darah Yesus yang kudus, perbuatan-perbuatan baik tidak dapat menghapus dosa dan apabila seandainya perbuatan-perbuatan baik dapat menghapus dosa maka hal itu kelihatannya seperti menyombongkan diri dihadapan Allah.

 

Kekeristenan memandang dosa sebagai sesuatu yang amat sangat serius dan penghapusan dosa hanya dapat dilakukan dengan sempurna oleh pangorbanan Tuhan Yesus Kristus bukan hanya penghapusan dosa tetapi juga dikaruniakan-Nya jaminan keselamatan. Perbuatan-perbuatan baik yang dikerjakan oleh pengikut Kristus akan menghasilkan upah di sorga tetapi pengampunan dosa dan keselamatan adalah anugerah yang diberikan Allah dengan cuma-cuma oleh karena iman kepada Tuhan Yesus Kristus bukan oleh perbuatan baik kita. Jadi pengampunan dosa dan keselamatan bukanlah suatu upah tetapi anugerah. Anugerah adalah sesuatu yang kita terima meskipun sesungguhnya kita tidak layak menerimanya sedangkan upah adalah sesuatu yang layak kita terima sebagai imbalan dari suatu pekerjaan yang telah dilakukan.

 

Keselamatan yang diberikan Yesus Kristus tidak didasarkan oleh amal perbuatan-perbuatan baik kita, apabila begitu kita pasti akan terlalu membanggakan diri sendiri dan cenderung akan jatuh ke dalam kesombongan rohani. Kita diselamatkan karena kita percaya bahwa Yesus Kristus telah mati bagi dosa-dosa kita dan bangkit dalam kemenangan. Dan oleh karena kita telah diselamatkan, maka Roh Kudus akan memperlengkapi kita untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik untuk memuliakan Allah. Melalui pengorbanan-Nya kita dijadikan umat perjanjian baru yang dikumpulkan dari segala bangsa dan bahasa untuk menjadi satu dalam kerajaan-Nya. Umat perjanjian lama, bangsa Israel, dapat masuk ke dalam tanah perjanjian adalah karena kasih karunia Tuhan bukan karena jasa-jasa dan kebenaran hati yang dibangun bangsa Israel sendiri melalui kewajiban-kewajiban agama.

 

Musa mengingatkan bangsa Israel dan berkata: "Bukan karena jasa-jasamu atau karena kebenaran hatimu engkau masuk menduduki negeri mereka, tetapi karena kefasikan bangsa-bangsa itulah, TUHAN Allahmu, menghalau mereka dari hadapanmu dan supaya TUHAN menepati janji yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni Abraham, Ishak dan Yakub. Jadi ketahuilah, bahwa bukan karena jasa-jasamu TUHAN Allahmu memberikan kepadamu negeri yang baik itu untuk diduduki. Sesungguhnya engkau bangsa yang tegar tengkuk" (Ul. 9: 5-6). Sebagai umat perjanjian lama, bangsa Israel dapat masuk ke tanah Kanaan oleh karena kesetiaan dan kebaikan TUHAN bukan oleh jasa-jasa baik yang telah dilakukan mereka karena bangsa itu adalah bangsa yang keras kepala dan tidak setia, demikian juga kita, sebagai umat perjanjian baru yang telah dimateraikan oleh darah Yesus akan masuk ke dalam kerajaan sorga oleh karena kasih Allah yang telah mengorbankan diri-Nya dalam Yesus Kristus karena kita adalah orang-orang berdosa yang telah dibenarkan oleh darah-Nya. Kita tidak dapat mencapai kebenaran di mata Allah sehingga olehnya kita diselamatkan oleh karena perbuatan baik yang kita lakukan bahkan oleh darah kita sendiri, namun hanya oleh iman dalam Yesus Kristus yang telah mencurahkan darah-Nya.  

 

            Sebab, jika oleh dosa satu orang (Adam), maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.

(Roma 5: 17)

 

 

A. Tabir (Tirai) Bait Allah

 

Saya sungguh merasa heran ketika saya melihat kalimat yang bertuliskan "BATAS SUCI" yang terdapat di bagian bawah lantai dekat pintu masuk sebuah tempat ibadah "agama lain", saya agak sedikit terkejut melihat itu karena tulisan kalimat itu berarti bahwa orang yang tidak suci tidak boleh masuk dan beribadah di dalamnya. Lalu yang menjadi pertanyaannya adalah, orang yang bagaimanakah yang dianggap "suci"?dan orang yang bagaimanakah yang dianggap "kotor"?

 

Dalam Perjanjian Lama, banyak sekali ketentuan-ketentuan, berdasarkan Hukum Taurat, yang harus ditaati oleh bangsa Israel untuk datang beribadah kepada Allah, mereka harus menyucikan diri mereka terlebih dahulu dari kenajisan jasmani sebelum masuk ke hadirat Allah, Imam Besar juga harus menyucikan dirinya, agar tidak mati, sebelum masuk ke ruang maha kudus yang terletak di belakang tabir (tirai), untuk mempersembahkan korban penghapusan dosa berupa seekor lembu jantan muda dan korban bakaran berupa seekor domba jantan (Im. 16). Dalam Bait Allah ada tirai yang memisahkan tempat kudus dari tempat maha kudus (2 Taw.3:14) yang hanya boleh dimasuki oleh Imam Besar (Im. 16:12), apabila ada orang Israel yang melanggarnya maka akan langsung mati. Ingat, kemahakudusan Allah tidak dapat dipertemukan oleh dosa.

 

Kita tentu masih mengingat ketika Musa sedang menggembalakan kambing domba di gunung Horeb, Musa melihat ada nyala api dalam semak duri lalu ia mendekat untuk memeriksanya akan tetapi Allah berseru agar Musa melepaskan alas kakinya karena tanah dimana berdiri adalah kudus dan Allah berkata kepada Musa bahwa Ia adalah Allah Abraham, Ishak dan Yakub, setelah mendengar itu ia menutupi mukanya sebab Ia takut memandang Allah. Ternyata respon Musa sama halnya dengan respon Adam dan Hawa yang telah melanggar perintah Allah lalu saat mereka mendengar suara Allah memanggil, mereka takut dan bersembunyi dari hadapan Allah !. Sungguh terdapat jurang pemisah yang amat dalam antara Allah dan umat manusia yang telah jatuh ke dalam dosa.

 

     Arah takdir umat manusia berubah 180 derajat saat Yesus menghembuskan nafas terakhirnya di atas kayu salib oleh karena dosa-dosa seluruh umat manusia, tirai Bait Allah robek menjadi dua bagian dari atas sampai bawah (Mat.27 : 51; Mrk.15 :38; Luk. 23: 45), hal ini merupakan simbol terbukanya akses langsung kepada Allah untuk semua orang yang percaya kepada Yesus. Menurut Josephus (sejarahwan Yahudi yg hidup sekitar tahun 37 – 100 M) tirai tersebut adalah permadani yang diatasnya dilukiskan sorga. Dalam Markus 1:10 agaknya pembaca diingatkan bahwa pada waktu pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembabtis, sorga terbelah (heavens = langit, LAI TB). Pada saat pembabtisan-Nya, peranan Yesus dinubuatkan dan pada saat penyaliban-Nya, digenapi.

 

Yesus adalah pribadi ke-dua Allah Tritunggal, Ia telah datang sebagai manusia, dan dengan kematian-Nya, jurang pemisah antara kemahakudusan Allah dan keberdosaan manusia dihubungkan oleh salib Kristus dan "BATAS SUCI" diantara Allah dan manusia ditiadakan oleh darah-Nya. Dengan kata lain, Tuhan Yesus Kristus menjadi perantara antara Allah dengan manusia dan Ia juga menjadi Imam Besar yang berdoa bagi manusia karena Ia sendiri telah mempersembahkan tubuh yang kudus untuk dosa-dosa manusia dan darah-Nya telah menyucikan manusia bukan hanya secara jasmani namun juga secara rohani.  Jadi, apakah respon terbaik anda atas pengorbanan-Nya untuk anda secara pribadi ? Inilah fakta yang tidak dapat disangkal oleh siapapun, bahwa Allah telah menghapuskan dosa-dosa kita bukan oleh karena perbuatan baik kita atau karena telah menjalankan hukum-hukum keagamaan tetapi oleh karena Yesus, Anak Allah, telah mati menggantikan kita. Allah Yang Maha Kuasa dapat menciptakan langit dan bumi dalam waktu tujuh hari tetapi Ia memerlukan waktu berabad-abad dari tiap-tiap generasi umat manusia untuk mempersiapkan jalan keselamatan bagi umat manusia yang berdosa melalui Yesus Kristus. Hal ini menunjukkan bahwa pengorbanan Yesus di kayu salib adalah karya terbesar Allah untuk menunjukkan betapa besar cinta kasih-Nya kepada manusia.

 

Seorang anak kesayangan milyoner terkenal, diculik dan ditawan oleh sekelompok penjahat bengis. Pada malam harinya para penjahat itu menelepon ayah anak itu untuk meminta tebusan. Ia meminta seluruh harta kekayaannya bukan hanya itu, ia juga ingin sang ayah datang ke tempat persembunyiannya untuk menandatangani surat pernyataan serah terima mengenai seluruh harta kekayaan yang akan diterima dari sang ayah itu, ditambah lagi ia diancam untuk tidak melaporkan hal itu ke polisi. Pada malam harinya, ia mendatangi penculik itu seorang diri dan melakukan apa yang diinginkan olehnya, akhirnya sang ayah berhasil membebaskan anak kesayangannya, walaupun dalam beberapa tahun kedepan ia hidup berkekurangan.

 

 Umat manusia dari semua generasi berada dalam tawanan Iblis, melalui dosa yang berkuasa mulai dari sejak kejatuhan Adam, untuk itu diperlukan tebusan yang dapat membebaskannya tetapi tebusan itu harus berasal dari pihak manusia, tetapi syarat tebusan itu bukanlah hal yang mudah dan murah, syarat mutlak tebusan itu adalah KEKUDUSAN oleh sebab itu Allah memberikan Hukum Taurat dan peraturan-peraturan lainnya melalui Musa dan ternyata tidak ada seorangpun manusia yang dapat memenuhi hukum Taurat itu bahkan Musa dan Harun pun tidak dapat memasuki Tanah Perjanjian karena melakukan dosa ketika di Meriba (Bil. 20 : 2-13).

 

Pihak manusia tidak dapat memenuhi syarat KEKUDUSAN melalui Hukum Taurat dan ternyata Hukum Taurat itu sendiri tidak dapat menebus manusia, namun Allah melalui Yesus Kristus datang sebagai manusia yang berarti bahwa Dia menjadikan diri-Nya sebagai bagian dari pihak manusia, dalam kemahakudusan-Nya Ia mendatangi maut, membawa tebusan itu melalui kematian-Nya dikayu salib untuk membebaskan generasi umat manusia yang ditawan dan generasi yang akan ditawan oleh Iblis, karena maut / kematian adalah pusat dari kerajaan Iblis. Dengan kata lain, syarat KEKUDUSAN telah digenapi oleh Allah sendiri melalui Yesus Kristus. Ia telah membayar lunas tebusan untuk umat manusia yang ditawan Iblis bukan dengan uang, emas atau barang berharga lainnya tetapi dengan tubuh dan darah-Nya sendiri di bukit Golgota, hal itu dilakukan-Nya oleh karena sejak awalnya di mata Allah, umat manusia adalah sebagai anak-anak kesayangan-Nya.

 

Aku, Akulah Dia yang menghapus dosa pemberontakanmu oleh karena Aku sendiri, dan Aku tidak mengingat-ingat dosamu.

(Yesaya 43: 25)

 

 

B. Tujuan diberikannya Hukum Taurat

 

Hukum Taurat diberikan untuk:

 

1.  Menelanjangi Dosa.

 

            Tujuan utama mengapa hukum Taurat diberikan adalah untuk menunjukkan kepada manusia keadaannya yang berdosa, dengan kata lain tidak ada manusia yang mencapai kebenaran dihadapan Allah dengan menjalankan hukum Taurat itu. Hal ini diungkapkan dalam Perjanjian Baru.

 

Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.

(Roma 3: 20)

 

 

Oleh karena hukum Taurat orang telah mengenal dosa, ini berarti bahwa dosa semakin jelas kelihatan wujudnya sebagai dosa. Sebagai contoh, hukum ke-enam "jangan membunuh", pada saat itu manusia tidak akan tahu kalau membunuh itu adalah dosa apabila Allah tidak mengatakannya melalui hukum Taurat, demikian juga dengan kesembilan hukum lainnya dalam hukum Taurat. Jadi hukum Taurat tidak dibuat untuk membenarkan orang, justru sebaliknya, hukum itu dibuat untuk menyadarkan manusia bahwa mereka adalah orang-orang berdosa dan bahwa betapa berbahaya dan mematikannya dosa itu.  Seorang dokter akan terlebih dahulu memeriksa penyakit pasien, membuat diagnosanya lalu akhirnya menyiapkan obat untuk menyembuhkannya. Demikian juga Allah memakai cara yang sama sebelum mengobati penyakit rohani manusia, Allah memeriksa keadaan manusia itu dulu; penyebab utama dari segala kesusahan dan penderitaan manusia adalah suatu keadaan yang menghinggapi mereka semua, keadaan itu disebut "dosa". Tak ada obat yang dapat mengatasi kesulitan manusia dengan memuaskan, sebelum dibuat diagnosa mengenai keadaan tersebut. Alkitab adalah satu-satunya buku di dunia yang memberikan diagnosa yang jelas dan tepat mengenai akar segala permasalahan dan penderitaan manusia. Dengan kata lain, firman Tuhan adalah obat yang dapat mengobati setiap permasalahan dan penderitaan manusia.

           

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat,

Aku akan memberi kelegaan kepadamu.

(Matius 11 : 28)

 

 

 

2. Membuktikan Ketidakberdayaan Kita

 

Tujuan utama yang ke-dua mengapa Allah memberikan hukum Taurat adalah untuk menunjukkan kepada manusia bahwa sebagai orang-orang berdosa, mereka tak dapat membenarkan diri dengan usaha apapun juga.

 

Keinginan untuk bergantung kepada Tuhan ini merupakan suatu akibat dan sekaligus bukti dari keadaannya yang berdosa itu, meskipun kebanyakan orang tidak mau mengakuinya. Karena hal itulah, apabila seseorang mulai disadarkan mengenai keadaannya yang berdosa itu, sebagai reaksinya yang pertama adalah ia akan mencari jalan lain untuk menyembuhkan dan membenarkan dirinya sendiri dengan usaha tertentu, tanpa harus bergantung kepada belas kasihan dan kasih karunia Allah. Entah dari bangsa atau latar belakang yang mana, manusia sejak dahulu selalu tertarik kepada hukum-hukum dan peraturan agama, dengan menjalani berbagai hukum dan peraturan seperti itu manusia mencoba membungkam suara hati nurani mereka dan membenarkan diri melalui usaha sendiri. Hal ini sama dengan reaksi banyak orang Yahudi yang agamawi terhadap hukum Taurat.

 

Rasul Paulus berkata mengenai usaha orang Israel untuk membenarkan diri mereka sendiri. Ia berkata "sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada kebenaran Allah" (Rom. 10:3). Karena berusaha mendirikan kebenaran mereka sendiri, bangsa Israel tidak menaklukkan diri kepada Allah dan kepada cara Allah untuk mendapatkan kebenaran. Akar penyebab kesesatan mereka adalah kesombongan rohani, yang menolak menaklukan diri kepada Tuhan dan tidak mau bergantung pada belas kasihan Tuhan. Padahal apabila manusia benar-benar mau menghadapi kenyataan dan jujur terhadap diri sendiri, mereka pasti akan mengakui bahwa mereka tidak dapat membenarkan diri dengan sekedar mematuhi peraturan agama atau norma moral tertentu.

 

Dalam Roma 7: 18-23, Paulus menggambarkan dirinya ketika Ia sendiri (sebelum mengenal Yesus) pernah berusaha membenarkan diri dengan mencoba mematuhi hukum Taurat. Dalam ayat itu, Paulus dengan jujur mengakui bahwa cara hidup yang digariskan hukum Taurat itu memang benar dan patut untuk dituruti, tetapi semakin ia berusaha untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh hukum Taurat semakin ia menyadari bahwa ada suatu hukum yang lain didalam tubuh jasmaninya yang selalu berperang melawan hukum yang diakui oleh akal budinya (Taurat), hukum yang lain itu adalah hukum dosa. Jadi, hukum dosa itulah yang selalu menggagalkan usahanya yang sungguh-sungguh untuk menjadi orang yang benar dengan mematuhi hukum Taurat. Hukum Taurat adalah satu kesatuan, apabila seseorang melanggar salah satu saja perintah dari hukum Taurat, hal itu sama saja ia telah melanggar seluruh hukum Taurat.

 

 

Demikianlah aku dapati hukum ini;

jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku.

(Roma 7: 21)

 

Apa yang dikatakan oleh rasul Paulus dalam Roma 7 : 21 kelihatannya bertentangan, namun semua manusia mengakui memang demikian keadaannya, tetapi biasanya orang tidak menyadari betapa buruk sifatnya sebelum ia benar-benar berusaha untuk menjadi orang yang baik, sesudah itu setiap usaha manusia untuk berbuat baik semakin memperlihatkan keadaan jasmaninya yang berdosa itu, yang demikian parah dan tidak mungkin terobati. Dari hal itulah ternyata bahwa betapa sia-sianya segala usaha dan niat baik itu.

 

 

 

3. Menubuatkan Kedatangan Kristus

 

Tujuan utama ke-tiga mengapa Allah memberikan hukum Taurat adalah untuk mempersiapkan kedatangan Sang Juruselamat, melalui siapa manusia benar-benar dapat menerima keselamatan dan kebenaran pada akhirnya. Hal ini dilakukan melalui hukum Taurat dengan dua cara: Kedatangan Sang Juruselamat langsung dinubuatkan di muka yaitu melalui firman Allah dan sosok Pribadi-Nya digambarkan di muka yaitu melalui pola-pola dan upacara hukum Taurat itu (penyembelihan hewan-hewan). Suatu contoh mengenai nubuatan kedatangan Sang Juruselamat itu terdapat di dalam kitab Ulangan 18 : 18. Dalam Ayat itu Allah berfirman kepada Musa bahwa seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya. Jadi, nabi yang dinubuatkan kedatangannya di dalam hukum Taurat Musa itu adalah Yesus Kristus yang dikisahkan di dalam Perjanjian Baru dan juga melalui korban-korban persembahan dan semua peraturan hukum Taurat, kita juga mendapatkan gambaran yang membantu untuk membayangkan seperti apa Juruselamat yang akan datang itu.   

 

Dalam perjanjian lama, bangsa Israel, menurut ketentuan hukum Taurat, mempersembahkan korban penghapusan dosa berupa darah lembu jantan atau darah domba jantan setiap tahunnya tetapi yang menjadi pertanyaan adalah apakah hal itu mungkin untuk menghapus dosa ? apakah hukum Taurat dapat menyempurnakan mereka ?

 

 

Sebab jika hal itu mungkin, pasti orang tidak mempersembahkan korban lagi, sebab mereka yang melakukan ibadah itu tidak sadar lagi akan dosa setelah disucikan sekali untuk selama-lamanya. Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa. Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa.

(Ibrani 10:2-3)

 

Jadi, apakah korban-korban tahunan itu dapat menghapuskan dosa ? jawabanyanya adalah TIDAK, karena apabila hal itu dapat, mereka tidak akan melakukannya setiap tahunnya akan tetapi dengan diselenggarakanya ibadah itu mereka hanya diingatkan tentang adanya dosa setiap tahunnya, lalu apakah hukum Taurat dapat menyempurnakan mereka ? TIDAK, karena telah dinyatakan bahwa "Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian didalamnya" Ibrani 10: 1

 

Dalam Kitab Keluaran pasal 12 terdapat peraturan mengenai anak domba Paskah. Anak domba Paskah itu menggambarkan di muka mengenai keselamatan yang diperoleh karena percaya akan darah Yesus Kristus yang menjadi Penebus, yaitu darah yang dicurahkan pada kayu salib di bukit Golgota, yang terjadi juga pada hari raya Paskah (14 Nisan). Dengan kata lain, korban-korban hewan yang dipersembahkan oleh bangsa Israel adalah merupakan gambaran mengenai kematian Yesus Kristus sebagai korban tebusan di kayu salib.

 

Tujuan lain diberikannya hukum Taurat adalah sebagai "penuntun" sampai Kristus datang. Dalam teks Yunani kata "penuntun" dalam Galatia 3 : 24, seumpama seorang hamba / pelayan yang mempunyai kedudukan yang cukup tinggi dalam rumah orang kaya. Hamba itu mempunyai tugas khusus untuk memberi pendidikan dasar kepada anak-anak majikannya, kemudian mengantar mereka ke sekolah tiap hari untuk mendapatkan pendidikan lebih lanjut. Demikian juga halnya hukum Taurat memberikan kepada bangsa Israel pendidikan dasar mengenai segala persyaratan Tuhan untuk kebenaran, kemudian hukum Taurat itu akan menuntun mereka untuk percaya kepada Yesus Kristus untuk selanjutnya mereka belajar dari Yesus mengenai kebenaran yang seutuhnya, dan kebenaran itu akan diterima oleh karena iman, bukan karena perbuatan-perbuatan yang menaati hukum Taurat. Tugas hamba itu untuk mendidik anak-anak majikannya selesai setelah ia sampai mengantarkan mereka kepada guru sekolah yang ahli dibidangnya, yang selanjutnya mendidik, mengawasi dan menjaga anak-anak itu. Tugas hukum Tauratpun selesai setelah ia berhasil mengantar bangsa Israel kepada Yesus Kristus, Sang Mesias, apabila mereka mulai melihat betapa mereka memerlukan keselamatan dengan menaruh iman kepada-Nya.

 

Jadi hukum Taurat adalah penuntun bagi kita sampai Kristus datang,

supaya kita dibenarkan karena iman.

(Galatia 3: 24)

 

 

Jadi, ada tiga hal utama yang menjadi alasan mengapa hukum Taurat diberikan, yaitu: Pertama, untuk memperlihatkan kepada manusia keadaan mereka yang berdosa. Kedua, untuk menunjukkan bahwa sebagai orang yang berdosa, manusia tidak dapat membenarkan diri melalui usahanya sendiri. Ketiga, untuk memberikan gambaran nubuat kepada mereka melalui berbagai pola mengenai siapakah Juruselamat yang akan datang itu dan melalui siapa manusia benar-benar mendapatkan keselamatan dan kebenaran. Perbuatan baik, hukum-hukum keagamaan bahkan darah hewan yang dipersembahkan tiap tahunnya tidak dapat menghapuskan dosa, jadi intinya adalah manusia tidak memiliki apapun untuk ditukar dengan penghapusan dosa ataupun keselamatan, itu adalah fakta yang harus diterima! Tetapi untuk itulah Allah datang kedalam dunia untuk menyediakan penghapusan dosa dan memberikan kehidupan kekal kepada setiap orang yang percaya kepada-Nya dalam nama Yesus Kristus oleh karena Ia telah mati di kayu salib untuk menanggung hukuman atas dosa-dosa dan pelanggaran kita.

 

Adam adalah manusia pertama, manusia yang diciptakan bukan dari hubungan biologis antara seorang manusia laki-laki dan perempuan demikian halnya dengan Yesus karena Ia adalah kudus, berasal dari Allah Yang Maha Kudus (Lukas 1 : 35), Ia adalah Allah yang datang kedalam dunia dengan mengambil rupa manusia. Itulah mengapa Ia disebut Ben Adam ( Anak Manusia ). Adam yang pertama telah mati dalam dosanya sendiri oleh karena ketidaktaatannya, tetapi Adam yang terakhir (Yesus) telah mati karena menganggung dosa-dosa umat manusia dalam ketaatan-Nya kepada Bapa. Yesus berkata: "Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup" Yohanes 5:24

 

Seperti ada tertulis : "Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup", tetapi Adam yang terakhir menjadi roh yang menghidupkan.

(1 Korintus 15:45)

 

            Seperti ditegaskan dalam firman Tuhan, tidak ada satu manusia pun yang akan mencapai kebenaran di mata Allah dengan menaati hukum Taurat. Masalahnya bukan terletak pada hukum Taurat; masalahnya ada pada kita. Kita tidak dapat memelihara Taurat dan kita tidak dapat membagi-bagi Taurat ke dalam banyak bagian yang berbeda dan berkata, "Saya akan menaati bagian A dan mengabaikan bagian B dan C atau sata akan menaati bagian D den kemudian saya akan menaati beberapa bagian lainnya." Hukum Taurat itu adalah satu hukum. Pilihannya adalah apakah anda menaatinya semua dengan sempurna setiap saat atau anda tidak dapat mencapai kebenaran lewat hal itu. Tidak ada pilihan lain. Dalam Roma 6: 14, kita membaca,"Sebab kamu tidak dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia." Perhatikan bahwa hukum Taurat dan kasih karunia adalah alternatif yang kedua-duanya bersifat eksklusif. Bila kita berada di bawah hukum Taurat, kita tidak dapat berada di bawah kasih karunia. Bila kita berada di bawah kasih karunia, kita tidak dapat berada di bawah hukum Taurat. Kita tidak dapat memiliki kedua-duanya pada waktu yang bersamaan. Bila kita berada di bawah hukum Taurat, dosa akan memiliki kuasa atas kita. Bila kita berada di bawah kasih karunia, dosa tidak akan berkuasa atas kita.

 

Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya.

(Roma 10: 4)

 

            Bila kita percaya, maka bagi kita Kristus adalah kegenapan hukum Taurat. Bukan kegenapan hukum Taurat sebagai bagian dari firman Allah, bukan kegenapan hukum Taurat sebagai bagian dari sejarah budaya bangsa Israel; namun kegenapan hukum Taurat adalah sebagai cara untuk mencapai kebenaran Allah. Ini berlaku bagi setiap orang yang percaya: Yahudi atau kafir (non-Yahudi), Protestan atau Katolik. Tidak ada perbedaan. Bila kita mau dinyatakan benar oleh Allah melalui kematian Yesus di kayu salib, itu berarti kegenapan hukum Taurat. Yesus Kristus telah membuat ini menjadi mungkin bagi kita, untuk tidak bersalah dan tidak dihukum. Ia telah menghapus hukum Taurat sebagai cara untuk mencapai kebenaran Allah. Selama kita berusaha untuk mencapai kebenaran Allah dengan cara menaati hukum Taurat, maka kita tidak akan pernah lepas dari penghukuman. Kita tidak akan pernah yakin bahwa kita telah cukup menaatinya. Kita tidak akan pernah yakin bahwa sebelum hari berakhir, kita tidak melanggar beberapa aspek dari hukum Taurat.

 

Hal ini bukan berarti bahwa kita harus melanggar hukum atau tidak menaatinya, namun maksudnya adalah bahwa kita tidak akan pernah dapat mencapai kebenaran Allah sehingga kita diselamatkan dengan menaati seperangkat peraturan-peraturan. Dengan mencoba melakukan itu sebenarnya kita sedang menghina Tuhan, seolah-olah kita berkata, "Yesus tidak perlu mati, aku dapat melakukannya tanpa Yesus." atau "Aku dapat mencapai keselamatan melalui perbuatan-perbuatan baikku sendiri." Sungguh suatu hal yang mengerikan untuk mengatakan bahwa kematian Yesus tidak diperlukan. Jadi, kita dibebaskan dari penghukuman atas dasar dua fakta ini. Pertama, dosa-dosa kita dimasa lalu dapat sepenuhnya diampuni yaitu seluru dosa kita. Kedua, kita tidak diwajibkan untuk menjalankan hukum Taurat untuk mencapai kebenaran Allah.

 

Tidak ada orang yang dibenarkan di hadapan Allah karena melakukan hukum Taurat adalah jelas, karena: "Orang yang benar akan hidup oleh iman." Tetapi dasar hukum Taurat bukanlah iman melainkan siapa yang melakukannya akan hidup karenanya.

(Galatia 3: 11-12)

 

            Hanya oleh pengorbanan Yesus dikayu salib maka dosa-dosa kita telah dihapuskan, kita dibenarkan dan diselamatkan oleh karena iman kepada Yesus (Roma 5: 1; Efesus 2:8 ) berdasarkan kasih karunia. Perbuatan-perbuatan baik, peraturan-peraturan keagamaan bahkan amal ibadah tidak dapat menghapus dosa atau membeli keselamatan. Karena kita telah menerima keselamatan maka kita wajib untuk mengerjakan keselamatan tersebut dengan cara mengasihi, berbuat baik, dan bersaksi bahwa Kristus adalah Tuhan, dengan kata lain orang yang beriman kepada Yesus harus menghasilkan buah-buah Roh, yaitu : Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri (Galatia 5 : 22-23). Kita beriman kepada Yesus bukan secara tiba-tiba kita menjadi orang yang sempurna yang tanpa kelemahan, tapi ketika kita beriman kepada Yesus itu berarti kita melibatkan Roh Kudus untuk memimpin kehidupan kita, memampukan kita untuk mengalahkan dosa, serta menyempurnakan kita hari demi hari dan hidup berkemenangan. Manusia memang tidak mempunyai apapun yang dapat ditukar ganti penghapusan dosa dan keselamatan tetapi Yesus Kristus memilikinya, jadi barangsiapa mendengar perkataan-Nya dan percaya kepada-Nya yang sebagai Allah Yang Maha Kuasa maka ia telah memiliki hidup yang kekal.

 

            Paulus adalah orang keturunan Yahudi dari suku Benyamin, sebelum menjadi Kristen dan melayani Kristus dulunya ia adalah orang Farisi. Dalam pelayanannya di Roma, rasul Paulus sadar bahwa ada dua kelompok dalam jemaat Roma: Yahudi yang menjadi Kristen dan Kristen bukan Yahudi (asal kafir). Paulus mau supaya kelompok Yahudi menyadari bahwa kelompok Kristen bukan Yahudi yang tidak berpegang pada hukum Taurat mewakili jantung kehidupan gereja. Orang Kristen Yahudi harus beribadah bersama yang bukan Yahudi dan melepaskan ikatan legal mereka dengan sinagoge (tempat ibadah agama Yahudi) sebelum ia tiba di Roma. Hal ini tidak dapat dihindarkan, Paulus menghadapi suatu persoalan: Apabila Yesus adalah Mesias, apa yang harus dikatakan tentang penyataan dalam Perjanjian Lama. Jika Tuhan Allah sekarang memanggil orang-orang dari bangsa kafir bukankah Allah tidak setia pada janjinya kepada orang Yahudi ? Soal ini diuraikan Paulus dalam Roma 9-11.

 

Sesungguhnya Paulus menyatakan bahwa Perjanjian Lama memperlihatkan bagaimana Allah memilih umatnya dengan bebas tanpa pertimbangan keturunan lahiriah atau kebangsaan. Paulus juga menguraikan secara lengkap pandangannya yang pernah ia bayangkan kepada orang Galatia, khususnya tentang hukum Taurat. Taurat itu serentak kudus, benar dan baik (Rm. 7: 12) tetapi orang Kristen dibebaskan dari padanya dan mereka dibebaskan karena keselamatan itu adalah dalam Kristus dan tidak dicapai melalui jalan hukum-hukum makanan, kehidupan yang terikat dalam ketaatan pada hari Sabat atau sunat.

 

Semua dibenarkan hanya oleh iman dan tidak seorangpun dapat menyombongkan hasil yang dicapainya. Ketaatan pada Taurat bukanlah ukuran yang menentukan bahwa seseorang itu benar dalam hubungannya dengan Allah, oleh karena itu orang Kristen itu mati bagi hukum Taurat (Rm. 7: 4). Ukuran untuk kebenaran adalah iman kepada Kristus yang telah menggantikan kedudukan hukum Taurat di pusat kehidupan beriman (Rm. 10: 4). Hukum Taurat itu tidaklah buruk pada dirinya sendiri (hukum ini kudus), tetapi hati manusia memutarbalikannya menjadi buruk, khususnya adalah hukum jangan mengingini.

 

Paulus sadar kecamannya terhadap hukum Taurat itu dapat mengundang tuduhan bahwa ia tidak mempedulikan nilai-nilai moral. Maka ia menuliskan empat pasal (Rm. 12-15) untuk menghubungkan pengajarannya dengan kewajiban kehidupan sehari-hari di gereja dan masyarakat dengan motif utamanya, yaitu kasih, dan tuntutan kasih itu malah lebih tepat daripada tuntutan hukum Taurat karena dasar hukum Taurat bukanlah iman, melainkan siapa yang melakukannya akan hidup karenanya (Gal.3: 12). Hanya kasih yang dapat bekerja dalam iman (Gal.5: 6) yang akhirnya dapat menghasilkan buah-buah kasih. Dengan kata lain, standard nilai-nilai moral dalam kehidupan manusia haruslah berdasarkan pada kasih bukan kepada hukum-hukum dan kewajiban-kewajiban agama, dalam hal ini Taurat. Jadi kesimpulannya adalah: orang-orang yang melakukan hukum-hukum agama (Taurat) belum tentu dapat mengasihi Allah dan sesama manusia tetapi orang-orang yang dapat mengasihi, ia sudah menjalankan hukum Taurat.  

 

 

Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah

kegenapan hukum Taurat.

(Roma 13: 10)

 

 

            Serangan Paulus atas hukum Taurat bukanlah karena hukum itu mendirikan kebenaran sendiri melalui penumpukkan pahala melainkan karena kedudukan hukum Taurat itu sudah digantikan oleh Yesus Kristus dalam rangka keselamatan yang di kerjakan Allah, karena itulah orang Yahudi dan orang bukan Yahudi menpunyai kedudukan yang sama. Dalam arti itulah Paulus dapat menyatakan bahwa ia mengokohkan Taurat (Rm. 3: 31). Taurat itu menempatkan orang Yahudi dalam kedudukan yang sama: keduanya bersalah di hadapan Allah dan orang Yahudi dan orang bukan Yahudi dalam gereja bersatu dalam Kristus (Rm. 3: 21-30). Tuhan Yesus telah menanamkan suatu visi dan misi penginjilan di dalam hati rasul Paulus setelah pertobatannya yaitu untuk memberitakan Injil kerajaan Allah terutama kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi.

 

Dalam pelayannya bagi Tuhan, ia tidak ingin memusatkan visinya ke dalam tetapi ke luar, ia tidak ingin persoalan-persoalan yang terjadi dalam jemaat mengaburkan arah visi yang telah diterimanya untuk memberitakan kerajaan Allah. Rasul Paulus memberikan nasihat dan tegoran yang didasarkan hikmat dan kasih untuk mengatasi persoalan-persoalan yang terjadi dalam jemaat, tampaknya ia tidak ingin membesar-besarkan hal yang kecil dan mengecilkan hal yang besar. Peter Xu Yongze, seorang misionaris gereja rumah di Cina mengatakan bahwa ketika orang percaya bersatu atas sebuah tujuan bersama, kita bisa bergerak ke sana bersama-sama, mengesampingkan perbedaan kita yang tidak besar. Ketika kita kehilangan visi bersama, kita akan berhenti melihat ke depan dan mulai saling memandangi. Tak lama kemudian kita akan melihat kelemahan dan kesalahan orang lain, dan bukannya memperjuangkan kerajann Allah, kita justru saling bertengkar satu sama lain. Jadi, pada dasarnya inti dari visi pelayanan adalah membawa gereja untuk keluar untuk memenagkan jiwa-jiwa dan menjadi terang bagi dunia bukannya sibuk dalam usaha menjadi terang dalam gereja.      

 

Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.

(2 Korintus 5:17)

 

 

            Sebuah kajian Alkitab atas surat Paulus kepada jemaat di Galatia menyingkapkan bahwa kitab Galatia merupakan surat Paulus yang paling emosional mengkritik jemaat Galatia yang bersikap legalis, mengandalkan usahanya sendiri dan menukar anugerah Allah dengan injil yang lain (palsu). Galatia sama sekali bukan jenis gereja yang dapat menjadi contoh untuk diteladani. Hal itu benar adanya karena orang-orang Galatia berusaha menyenangkan Allah melalui usaha mereka sendiri daripada dengan bergantung pada-Nya. Teguran Paulus terhadap mereka sebagai berikut: "Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?" (Gal.3: 3). Seperti halnya kita tidak dapat menjalin hubungan dengan Allah melalui usaha-usaha kita sendiri, demikian juga rohani kita tidak dapat bertumbuh dengan kekuatan kita sendiri. Peringatan Paulus kepada orang-orang Galatia dan kita semua adalah: Ketergantungan pada Allah melalui karya Roh Kudus di dalam kehidupan kita merupakan inti dari perjalanan kita bersama Yesus. Jadi, apabila kita berangggapan dapat menjadi serupa Yesus dengan berbagai usaha kita, sama seperti orang-orang Galatia, sebenarnya kita menipu diri kita sendiri.

 

Sekalipun orang Kristen tidak lagi hidup dibawah hukum Taurat bukan berarti kita dapat kompromi dan bermain-main dengan dosa dan perbuatan-perbuatan amoral, sebab kita hidup dibawah kasih karunia. Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia (Rom.13: 10) dan kasih tidak melakukan yang tidak sopan (1 Kor.13: 5). Sebagai orang Kristen, kita sesungguhnya telah dimerdekakan oleh Yesus dari hukum dosa dan kutuk yang bekerja dalam hukum Taurat karena ada tertulis: "Terkutuklah orang yang tidak setia melakukan segala sesuatu yang tertulis dalam hukum Taurat" (Ul.27: 26). Yesus telah menganggung kutuk hukum Taurat dan penghukuman dosa yang seharusnya untuk kita semua dengan mati di tiang kayu salib (Ul.21: 23). Kita memang telah dipanggil untuk menjadi orang yang merdeka dari dosa, tetapi janganlah kita mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih (bnd. Gal.5:13), "Jangan sesat! Allah tidak akan membiarkan diri-Nya dipermainkan" (Gal.6: 7a).

 

Orang Kristen bukanlah orang yang kebal terhadap dosa atau kebal terhadap kesalahan tetapi orang Kristen adalah orang yang diajar untuk mengakui dan meninggalkan setiap dosa yang telah dilakukannya. Intinya adalah bukan masalah pernah atau tidaknya melakukan dosa tetapi sadar atau tidaknya ia terhadap dosa, mengakui atau menutupinya dan Roh Kudus lah yang memampukannya. Firman Allah dalam Yoh.1: 8-9; 2: 1 menyatakan bahwa kita sesungguhnya telah membohongi diri kita sendiri apabila kita berkata bahwa kita tidak berbuat dosa, tetapi jika kita mengaku dosa kita, maka Tuhan Yesus akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan. Hal ini dituliskan agar kita jangan berbuat dosa. Jangan pernah berpikir bahwa dengan banyak melakukan perbuatan-perbuatan baik dan kewajiban-kewajiban ritual keagamaan maka dosa kita dapat diampuni dan dibenarkan. Orang berdosa tidak akan pernah dapat membayar dosanya. Ingat! Kita tidak dapat menggunakan air dan kain kotor untuk membersihkan lantai yang kotor. Hanya Yesus Kristus lah yang dapat menghapus dosa umat manusia yang mau datang kepada-Nya, sebab Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah (2 Kor.5: 21).

 

 

Apabila seorang berbuat dosa yang sepadan dengan hukuman mati, lalu ia dihukum mati, kemudian kau gantung dia pada sebuah tiang, maka janganlah mayatnya dibiarkan semalam-malaman pada tiang itu, tetapi kamu harus menguburkan dia pada hari itu juga, sebab seorang yang digantung terkutuk oleh Allah.

(Ulangan 21: 22-23)

 

        

 

C. Kasih, Iman dan Perbuatan

 

            Orang Kristen adalah orang-orang yang dibenarkan oleh kaena iman di dalam Yesus Kristus bukan oleh perbuatan-perbuatan yang didasarkan oleh kewajiban-kewajiban keagamaan. Dalam pelayanan-Nya di bumi, Tuhan Yesus sangat mengecam ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi padahal mereka adalah pemuka-pemuka agama yang sangat dihormati di kehidupan masyarakat Yahudi. Yesus mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang munafik dan orang-orang yang gila hormat, Yesus menyatakan bahwa mereka tidak mempedulikan kasih, kesetiaan dan belas kasihan oleh karena terlalu berpegang teguh pada peraturan dan kewajiban agamanya agar melalui sikap salehnya mereka mendapat pujian dan sanjungan dari orang banyak. Allah berfirman "…manusia melihat apa yang didepan matanya, tetapi TUHAN melihat hati."(1 Sam. 16: 7). Dalam peristiwa-peristiwa penyembuhan (jasmani ataupun rohani), Yesus selalu menghubungkannya dengan iman yang dimiliki orang-orang tersebut. Dalam 1 Sam.16: 7 kita membaca kalau TUHAN melihat hati, jadi iman ada di dalam hati. Iman bukanlah hasil dari penalaran ilmiah atau logika tetapi iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang kita lihat (Ibr.11: 1).

 

Kita dibenarkan berdasarkan iman di dalam Yesus yang olehnya kita diselamatkan, akan tetapi jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati (Yak. 2: 17) dan iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong.(Yak.2: 20). Dalam Lukas 7: 36-50, kita membaca bahwa ada seorang perempuan berdosa dan ketika ia mendengar bahwa Yesus sedang makan di rumah seorang Farisi, ia mendatangi Yesus sambil menangis di bawah kaki Yesus, membersihkan kaki-Nya dengan air mata, menyeka dengan rambutnya, mencium kaki-Nya lalu meminyakinya dengan minyak wangi. Orang-orang dalam rumah itu mengejek Yesus dalam hatinya oleh karena Ia telah membiarkan diri-Nya disentuh oleh orang berdosa. Namun Yesus berkata bahwa dosa perempuan itu yang banyak telah diampuni karena telah banyak berbuat kasih dan Yesus berkata kepada perempuan itu "Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!".

 

            Iman harus disertai dengan perbuatan. Sekalipun perempuan itu percaya dalam hatinya bahwa Yesus dapat memulihkan hidupnya namun apabila ia tidak mau datang kepada-Nya saat itu, pasti ia tidak akan mendapatkan pengampunan dari Yesus. Jadi, perempuan itu memiliki iman bahwa Yesus adalah Tuhan kemudian ia menyertainya dengan perbuatan-perbuatan dengan mendatangi Yesus lalu berbuat kasih dengan merendahkan dirinya dan menyembah Yesus. Perbuatan-perbuatan perempuan berdosa itu tidak didasarkan pada kewajiban-kewajiban agama untuk memperoleh pahala namun didasarkan oleh iman yang bekerja oleh kasih untuk memohon belas kasihan dan pengampunan (Gal.5: 6).

 

Perempuan berdosa itu memiliki iman sehingga ia diselamatkan dan perbuatannya menyempurnakan imannya itu. Bayangkanlah fakta ini, perempuan itu pasti tidak diizinkan untuk masuk ke dalam Bait Allah oleh pemuka-pemuka agama karena ia seorang berdosa dan tidak hanya itu, pasti ia akan menjadi bahan pembicaraan orang-orang. Namun ketika ia percaya bahwa Yesus adalah Tuhan dan melalui perbuatan-perbuatannya ia akhirnya mendapatkan pengampunan. Iman bekerja sama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna (Ibr.2: 22) dan marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.(1 Yoh.3: 18).

 

Jadi, kasih adalah dasar iman di dalam Yesus dan oleh karena perbuatan-perbuatan yang didasarkan oleh iman itu maka iman menjadi sempurna, akan tetapi perbuatan-perbuatan yang berdasarkan pada kriteria-kriteria peraturan dan kewajiban agama semata-mata tidak ada faedahnya sama sekali. Mungkin kita giat melayani, berkotbah atau memimpin pujian tetapi apabila hati kita terpaku dengan legalisme agama dan ternyata masih menyimpan akar pahit, geram, amarah, sikap gila hormat dan cinta uang, maka kegiatan-kegiatan ibadah tersebut hanyalah sebuah perbuatan-perbuatan yang berdasarkan pada suatu kewajiban keagamaan, hal ini sama dengan apa yang dilakukan oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Manusia melihat apa yang ada di depan matanya, tetapi TUHAN melihat hati. Manusia juga dapat dibenarkan oleh karena pebuatan-perbuatan yang didasarkan iman yang bekerja oleh kasih, bukan oleh karena mentaati kewajiban-kewajiban ritual keagamaan.

 

            Sikap yang meninggikan legalisme (aturan-aturan keagamaan) di atas kasih adalah masalah serius yang seringkali tidak disadari oleh orang Kristen. Kekeristenan bukanlah hanya suatu agama yang memiliki seperangkat hukum-hukum agama, tempat ibadah yang nyaman beserta tata cara ibadahnya, Kitab Suci dan hari-hari raya keagamaan! Karena hal-hal itu bukanlah dasar iman Kristen. Apabila iman kita hanya terpaku pada hal-hal yang seperti itu maka kehidupan rohani kita akan terasa hambar dan beribadah hanya terasa sebagai suatu rutinitas. Bukankah nampaknya benar, bahwa orang-orang yang paling legalistis dan agamawi, sangat tidak penuh kasih? Pada dasarnya, kita akan menyingkir dari mereka. Kita tidak mau mereka mengacung-acungkan jari kepada kita dan mengatakan kepada kita "jangan lakukan ini" dan "jangan lakukan itu". Mereka sangat suka mengkritik orang lain dan siapapun yang tidak menaati sederetan peraturan yang mereka buat adalah salah. Legalisme adalah ancaman satu-satunya yang terbesar bagi tujuan-tujuan Allah. Sejumlah orang akan mengatakan bahwa ancamannya adalah imoralitas dan nafsu kedagingan namun pada kenyataannya, legalisme sesungguhnya mendukung kedua aktivitas itu. Bagaimana ini bisa terjadi?

 

Bila kita selalu berkata kepada orang "Engkau tidak boleh bernafsu" dan itu saja yang kita berikan kepada mereka, apa yang terjadi? Kita sebenarnya sedang memberikan makan hawa nafsu. Rasul Paulus berkata, "Justru oleh hukum Taurat aku telah mengenal dosa. Karena aku tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan: 'Jangan mengingini'!"(Roma 7: 7). Peraturan-peraturan yang berisi larangan beroperasi dalam area kedagingan, dan mereka memberi makan hal yang seharusnya mereka cegah. Banyak orang berpikir bahwa jika kita tidak membuat cukup peraturan, kita tidak akan dapat mengendalikan orang. Nah, mereka membuat lima belas aturan dan orang-orang tidak dapat dikendalikan, jadi mereka membuat tiga puluh aturan dan mereka masih tidak dapat dikendalikan, akhirnya mereka membuat empat puluh aturan. Namun semakin banyak peraturan yang anda buat dengan tujuan membuat orang menjadi baik, semakin anda memberi makan sifat kedagingan mereka, dan sikap kedagingan tidak mampu menghasilkan apapun yang baik.

 

            Derek Prince mengajukan definisi mengenai legalisme yang mengatakan bahwa pertama-tama, legalisme adalah mencoba untuk mencapai kebenaran dengan Allah lewat memelihara sederetan peraturan. Kita tahu bahwa Allah telah menyatakan hal itu tanpa dapat ditawar sebagai alat pembenaran. Ia telah berkata, "Tidak ada seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat" (Galatia 2: 16). Kedua, legalisme berarti menambahkan persyaratan-persyaratan lain kepada apa yang Allah telah nyatakan untuk mencapai kebenaran dalam Dia. Persyaratan-persyaratan untuk mencapai kebenaran dalam Allah dengan sangat sederhana dinyatakan dalam Roma 4: 22-25, yaitu bila kita percaya dalam Dia yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati karena pelanggaran-pelanggaran kita, dan membangkitkan Dia kembali dari kematian untuk membenarkan kita, maka kita adalah orang benar. Jadi, tidak ada cara lain untuk mencapai kebenaran dalam Allah. Tidak ada apapun yang dapat ditambahkan. Tidak seseorang, tidak gereja, tidak kelompok, tidak pengkhotbah yang memiliki otoritas untuk menambahkan persyaratan lain untuk mencapai kebanaran dalam Allah daripada apa yang telah dinyatakan dalam Perjanjian Baru. Legalisme berarti mencoba untuk mencapai kebenaran dalam Allah lewat memelihara sederetan peraturan atau menambahkan persyaratan melebihi persyaratan-persyaratan yang telah Allah nyatakan dalam Perjanjian Baru.

 

Dalam 1 Korintus 13: 1-3 kita membaca pernyataan rasul Paulus mengenai kasih: "Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan semua bahasa malaikat,…sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan…sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar tetapi jika aku tidak mempunyai kasih aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing, aku sama sekali tidak berguna, tidak ada faedahnya bagiku."(parafrase). Paulus menyatakan dengan jelas bahwa iman harus didasarkan hanya oleh kasih bukan pada karunia-karunia Roh, pengetahuan teologi, sikap berani mati atau legalisme.

 

            Paul Hattaway seorang penulis yang mengulas tentang gerakan misionaris dan pertumbuhan gereja rumah di Cina. Dalam bukunya berkata "Laut Mati di Israel menjadi sebuah contoh yang bagus dari apa yang terjadi pada orang percaya, sebuah gereja, atau bahkan seluruh bangsa yang sangat berpusat pada diri sendiri. Laut Mati adalah nama yang tepat, karena penuh dengan garam dan berisi hanya beberapa makhluk hidup. Tetapi, pengamatan yang lebih dekat memperlihatkan bahwa Laut Mati memiliki 153 sumber air segar yang mengalir ke dalamnya. Ada banyak sungai (termasuk sungai Yordan), sungai-sungai kecil dan aliran air mengalir ke dalam Laut Mati, membawa berbagai ikan dan kehidupan air lainnya. Tetapi begitu air segar itu mencapai Laut Mati, ikan-ikan itu akan mati dan air mulai berbau. Mengapa ikan dan bentuk kehidupan lainnya mati? Alasannya sederhana, Laut Mati tidak memiliki saluran keluar. Laut Mati selalu mengambil, tetapi tidak pernah memberi keluar. Airnya stagnan dan menjadi asin. Kehidupan menjadi kematian, kesegaran menjadi endapan Lumpur asin. Orang Kristen waspadalah! Kalian harus memiliki saluran keluar bagi imanmu atau kehidupan rohanimu akan stagnan dan mulai berbau! Para pendeta, berjaga-jagalah, engkau akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah bukan hanya atas makanan yang engkau berikan pada domba-dombamu, melainkan juga atas bentuk pengjangkauan yang telah engkau arahkan bagi mereka. Apakah jiwa-jiwa baru dilahirkan secara teratur di gerejamu? Jika tidak, engkau sedang stagnan. Engkau harus menemukan saluran yang efektif bagi imanmu, bukan hanya untuk melebarkan kerajaan Allah di antara orang terhilang, melainkan juga memusatkan visi orang-orang percaya dan membawa kehidupan bagi jemaat yang telah dipercayakan Allah kepadamu."

 

            Mungkin kita sering ke gereja dan aktif melayani Tuhan, akan tetapi apabila kita selalu mendengar firman Tuhan dan tidak melakukannya dalam kehidupan sehari-hari maka kehidupan rohani kita akan mati, sama seperti Laut Mati yang banyak memiliki saluran air masuk tetapi tidak memiliki saluran keluarnya. Tentunya kita sepakat dengan firman yang mengatakan bahwa iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati (Yak.3: 26).

 

Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.

…barangsaiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya,

tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya

(1 Yohanes 4: 19; 20)

 

 

XIV. KITAB YUNUS   

 

            Beberapa orang memandang kisah dalam kitab Yunus sebagai alegori atau perumpamaan tetapi dalam ini kelihatannya membebebaskan pembaca dari keharusan untuk menerima yang sesungguhnya peristiwa-peristiwa mujizat kisah itu. Hal ini menambah kesukaran untuk menetapkan corak sastra Yunus, sebab dalam hal kebanyakan perumpamaan alkitabiah, daya yang meyakinkan dalam perumpamaan itu adalah bergantung kepada keberhasilannya dalam hal menggambarkan suatu keadaan kemanusiaan .

 

Ini berati bahwa, jika peristiwa-peristiwa mujizat dalam kisah Yunus tidak benar-benar terjadi dalam sejarah, maka hal itu (kisah Yunus) tidak dapat disebut sebagai suatu perumpaman. Jadi dapat kita simpulkan bahwa, suatu perumpamaan / alegori memiliki suatu fakta dan suatu makna yang terdapat di dalamnya. Kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan. Kita tidak bisa menyangkal faktanya dan menerima maknanya demikian juga sebaliknya.

 

Setiap penilaian corak sastra Yunus haruslah memperhatikan fakta-fakta (kenyataan) berikut:

 

1.      Yunus sendiri adalah tokoh sejarah, seorang nabi Yahweh di Israel (2 Raja-raja 14:25)

2.      Karya itu pada penglihatan pertama (prima facie) adalah cerita histories.

3.      Baik orang Yahudi maupun orang Kristen, tidak pernah  sekalipun memandang Yunus sebagai lain dari pada catatan pengalaman sang nabi, apapun yang mereka anggap sebagai amanatnya.

4.      Tuhan Yesus Kristus dengan jelas percaya bahwa pertobatan orang-orang Niniwe adalah suatu kejadian yang sebenarnya, dan adalah paling wajar untuk memandang penunjukan-Nya kepada tanda nabi Yunus "tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam" (Matius 12 : 40, 41) dengan cara sama.

 

Kitab ini merupakan sebuah perumpamaan yang panjang dan kitab ini memaparkan bagaimana Yunus diutus untuk memperingatkan Niniwe, ibukota Asyur, atas kejahatannya yang besar dan kosekuensi-kosekuensinya. Yunus berangkat naik kapal dalam rangka menghindarkan diri dari misi yang tidak menyenangkan ini, namun dalam badai, oleh awak kapal ia dituduh sebagai penyebab kemarahan ilahi lalu ia dilempar ke laut lalu lautpun menjadi tenang dan Yunus diselamatkan oleh seekor ikan besar. Setelah itu ia menyelesaikan misinya dengan sukses namun rupanya nabi ini menyesalkan keberhasilannya sebab ia berpikir bahwa orang-orang Niniwe sudah sepantasnya menderita. Karena sikap kikirnya itu ia dengan keras dikecam Allah. Jadi, sebagai sebuah perumpamaan, kitab ini rupanya menyiratkan kemurahan Allah yang bersifat universal untuk semua manusia, baik orang bukan Yahudi maupun orang Yahudi. Yunus melakukan pelayanannya dalam pemerintahan Yerobeam II ( 793 – 753 sM ), dan kelihatannya adalah paling wajar untuk mengira bahwa kisah itu mula-mula ditulis beberapa waktu sebelum jatuhnya kerajaan utara pada tahun 722 sM dan tahun 612 sM, ketika Israel diperintah dari Niniwe yang mendorong diumumkannya lebih luas kitab itu pada masa itu. (sumber : tafsiran Alkitab masa kini 2 ),

 

            Yesus mengatakan (dalam Matius 12:40) bahwa Ia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam seperti halnya Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam. Dari firman tersebut, sebaian besar dari kita mungkin menyimpulkan bahwa " dalam perut ikan" memiliki makna yang sama dengan " dalam perut bumi ". Lalu yang menjadi pertanyaan adalah apakah tinggal di dalam rahim bumi dapat diartikan keadaan orang yang telah meninggal (dikebumikan)? Perkataan Yesus dalam Matius 12: 40 agaknya mengandung unsur perumpamaan. 

 

…demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi

tiga hari tiga malam".

(Matius 12: 40)

 

            Percakapan dalam Matius 12 : 40 adalah kelanjutan percakapan orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat setelah mereka menuduh Yesus menyembuhkan orang yang buta dan bisu dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan. Menurut saya mereka sangat memalukan, sebab setelah mereka menuduh Yesus tanpa permohonan maaf terlebih dahulu, mereka meminta tanda (sign) apakah Yesus adalah Mesias, yang lebih anehnya lagi mereka memanggil Yesus "Guru" tidak lama setelah mereka menyebut Yesus sebagai "penghulu setan", hal ini dikarenakan bukan karena mereka ingin melihat tanda tapi mereka ingin mencobai Yesus. Sungguh kemunafikan yang tidak ditutup-tutupi. Orang-orang farisi dan ahli-ahli Taurat pada masa itu menuduh bahwa Yesus melakukan mujizat penyembuhan dan pengusiran roh jahat dengan memakai kuasa setan atau sihir, namun Yesus menjawab mereka bahwa Iblis tidak dapat mengusir Iblis tetapi hanya kuasa Roh Allah yang dapat mengusir Iblis. Pada abad modern ini, kita jangan heran kalau ada beberapa orang yang mengikuti jejak orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang menuduh bahwa kuasa mujizat dalam nama Yesus adalah sebuah fenomena praktik placebo (sugesti yang bisa mengurangi rasa sakit bahkan menyembuhkan penyakit) atapun kekuatan magic (sihir).

 

Pada pada abad pertama, Yesus sendiri sudah menyatakan bahwa tuduhan-tuduhan semacam itu adalah salah besar, namun sayangnya fitnahan-fitnahan murahan yang usang untuk menuduh kuasa ilahi Yesus terulang lagi di zaman modern ini. Mujizat kesembuhan ataupun pemulihan bersumber dari iman kepada kuasa ilahi Yesus akan tetapi kesembuhan (palsu) melalui praktik placebo dan magic bersumber dari iman kepada kemampuan akal dan pikiran manusia (sebenarnya jiwanya telah dikendalikan Iblis secara terselubung) yang dikemas rapih dengan embel-embel ilmu pengetahuan. Jadi, waspadalah pada apa yang kita imani! Sebagai orang Kristen kita harus dapat menguji segala sesuatu yang terjadi disekitar kita sebab firman Tuhan telah memperingatkan kita bahwa di zaman akhir ini ada roh-roh setan yang mengadakan perbuatan ajaib (Wah.16: 14). Rasul Paulus juga menekankan bahwa ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik (1 Tes. 5: 21) dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan (Ef.5: 10).

 

Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah.

(1 Yohanes 4: 1)

 

            Dalam Matius 12 :40, Yesus menyebut orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat sebagai angkatan (generasi) yang jahat dan tidak setia. Mereka menginginkan suatu tanda dari-Nya tapi Yesus menjawab bahwa mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Selanjutnya dalam ayat (41) dan (42), Yesus membandingkan yang jahat dan tidak setia itu dengan orang-orang Niniwe dan ratu negeri Syeba.

Dalam ayat (41), Yesus mengatakan bahwa pada hari penghakiman orang-orang Niniwe akan turut menghukum angkatan yang jahat dan tidak setia itu (orang Farisi & ahli-ahli Taurat) hal itu disebabkan karena orang-orang Niniwe bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, tetapi orang Farisi dan ahli-ahli Taurat tidak bertobat seteleh mendengar mendengar pemberitaan Yesus, padahal Yesus lebih daripada Yunus ! Angkatan yang jahat dan yang tidak setia dapat juga digambarkan sebagai orang-orang yang menolak Kristus meskipun mereka telah mendengar kabar Injil.

Sedangkan dalam ayat (42), Yesus mengatakan bahwa pada hari penghakiman ratu negeri Syeba akan turut menghukum angkatan yang jahat dan tidak setia itu (orang Farisi & ahli-ahli Taurat) hal itu disebabkan karena ratu negeri Syeba datang dari tempat yang sangat jauh dan mendengarkan hikmat Salomo, tetapi orang Farisi dan ahli-ahli Taurat menolak untuk mendengarkan perkataan Yesus, padahal hikmat Yesus lebih daripada hikmat Salomo, karena Yesus adalah Allah.

 

 

Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat

(1 Korintus 1: 22)

 

 

            Ketika Musa diutus oleh Allah untuk membebaskan umat-Nya dari perbudakan bangsa Mesir, Allah menyertai Musa dengan mengadakan tanda-tanda yang ajaib sehingga bangsa Israel percaya bahwa Musa memang diutus oleh Allah. Tanda – tanda ajaib selalu menyertai nabi-nabi Allah sebagai suatu penyataan bahwa firman yang disampaikan memang benar-benar dari Allah, dengan tanda-tanda ajaib Musa memimpin bangsa Israel keluar dari tanah perbudakan di Mesir mungkin orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat berpikir bahwa apabila Mesias datang, maka bangsa Israel akan bebas dari penjajahan bangsa Romawi, mereka tidak memahami bahwa kedatangan Mesias adalah untuk membebaskan umat manusia dari perbudakan dosa, tampaknya mereka hanya memikirkan perkara duniawi bukan yang rohani, padahal selama masa pelayanannya Yesus banyak melakukan mujizat-mujizat sebagai suatu kesaksian bahwa Ia adalah Mesias, namun dalam kebutaan rohaninya orang-orang Yahudi tidak dapat memahaminya lebih lagi orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat malahan meminta tanda.

 

Perhatikanlah percakapan ini :

Orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya : "Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan ? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami."

Yesus  menjawab mereka : "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku.

Yohanes 10 : 25

 

            Dari percakapan diatas kita dapat mengetahui bahwa terdapat jurang pemisah yang cukup dalam diantara percaya dan ketidakpercayaan, Yesus sudah berterus terang mengatakan bahwa Ia adalah Mesias namun pada akhirnya respon mereka adalah ingin menangkap Dia (Yoh 10 : 39) atau melemparinya dengan batu (Yoh 8 : 59 ).  

 

            Yesus mengatakan kepada orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat bahwa Ia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam seperti halnya Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam. Apakah itu "rahim bumi"? Sebelum kita mengambil kesimpulan mengenai makna "rahim bumi" mari kita memperhatikan fakta-fakta dibawah ini yang dapat menjadi acuan dalam memahami makna kata tersebut :

 

1.      Seandainya kita menyimpulkan "rahim bumi" adalah kubur atau keadaan seseorang yang telah mati maka seharusnya Yunus berada di dalam "perut ikan" dalam keadaan mati atau di kubur. Kenyataannya adalah Yunus berada dalam "perut ikan" dalam keadaan hidup dan tidak mati. Dalam Mazmur 6 : 6 ditulis bahwa orang yang berada dalam maut tidak ingat dan tidaklah dapat mengucap syukur kepada Allah dan sedangkan dalam doanya Yunus mengucap syukur kepada Allah (Yun 2:9), jadi Yunus hidup dalam keadaan hidup ketika berada di perut ikan.

 

2.      Dalam bacaan Matius 12 : 38-42, Yesus berbicara mengenai tanda.

 

3.      Matius tidak menuliskan suatu penjelasan apapun mengenai makna "rahim bumi" yang dikatakan oleh Yesus. Hal ini sangatlah berbeda dengan Yohanes yang memberikan penjelasan mengenai kata "Bait Allah" yang diucapkan Yesus (Yoh 2 :20-21).

 

4.      Yesus dibangkitkan setelah tiga hari (36 jam), pada hari Minggu lagipula Yesus hanya melewati dua malam, akan tetapi dua malam itu sudah terhitung dalam 36 jam.

 

5.      Dalam Matius 12: 40, Yesus tidak mengatakan akan dibangkitkan setelah tiga hari tiga malam tetapi Ia mengatakan akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.

 

Berdasarkan 5 buah fakta diatas paling tidak kita dapat memahami bahwa kita terlalu gegabah apabila mengartikan "rahim bumi" sebagai kubur atau keadaan seseorang yang telah mati.

 

Dalam Lukas 11 : 30 Yesus mengatakan "Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe, demikianlah Anak Manusia akan menjadi tanda untuk angkatan ini ".Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi menginginkan suatu tanda dari Yesus tetapi oleh karena ketidakpercayaan mereka Yesus hanya mengatakan bahwa mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda nabi Yunus. Jadi apakah tanda Yunus?  

 


TANDA YUNUS


"Sebab seperti Yunus menjadi tanda untuk orang-orang Niniwe…"(Luk 11:30) dalam Alkitab KJV ditulis "For as Jonas was a sign unto the Ninevites " yang apabila diartikan secara harafiah menjadi "sebab seperti Yunus adalah tanda untuk orang-orang Niniwe", melalui keterangan tersebut kita mengetahui bahwa ternyata yang dimaksudkan dengan "tanda" dalam ayat itu adalah diri Yunus sendiri, Jadi tanda Yunus adalah tanda pertobatan orang-orang Niniwe setelah ia tinggal di dalam perut ikan 3 hari 3 malam. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi tidak mengerti bahwa Yesus sendirilah tanda yang mereka tanyakan, namun dari sejak awalnya mereka memang tidak mau percaya.

 

 

TANDA ANAK MANUSIA

 

            Seperti halnya Yunus adalah tanda dari pertobatan orang-orang Niniwe demikian juga halnya Yesus Kristus adalah tanda pertobatan bagi orang-orang berdosa. Setelah Yesus dibangkitkan dan kembali kepada Bapa yaitu tepatnya pada saat pencurahan Roh Kudus, kira-kira ada 3.000 orang yang bertobat dan dibaptis setelah Petrus berkhotbah mengenai kebangkitan Yesus dari antara orang mati (Kis 2 : 41). Ketika hukum Taurat pertama kali diberikan melalui Musa kira-kira ada 3.000 orang mati (Kel 32 : 28) tetapi ketika Injil Kristus pertama kali diberitakan ada kira-kira 3.000 orang bertobat, sungguh keadaan yang bertolak belakang.

 

Lalu apakah yang dimaksud dengan 3 hari 3 malam dan rahim bumi ?

 

 

 

XV.  TIGA HARI TIGA MALAM DI DALAM RAHIM BUMI

 

            Dalam Talmud Babilonia, istilah 3 hari adalah pembulatan 3 hari 3 malam. Namun agaknya apa yang dikatakan Yesus dalam Matius 12: 40 lebih mengacu pada suatu perumpamaan tentang Yunus. Yesus mengatakan bahwa Ia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam seperti halnya Yunus tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam . Tiga hari tiga malam dalam rahim bumi lebih tepat untuk mengacu kepada masa kuasa kegelapan yang terdiri dari masa kesengsaraan dan kematian-Nya. Sebab Yunus sendiripun mengalamai masa kesesakan dan kegelapan yang mengerikan itu selama ia tinggal di perut ikan. Jadi, tiga hari tiga malam dalam rahim bumi agaknya tidak hanya mengacu pada kematian Yesus yang sering Ia katakan selama tiga hari.

 

Kuasa kegelapan yang dialami Yesus adalah:

1. Nafsu membunuh yang tercermin dalam diri ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi dan orang Yahudi (Luk. 22: 52); Yoh.19: 6)

2. Matahari tidak bersinar(Luk.23: 44)

3. Kematian yaitu ketika Ia menutup mata-Nya (mati) di kayu salib (Yoh.19: 30)

 

            Lagipula Yesus mengaitkan apa yang akan dialami-Nya dengan Yunus, jadi agaknya Ia menggunakan suatu perumpamaan tentang penderitaan Yunus di dalam perut ikan untuk menjelaskan mengenai kesengsaraan dan kematian-Nya nanti. Yunus berada dalam kegelapan tiga hari tiga malam dan Yesus juga akan tinggal dalam kegelapan tiga hari tiga malam.          

 

Perhatikanlah penjabaran firman Tuhan di bawah ini berdasarkan Alkitab terjemahan King James Version (KJV) dan LAI TB.

 

·         Matius 12 : 40 – Matthew 12 : 40

KJV, For as Jonas was three days and three nights in the whale's belly; so shall the Son of man be three days and three nights in the heart of the earth.

LAI TB, Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.

 

Dari keterangan di atas kita dapat kita simpulkan bahwa frasa "perut ikan" sepadan dengan frasa "whale's belly" dan frasa "rahim bumi" sepadan dengan frasa "heart of the earth".

Jadi kalau kita pisahkan kalimat-kalimat tersebut kedalam bentuk kata maka yang didapati adalah :

 

1.      perut = belly          3.  rahim = heart

2.      ikan = whale          4.  bumi = earth

 

 

·         Yunus 2 : 2 – Jonah 2 : 2

KJV, And said, I cried by reason of mine affliction unto the LORD, and he heard me; out of the belly of hell cried I, and thou heardest my voice.

 

LAI TB, katanya : "Dalam kesusahanku aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan kau dengarkan suaraku.

 

Dari keterangan di atas kita dapat simpulkan bahwa kalimat "tengah-tengah dunia orang mati" sepadan dengan frasa "belly of hell".

Jadi kalau kita pisahkan kalimat tersebut ke dalam bentuk kata maka yang didapati adalah:

 

1.      tengah – tengah = belly

2.      dunia orang mati = hell

 

 

·         Wahyu 1 : 18 – Revelation 1 : 18

KJV, I am he that liveth, and was dead; and, behold, I am alive for evermore, Amen; and have the keys of hell and of death.

LAI TB, dan Yang Hidup, Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup sampai selama-lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut.

 

Perlu diketahui bahwa Kitab terakhir dalam Alkitab, Wahyu, adalah wahyu Yesus Kristus yang dinyatakan kepada Yohanes saat di pulau yang bernama Patmos. Dari keterangan di atas kita dapat simpulkan bahwa kata "maut" sepadan dengan kata "hell" dan kata "kerajaan maut" sepadan dengan kata "death".

 

1.      maut = hell

2.      kerajaan maut = death

 

 

Berdasarkan tiga kutipan firman Tuhan (LAI TB dan KJV) yang telah di jabarkan di atas (Matius 12 : 40, Yunus 2:2 dan Wahyu 1 : 18) kita dapat mengetahui padanan katanya secara menyeluruh sebagai berikut :

Belly = Perut atau Tengah-tengah;

Whale = Ikan (paus);

Earth = Bumi;  

Hell= Dunia orang mati atau Maut;

 Heart = Rahim;

Death = Kerajaan maut

 

Selanjutnya mari kita lihat arti keenam kata diatas (belly, whale, heart, earth, hell dan death) secara harafiah dalam kamus terjemahan modern bahasa Inggris – bahasa Indonesia. Setelah kita melihatnya dalam kamus, maka kita mendapati apa yang tertulis seperti dibawah ini :

 

Belly = Perut;            

Whale = Ikan paus;  

Earth = Tanah, bumi;

Hell = Neraka;

Heart = Jantung, hati, bagian tengah, inti                

Death = Kematian

 

Setelah kita memperhatikan bagan diatas ternyata ada 4 hal yang menarik untuk di cermati sebagai KESIMPULAN AKHIR, yaitu :

 

1. Rahim = Bagian tengah / Inti

2. Bumi = Tanah

3. Dunia orang mati / Maut= Neraka

4. Kerajaan maut = Kematian

 

Jadi, berdasarkan keterangan diatas, makna kata "rahim bumi" tidaklah sama dengan "dunia orang mati", "maut" atau "kerajaan maut".

Tapi, "rahim bumi" lebih tepat diartikan sebagai :

Bagian tengah bumi; Bagian tengah tanah; Inti bumi atau Inti tanah

 

Dari keempat makna diatas saya lebih memilih "bagian tengah bumi" (No.1) atau "Inti Bumi" (No. 2) sebagai makna dari "rahim bumi" berdasarkan tata bahasanya.

 

Jadi berdasarkan tata bahasa, RAHIM BUMI = BAGIAN TENGAH BUMI atau INTI BUMI

 

           

"Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam".

(Matius 12 : 40)

 

 

Yesus mati selama tiga hari lalu Ia dibangkitkan, lalu ketika Yesus berkata bahwa Ia akan tinggal di rahim bumi tiga hari tiga malam apakah berarti juga Yesus mati selama tiga hari tiga malam?. Sebelumnya kita telah membahasnya bahwa frasa "rahim bumi" tidak bisa diartikan sebagai kubur atau keadaan seseorang yang telah mati tetapi frasa "rahim bumi" kita dapat artikan sebagai bagian tengah bumi atau inti bumi. Kemudian yang menjadi pertanyaannya selanjutnya adalah, apakah yang dimaksud dengan bagian tengan bumi atau inti bumi ?

 

Sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut bagaimana kalau kita berpikir sejenak, menurut anda dimanakah letak bagian tengah bumi atau inti bumi ??? Ya, itu terletak jauh dibawah permukaan bumi tempat kita berdiri atau lebih tepatnya titik terendah dari bumi. Kata "bumi" apakah hanya diartikan untuk nama planet dimana umat manusia hidup ? Tidak, tetapi kata "bumi" juga diartikan sebagai Adam / manusia ( Adam dalam bahasa Ibrani disebut 'adamah' berarti tanah atau bumi). Jadi, selain kuasa kegelapan, frasa "rahim bumi" dapat kita artikan juga sebagai titik terendah dari hidup seorang manusia.

 

Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, Ia akan ditinggikan.

(Matius 23: 12)

 

Yesus mengatakan "…….dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan". Yesus telah merendahkan diri-Nya untuk melayani bukan untuk dilayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. "Dan dalam keadaan sebagai manusia, ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas segala nama.( Filipi 2 : 8-9).

 

Apabila kita mengartikan "rahim bumi" sebagai titik terendah dari hidup seorang manusia, maka perkataan yang dimaksudkan Yesus dengan "Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi adalah Anak Manusia akan tinggal di dalam kesengsaraan.

 

 

Seperti banyak orang akan tertegun melihat Dia- begitu buruk rupa-Nya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti manusia lagi

Tetapi Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, Dia diremukan oleh karena kejahatan kita…

(Yesaya 52: 14 & 53: 5)

           

 

Apa yang dikatakan Yesus bahwa Ia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam adalah berbeda maknanya ketika Ia berkata bahwa Ia akan dibangkitkan sesudah tiga hari. Lalu, sejak kapankah Yesus sangat direndahkan?

           

Bahasa Aram adalah bahasa yang erat dihubungkan dengan bahasa Ibrani dan secara luas digunakan sejak abad ke-8 sM sebagai bahasa percakapan. Secara bertahap penggunaannya meluas ke seluruh penduduk, sebagaimana terjadi dengan bahasa Latin di Italia, kekaisaran Romawi. Beberapa kata Aram tampak di dalam Injil, contohnya: Abba (Mrk. 14:36) ; talita kum (Mrk. 5:41) ; golgota (Mrk. 15:22), dan agaknya Yesus sendiri berbicara dalam bahasa Aram. Beberapa bagian Perjanjian Lama, khususnya bagian-bagian kitab Daniel, ditulis dalam bahasa Aram (sumber: A Dictionary of the Bible, W.R.F. Browning).

 

Gaya bahasa yang terdapat dalam kitab Yunus memiliki unsur-unsur bahasa Aram. Jadi tampaknya istilah tiga hari tiga malam itu juga memiliki kaitan yang erat dengan bahasa Ibrani yang digunakan oleh kalangan orang Yahudi.

 

            Sebagaimana yang telah kita bahas sebelumnya dalam bagian VII bahwa, Orang Yahudi kuno membagi malam menjadi 3 bagian giliran jaga yang masing-masing terdiri atas 4 jam:

·         Jam pertama disebut waktu jaga malam / jam-kepala.

= dari matahari terbenam (" pukul 18:00) – pukul 22:00

·         Jam ke-dua disebut waktu jaga tengah malam / jam-tengah.

= dari pukul 22:00 – pukul 02:00

·         Jam ke-tiga disebut waktu jaga pagi / jam-pagi. 

= dari pukul 02:00 – matahari menyingsing ("pukul 06:00)

 

            Jadi berdasarkan perhitungan waktu orang Yahudi kuno, malam adalah tiga jam sedangkan hari adalah masa matahari terbit sampai terbenam. 

 

1 malam           = 3 jam

1 hari               = matahari terbit – matahari terbenam (setara dengan 12 jam)

 

Berdasarkan keterangan diatas kita dapat mengetahui bahwa satu malam hanya berlangsung selama 3 jam saja dan satu hari berlangsung setara dengan 12 jam. Jadi tiga hari tiga malam adalah….

 

·         3 hari adalah 3 x 12 jam         = 36 jam

·         3 malam adalah 3 x 3 jam      = 9 jam

·         Jadi, 3 hari 3 malam adalah 36 jam + 9 jam = 45 jam

 

Untuk memberitahukan tentang kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus mengatakan bahwa Ia akan dibangkitkan sesudah tiga hari (Mrk. 8: 31). Dalam konteks percakapan dalam Matius 12: 40, Ia tidak mengatakan "akan dibangkitkan sesudah tiga hari tiga malam" tetapi Ia mengatakan "akan tinggal di dalam rahim bumi", dan lagipula dalam konteks percakapan itu Yesus menghubungkannya diri-Nya dengan tanda Yunus. Sebelum akhirnya orang-orang Niniwe bertobat, Allah telah merendahkan Yunus dengan tinggal di dalam perut ikan sehingga ia menyadari sesungguhnya akan misi yang telah Allah berikan kepadanya. Demikian juga Allah telah berkenan merendahkan Yesus di dalam kesengsaraan-Nya oleh karena misi yang telah diberikan untuk maksud menyelamatkan umat manusia dari dosa.

 

Yesus dibangkitkan sesudah tiga hari, maksudnya adalah Ia mati selama 36 jam, yang dimulai pada saat Ia menyerahkan nyawa-Nya, Jumat pukul 15:00 sampai Ia dibangkitkan.

 

Yesus akan tinggal di dalam rahim bumi selama tiga hari tiga malam, maksudnya adalah Ia akan menanggung banyak sengsara selama 45 jam yang dimulai Jumat pukul 06:00 yaitu pada saat Ia diserahkan oleh ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi dan Mahkamah Agama ke dalam tangan orang-orang kafir (Roma) untuk dicambuk, dihina, disalibkan dan mati sampai Ia dibangkitkan.   

                 

3 hari 3 malam setara dengan 45 jam

 

Dibawah ini adalah doa Yunus ketika berada di dalam perut ikan selama 3 hari 3 malam ( dicetak TEBAL ) beserta dengan kemungkinan besar maknanya yang berkaitan dengan kesengsaraan Anak Manusia yang tertulis pada keempat kitab Injil :

 

1. (ayat 2)

·         Dalam kesusahanku aku berseru kepada TUHAN, dan Ia menjawab aku.

= Kesengsaraan Anak Manusia.

·         Dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku.

 = Allah melepaskan Anak Manusia dari kesengsaraan-Nya.

 

2. (ayat 3)

·         Telah Kaulemparkan aku ke tempat yang paling dalam, ke pusat lautan. = Anak manusia diserahkan  ke dalam tangan manusia dan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.

·         Lalu aku terangkum oleh arus air. = Anak Manusia dihasut dan dituduh oleh rakyat banyak.

·         Segala gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku. = Penghukuman Allah atas dosa umat manusia dilimpahkan kepada Anak Manusia.

 

3. (ayat 4)

·         Dan aku berkata: telah terusir aku dari hadapan mata-Mu, mungkinkah aku memandang lagi bait-Mu yang kudus?. = Suatu keadaan keputusasaan Anak Manusia ketika Ia berseru "Eloi, Eloi, lama sabakhtani?" yang artinya : Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku ?

 

4. (ayat 5)

·         Segala air telah mengepung aku, mengancam nyawaku. = Imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat beserta rakyat banyak berteriak agar Anak Manusia dihukum mati (disalibkan).

·         Samudera raya merangkum aku. = Dengan teriakan yang semakin keras rakyat banyak mendesak dan menuntut agar Anak Manusia dihukum mati (disalibkan).

·         Lumut lautan membelit kepalaku. = Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala Anak Manusia.

 

5. (ayat 6)

·         Di dasar gunung-gunung. Aku tenggelam ke dasar bumi; pintunya terpalang di belakangku untuk selama-lamanya. = nyawa Anak Manusia terputus dari dunia orang hidup.

·         Ketika itulah Engkau naikkan nyawaku dari dalam liang kubur, ya TUHAN, Allahku. = Anak Manusia dibangkitkan dari dunia orang mati.

 

6. (ayat 7)

·         Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada TUHAN, dan sampailah doaku kepada-Mu, kedalam bait-Mu yang kudus. = Doa Anak Manusia ketika Ia disalib; "Ya, Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."

 

7. (ayat 8)

·         Mereka yang berpegang teguh pada berhala kesis-siaan, merekalah yang meninggalkan Dia, yang mengasihi mereka dengan setia. = Orang-orang Yahudi menolak Anak Manusia sebagai Mesias, Raja mereka melainkan meminta Pilatus untuk menyalibkan-Nya.

 

8. (ayat 9)

·         Tetapi aku, dengan ucapan syukur akan kupersembahkan korban kepada-Mu.

= Anak Manusia mempersembahkan tubuh-Nya di atas kayu salib.

·         Apa yang kunazarkan akan kubayar. Keselamatan adalah dari TUHAN ! = Oleh karena pengorbanan Anak Manusia diatas kayu salib maka jalan keselamatan bagi umat manusia tersedia !

 

Berdasarkan doa Yunus ketika ia di dalam perut ikan 3 hari 3 malam, kita dapat mengetahui secara tidak langsung suatu nubuatan mengenai kesengsaraan Yesus Kristus dan seperti yang sudah kita bahas sebelumnya bahwa kitab Yunus memiliki corak sastra dan juga mengandung perumpamaan. Jadi, kesengsaraan Yesus berdasarkan suatu nubuatan yang terdapat dalam doa Yunus itu dimulai ketika Ia dijatuhi hukuman mati sampai pada hari kebangkitan-Nya.

Jadi "di dalam rahim bumi 3 hari 3 malam" adalah tenggat waktu yang dimulai pada saat Yesus dijatuhi hukuman mati sampai Ia dibangkitkan.

 

Yesus mati selama 36 jam ( 3 hari ) yang dimulai Jumat pukul 15.00, apabila kita hitung mundur 9 jam (3 malam) dari pukul 15.00 yaitu saat Yesus menyerahkan nyawa-Nya maka 9 jam tersebut jatuh pada pukul 06.00 pagi. Hari Jumat pukul 06.00 pagi adalah saat ketika Yesus diserahkan untuk disiksa dan dijatuhi hukuman mati (Yoh 19 : 14 )

 

·         3 hari ( 36 jam ) dihitung dari Jumat, pukul 15.00 – Minggu, pukul 03.00 

·         3 hari 3 malam ( 45 jam) dihitung dari Jumat, pukul 06.00 – Minggu, pukul 03.00

 

 

Dia dianiaya, tetapi Dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulut-Nya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, Ia tidak membuka mulut-Nya.

(Yesaya 53: 7)

 

            Anak Manusia (Yesus) telah dianggap seperti anak domba, Ia membiarkan diri-Nya ditindas dan dianiaya, Ia sangat direndahkan oleh manusia sampai pada akhirnya Ia mendapat vonis hukuman mati padahal tidak didapati kesalahan apapun pada diri-Nya. Digedung pengadilan Yesus disesah olek cambuk Romawi (sejenis cambuk yang ujungnya merupakan sekumpulan serpihan potongan logam yang tajam), mahkota duri dikenakan di kepala-Nya, Ia ditolak oleh bangsa-Nya sendiri kemudian pada akhirnya dijatuhi dihukum mati dengan cara disalib, semuanya itu terjadi kira-kira pukul 06.00 ( Yoh 19 : 14 ), setelah itu Ia pergi ke luar ke tempat yang bernama Tempat Tengkorak ( Golgota ) dan disalibkan pukul 09.00 ( Markus 15 : 25 ), ketika hari kira-kira pukul 12.00 kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam 15.00 ( Lukas 23 : 44 ) sebelum akhirnya Yesus menyerahkan nyawa-Nya ( Lukas 23 : 46 ). Ia mati selama 3 hari (36 jam) dan pada akhirnya Ia dibangkit dari antara orang mati, Yesus telah mengalahkan maut!

           

Raja Salomo menyatakan bahwa cinta kuat seperti maut (Kidung Agung 8 : 6b) tetapi Tuhan kita, Yesus Kristus membuktikan bahwa cinta lebih kuat dari maut, kematian dan kebangkitan-Nya menyatakan suatu fakta bahwa cinta kasih Allah kepada manusia (kasih Agape) tidak dapat dibatasi oleh apapun, bahkan oleh maut sekalipun. Rasul Paulus mengatakan bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang diatas, maupun yang dibawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Yesus Kristus, Tuhan kita (Roma 8 : 38-39), jadi jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita ?  Allah sangat mengasihi manusia oleh karena pada mulanya manusia adalah ciptaan-Nya yang segambar dan serupa dengan-Nya, manusia diciptakan hampir sama seperti Allah itulah sebabnya kepada Iblis sangat membenci hubungan yang harmonis antara Allah dan manusia, dari sepanjang sejarah peradaban manusia Iblis selalu berusaha keras untuk menghancurkan kehidupan manusia tetapi melalui pengorbanan Kristus, Iblis dan kuasa maut telah dikalahkan, jadi di dalam Kristus ada jaminan kehidupan kekal, sukacita, damai sejahtera, dan pengampunan dosa, kita dapat menikmati berkat-berkat sorgawi bukan hanya ketika kelak telah hidup di kerajaan sorga bersama Yesus tetapi juga saat kita masih hidup di dunia ini.

 

 

Apakah manusia sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah, dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.

(Mazmur 8 : 5-6)

 

           

Orang-orang Niniwe bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus yang sebelumnya tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam demikian halnya juga ada kira-kira ada 3.000 orang bertobat setelah mendengar khotbah mengenai sengsara, kematian dan kebangkitan Yesus dari antara orang mati.

 

            Berdasarkan uraian dan penjelasan diatas, kita dapat juga menyimpulkan bahwa 3 hari 3 malam dapat diartikan juga sebagai suatu simbol dari kesempurnaan rencana Allah yang membawa manusia kepada pertobatan (hal ini dinyatakan secara khusus kepada Yunus dan Yesus Kristus). Yunus tinggal di dalam perut ikan 3 hari 3 malam memiliki makna bahwa Allah mengizinkan ancaman maut dan kesesakan dialami oleh Yunus menurut waktu yang telah ditentukan-Nya, sedangkan Yesus tinggal di dalam rahim bumi 3 hari 3 malam juga dapat memiliki makna bahwa Allah mengizinkan ancaman maut dan kesesakan dialami oleh Yesus menurut waktu yang telah ditentukan-Nya, tetapi pada akhirnya maut dikalahkan oleh Yesus.


KESIMPULAN AKHIR :

·         Makna "rahim bumi" adalah titik terendah dari hidup seorang manusia.

·         3 hari 3 malam adalah 45 jam. Itu merupakan tenggat waktu dimana kegelapan melingkupi kehidupan Yesus.

·         Tanda Yunus adalah tanda pertobatan orang-orang Niniwe setelah ia tinggal di dalam perut ikan 3 hari 3 malam.

·         Tanda Anak Manusia adalah tanda pertobatan bagi orang-orang berdosa setelah Ia dijatuhi hukuman mati, disalibkan dan bangkit.

·         Makna perkataan Yesus bahwa "Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam" adalah penderitaan-Nya yang dimulai pada saat Ia diserahkan untuk dijatuhi hukum mati ( kira-kira pukul 06.00 ) sampai pada akhirnya Ia dibangkitkan pada hari ketiga ( pukul 03.00 ).

Yesus sangat menderita direndahkan selama 45 jam (inilah kegelapan) sebelum akhirnya Ia dibangkitkan.

 

 

 

XVI.MENAWAN AJARAN-AJARAN ROH ANTIKRISTUS

 

Kata 'antikristus' hanya terdapat dalam 1 Yoh. (2:18, 22; 4:3) dan 2 Yoh. 7, yang berarti lawan-lawan jemaat, meskipun gagasan mengenai musuh utama Kristus juga tampak di tempat lain, misalnya dalam 2 Tes.2: 1-12, dimana 'manusia durhaka' (AV: 'that man of sin') atau 'pendurhaka' (NRSV: 'the lawless man') pasti datang sebelum kedatangan Kristus terjadi. Dalam hal ini orang tersebut diidentifikasi sebagai kaisar Romawi atau salah seorang kaisar (Nero). Di balik dimensi historis, antikris adalah lambang pemberontakan melawan Kristus yang terus berlangsung hingga penghakiman terakhir. Kita dapat mengenali sosok antikris sebagai seorang penguasa sombong yang bernafsu ingin mendirikan kerajaan dunia dengan ajaran dan paham yang bertentangan dengan ajaran kasih Yesus Kristus dalam Injil-Nya. Berikut ini adalah beberapa karekter antikris menurut penyataan Alkitab:

 

1.         Mereka adalah pendusta tidak mengaku Yesus Kristus sebagai Allah yang telah datang sebagai manusia. (1 Yoh.2: 22; 4: 3), (2 Yoh.1: 7)

 

2.         Mereka adalah orang-orang yang murtad dari ajaran Kristus dan memutarbalikan firman Tuhan. (1 Yoh.2: 19)

 

3.         Mereka ingin disembah sebagai tuhan. (Wah.13: 4, 15)

 

4.         Mereka menghujat Allah yang bertahta di sorga dengan suara dari mulutnya yang sombong. (Wah.13: 6)

 

5.         Mereka menjerat orang-orang yang tidak berpegang sungguh-sungguh pada kebenaran Kristus dengan mujizat-mujizat dan perbuatan ajaib palsu serta tipu daya jahat. (2 Tes.2: 9-10).

 

Tentu kita seringkali mendengar selogan-selogan para musisi yang meneriakan "STOP PEMBAJAKAN" hal ini oleh karena banyak sekali karya-karya mereka telah dirugikan oleh pihak yang tak bertanggung jawab. Salah satu contohnya adalah pembajakan karya berupa kaset, kepingan CD atau VCD. Meskipun harganya murah, namun saya lama-kelamaan mulai tidak tertarik untuk membelinya karena menurut saya kualitasnya sangatlah buruk dan pastilah banyak diantara kita dapat membedakan produk-produk mana yang asli dan mana yang palsu. Produk-produk yang palsu dapat dinilai dari kualitas kemasannya, isinya dan tentu saja harganya. Fenomena pemalsuan suatu karya bukan hanya dapat kita temui dalam perkara yang duniawi saja, tetapi juga dalam perkara yang rohani, yaitu pemalsuan ajaran keselamatan dalam Yesus Kristus. Mengapa saya mengatakan demikian? Karena Iblis, sang penguasa maut, tidak mau mengakui kekalahannya yang telak yaitu ketika Yesus disalib, mati dan akhirnya bangkit dari antara orang mati, oleh sebab itu Iblis dengan sekuat tenaga berusaha dengan berbagai cara untuk mempengaruhi sebanyak-banyaknya jiwa dengan karya-karyanya yang menyuarakan hasrat kebencian, penyangkalan dan kegeramannya terhadap Yesus Kristus, Anak Allah yang berkuasa.

Kenapa Iblis sangat geram dan benci kepada Yesus ?

 

Pertama, karena oleh kematian-Nya, Yesus mendatangi kerajaan maut Seorang Diri lalu Ia membebaskan jiwa-jiwa manusia yang ditawan oleh Iblis dalam maut itu. (Ibrani 2: 14-15)

 

Kedua, karena oleh kebangkitan-Nya, Yesus telah mempermalukkan dan mempecundangi penguasa maut, yaitu Iblis. Hal ini berarti bahwa jiwa-jiwa manusia yang menaruh iman dan pengharapannya kepada Yesus Kristus memiliki hidup yang kekal. (Kolose 2: 15)

 

Ketiga, karena oleh kenaikkan-Nya ke Surga dan kedatangan-Nya kelak, pelaksanaan penghukuman terakhir bagi Iblis dan para malaikatnya di dalam lautan api pasti terjadi. (Wahyu 20: 11-15)

 

Keempat, karena Yesus telah memegang segala kunci maut dan kerajaan maut (Wahyu 1: 18).

Semua orang pasti akan sangat marah sekali apabila kunci rumahnya hilang atau jatuh ke tangan orang lain. Demikian juga Iblis pastilah amat teramat sangat marah terhadap Yesus, karena kunci-kunci dalam kerajaannya telah hilang dengan cara dirampas paksa oleh Yesus.

 

Kelima. karena Yesus Kristus mengasihi umat manusia.

           

Dalam beberapa pertandingan olah raga, khususnya pertandingan sepak bola, kita seringkali melihat amarah yang dilampiskan oleh para supporter ketika tim kesayangan mereka dikalahkan dalam pertandingan. Mereka pasti akan membuat aksi-aksi brutal untuk dapat memuaskan rasa kekecawaan, geram dan bencinya entah itu didalam atau diluar lapangan olah raga. Demikian juga Iblis akan melakukan aksi-aksi brutal untuk dapat memuaskan rasa geram dan marahnya terhadap Yesus, yang telah mengalahkan dengan telak 2000 tahun yang lalu.

Salah satu aksi brutalnya adalah dengan memalsukan Injil kerajaan Allah yang menyatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah.

 

Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.

(Yohanes 1: 4-5)

 

Banyak sekali saksi mata independen yang melihat dengan mata kepalanya sendiri dan mengetahui bahwa Yesus telah mati, mereka itu adalah kepala pasukan Romawi (Mrk.15: 39), beberapa perempuan (Mrk.15: 40), prajurit-prajurit Romawi (Yoh.19: 33), Yusuf dari Arimatea (Mat.27:57), Nikodemus (Yoh.19:39) bahkan Pilatus sendiri (Mrk.15:44). Dalam Perjanjian Lama keterangan saksi-saksi adalah sangat menentukan putusan perkara peradilan dalam hal hukuman mati, satu orang saksi tidaklah cukup untuk mengesahkan suatu perkara tetapi apabila ada keterangan dua atau tiga orang saksi suatu perkara dapat diakui secara mutlak kebenarannya (Bil.35: 30b; Ul.17:6), Dengan mengutip ayat Perjanjian Lama, Yesus sendiri mengatakan bahwa atas keterangan dua atau tiga orang saksi suatu perkara tidak akan disangsikan (Mat.18:16). Alkitab mencatat bahwa peristiwa matinya Yesus dikayu salib memiliki keterangan dari lebih dari tiga orang saksi maka demikian juga dengan peristiwa kebangkitan-Nya.

 

Bahkan para sejarahwan sekuler menguji kebenaran dari kematian Yesus, diantaranya adalah Josephus, ia menulis dalam masa ketika Yesus masih berada di bumi dan ia mengatakan bahwa "Pilatus atas saran dari orang-orang yang terpenting diantara kami, telah menjatuhkan hukuman di atas kayu salib kepada-Nya." Selain Josephus, ada juga seorang sejarahwan Romawi pada awal abad ke-dua yang bernama Taticus yang menggambarkan orang-orang Kristen sebagai mereka yang menerima nama mereka dari "Kristus yang telah dijatuhkan hukuman oleh orang yang diberi kuasa untuk bertindak atas nama orang lain, yaitu Pontius Pilatus dalam masa pemerintahan Tiberias". Banyak sekali kitab-kitab ataupun ajaran-ajaran yang memuat nama Yesus tetapi sebenarnya Yesus palsu, yaitu nama karangan manusia yang diilhamkan oleh Iblis. Pada intinya ajaran-ajaran itu menyangkal bahwa Yesus adalah Allah Yang Maha Kuasa, Sang Penebus dosa umat manusia. Salah satu contoh dari ajaran bidat ini adalah Gnostikisme atau Gnostik.

 

 

Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia,

yang tidak mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia.

Itu adalah si penyesat dan antikristus, yaitu dia yang menyangkal

 baik Bapa maupun Anak.

(2 Yoh.1: 7; 1 Yoh.2:22b)

 

 

 

A. Ajaran Gnostikisme

 

Gnostikisme atau Gnosticism (bahasa Yunani: γνσις gnōsis, pengetahuan) merujuk pada bermacam-macam gerakan keagamaan yang beraliran sinkretisme (suatu kombinasi dari 2 agama) pada jaman dahulu kala. Gerakan ini mencampurkan berbagai ajaran agama, yang biasanya pada intinya mengajarkan bahwa manusia pada dasarnya adalah jiwa yang terperangkap di dalam alam semesta yang diciptakan oleh tuhan yang tidak sempurna. Secara umum dapat dikatakan bahwa Gnostisisme adalah agama dualistik, yang dipengaruhi dan mempengaruhi filosofi Yunani, Yudaisme (agama Yahudi), dan kekristenan.

Istilah gnōsis merujuk pada suatu pengetahuan esoteris yang telah dipaparkan. Dari sana manusia melalui unsur-unsur rohaninya diingatkan kembali akan asal-muasal mereka dari Tuhan yang superior. Yesus Kristus dipandang oleh sebagian sekte Gnostis sebagai perwujudan dari makhluk ilahi yang menjadi manusia untuk membawa gnōsis ke bumi.

Pada mulanya Gnostisisme dianggap sebagai cabang aliran sesat dari kekristenan, namun sekte Gnostis telah ada sejak sebelum kelahiran Yesus. Keberadaan kaum Gnostik sejak Abad Pertengahan semakin berkurang dikarenakan pengikutnya memeluk Islam atau akibat dari Perang Salib Albigensian (1209–1229). Gagasan Gnostis kembali muncul seiring dengan bertumbuhnya gerakan mistis esoteris pada akhir abad ke-20 dan abad ke-20 di Eropa dan Amerika Utara.

 

Dalam Alkitab khususnya Perjanjian Baru, makna pengetahuan adalah kepada pengetahuan tentang Allah yaitu pengetahuan tentang pekerjaan Allah yang digenapi dalam kematian dan kuasa kebangkitan Yesus Kristus. Dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel mempunyai pengetahuan tentang Allah atau pengenalan akan Allah, yaitu Allah yang telah menyertai bangsa Israel dengan kuat kuasa-Nya. Pengetahuan atau pengenalan tentang pekerjaan Allah yang besar dan penciptaan dan penebusan itu lebih dari pada sekedar pengetahuan teoritis, sebab pengetahuan itu tampak dalam kasih (1 Kor.13: 2) dan karunia dari Roh (1 Kor.12: 8). Jadi, berdasarkan Alkitab, yang dimaksud dengan pengetahuan adalah pengenalan akan kuasa Allah dalam Yesus Kristus. Rasul Paulus berkata "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya…"(Filipi 3: 10) dan dalam pelayanannya, ia mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah dengan menggunakan suatu senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah yang sanggup meruntuhkan benteng-benteng.(2 Kor.10: 4-5).

 

Melalui kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus Kristus telah memenangkan pertempuran dengan Iblis yang berkuasa atas maut dan kita sebagai orang-orang pilihan Kristus harus mewartakan panji kemenangan ini ke seluruh dunia sehingga orang-orang lain pun juga dapat menerima keselamatan dalam Yesus Kristus. Dan pertempuran rohani terjadi dalam mewartakan Injil kerajaan Allah, rasul Paulus menyatakan bahwa perjuangan kita adalah melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara (Efesus 6: 12). Ajaran Gnostik dan agama-agama dunia adalah benteng-benteng yang dibangun oleh Iblis dalam pikiran manusia yang angkuh untuk menentang pengenalan akan Allah dalam kuasa Yesus Kristus. Peter Xu Yongze, seorang misionaris gereja rumah di Cina, mengatakan:

 

"Saya telah memahami bahwa adalah tidak mungkin bahkan untuk satu orang yang tersesat di dunia ini untuk menjadi Kristen kecuali sebuah mujizat besar terjadi. Jiwa-jiwa manusia yang tersesat adalah tawanan yang dirantai dengan kuat oleh setan dan kekuatan jahatnya. Mereka tidak dapat diajak berdebat agar bisa masuk ke dalam kerajan Allah karena persoalan mereka bukanlah bersifat intelektual. Juga, tidak ada gunanya mencoba mengubah perilaku luar mereka jika mereka tidak memiliki kehidupan rohani di dalam dirinya, yang hanya bisa Yesus berikan. Alkitab dengan jelas berkata bahwa setiap orang diluar Kristus secara rohani adalah mati, dan sebuah pertempuran dilakukan untuk jiwa-jiwa. Orang yang hidup diluar kasih karunia Yesus Kristus terjebak oleh Iblis, "yang telah mengikat mereka pada kehendaknya."(2 Tim.2: 26).

 

Ajaran Gnostikisme mengacu kepada pengajaran-pengajaran mereka yang mempercayai bahwa mereka telah menyembunyikan pengetahuan. Istilah ini digunakan untuk menandai semacam spekulasi religius yang digemari pada abad pertama dan kedua Masehi. Kaum gnostik memiliki keinginan yang sangat besar tentang keselamatan. Dalam suratnya kepada Timotius 6: 20-21, rasul Paulus mengatakan "Hai Timotius, peliharalah apa yang telah dipercayakan kepadamu. Hindarilah omongan yang kosong dan yang tidak suci dan pertentangan-pertentangan yang berasal dari apa yang disebut pengetahuan, karena ada beberapa orang yang mengajarkannya dan demikian telah menyimpang dari iman." Dari surat tersebut kita mengetahui bahwa Paulus mengingatkan anak rohaninya, Timotius, agar waspada terhadap orang-orang yang mengajarkan ajaran sesat yang mereka sebut "pengetahuan".  Mereka berpikir menusia itu hidup seperti orang bebal dan perlu dibangkitkan ke kehidupan, seperti dengan menerima pengetahuan yang sebenarnya dari diri sendiri dan dari tujuan hidup mereka bersama Allah yang benar. Mereka sama-sama membutuhkan pengetahuan eksoterik (hanya dipahami oleh orang-orang tertentu) mengenai asal-usul surgawinya pada suatu waktu. Bila hal itu sudah diperoleh, orang tersebut akan melepaskan diri dari keterikatan materialisme duniawi yang menindas.

 

Ajaran Gnostik menganggap keselamatan itu dicapai melalui pengetahuan khusus oleh perantaraan suatu wahyu sorgawi yang dinyatakan. Secara sepintas tampaknya ajaran ini mirip dengan kekeristenan. Kitab-kitab ajaran Gnostik ini banyak di temukan di Nag Hammadi, Mesir. Ajaran sekte Gnostikisme menciptakan karya-karya tulisan yang dinamakan juga sebagai "injil" ( "i" kecil ). Kenapa pengikut Gnostik menamakan karya-karya tulisannya sebagai "injil"? hal itu karena mereka 'membajak' nama Yesus untuk dipakai ke dalam ajaran-ajaran teologi mereka yang sesat dan mereka juga berbicara mengenai keselamatan dan penebusan. Dalam 1Yoh.2: 18-19, Yohanes menyatakan "…sekarang telah banyak bangkit antikristus…Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita." jadi orang-orang antikristus adalah orang Kristen yang menyimpang dari ajaran Kristus lalu membaktikan dirinya kepada Iblis dan ajaran penyesatannya, lalu apakah kita heran akan hal ini? Bukankah Yudas Iskariot juga tadinya salah satu dari kedua belas murid Tuhan Yesus yang pernah juga menerima kasih karunia namun akhirnya ia murtad dari jalan kebenaran lalu melaksanakan hasrat Iblis dengan suatu penghianatan dan kejahatan terhadap Sang Penguasa? Oleh sebab itu kita tidak perlu kaget, heran ataupun cemas dengan munculnya banyak orang atau ajaran yang menentang Yesus Kristus dan ajaran-Nya, sebab secara tidak langsung, Yudas Iskariot telah terlebih dahulu dinyatakan oleh Tuhan Yesus sebagai simbol dari antikristus!

 

Hasil karya penulis-penulis Gnostik memiliki kemiripan dengan Injil namun sesungguhnya inti ajarannya bertentangan dengan karya keselamatan dalam nama Yesus Kristus, Anak Allah. Penulis-penulis Gnostik tampaknya tidak asing lagi dengan kitab Injil Kanonik (Matius, Markus, Lukas danYohanes), jadi kemungkinan besarnya mereka adalah orang Kristen yang telah menyimpang dari iman, dengan kata lain secara sadar mereka memilih menempuh jalan yang telah dilalui olah Yudas Iskariot. Penulis-penulis Gnostik adalah perwujudan nyata antikristus pada abad kedua. Pengajaran-pengajaran Gnostik tidak memiliki teologi yang bertalian secara logis,mereka bertentangan satu dengan yang lainnya baik besar maupuin kecil. Kenyataannya, mereka bahkan tidak sepakat mengenai ada berapa banyak tuhan. Mereka tidak dapat mencegah untuk saling bertentangan satu dengan yang lain karena mereka hanyalah renungan manusia yang mana alasan dan pertaliannya yang logis tidaklah penting.

 

Karya-karya aliran Gnostik dan bidat-bidat lainnya diantaranya adalah injil Petrus, injil Tomas, injil Yudas dan injil Barnabas, injil Filipus dan injil Ibrani. Karya-karya Gonistik yang dinamakan "injil" ditulis pada abad ke-2. Sebenarnya kurang lebih ada sekitar dua puluhan tulisan-tulisan apokrif (yang disembunyikan) bernafaskan ajaran bidat-bidat yang menceritakan tentang Yesus palsu, oleh sebab itu bapa gereja mula-mula pada abad ke-2 menggolongkan ajaran-ajaran bidat itu sebagai tulisan apokrif, karena isinya yang bertentangan dengan keselamatan dan kasih karunia di dalam Tuhan Yesus Kristus dapat merusak iman jemaat Allah.

 

Tuhan Yesus berkata "Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang" (Mat. 24:4-5). Tuhan kita sudah menubuatkan hal ini sebelumnya, jadi kita tidak perlu heran apabila kita mendengar tentang orang yang mengaku dirinya sebagai Mesias ataupun ajaran-ajaran yang memakai nama Yesus namun yang sesungguhnya ajaran si penyesat yaitu Iblis ataupun orang-orang yang mengaku sebagai pekerja Kristus padahal mereka adalah orang-orang yang hidupnya mengejar kesenangan duniawi, penuh dengan nafsu dan hatinya menghujat Sang Penguasa. Rasul Paulus mengatakan bahwa orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Kristus (2 Kor.11: 13).

 

Ingatlah bahwa Allah tidak menciptakan robot tetapi Dia menciptakan manusia yang diperlengkapi hak untuk memilih, demikian juga halnya dengan Yudas Iskariot, tetapi sayangnya pilihannya adalah untuk mengkhianati Tuhan Yesus. Setiap orang mempunyai kebebasan memilih namun tidak mempunyai kebebasan untuk memilih kosekuensinya. Jadi apakah pilihan anda, kehidupan kekal atau kematian kekal? Memuliakan Yesus atau memfitnah Yesus? Satu hal yang harus kita pahami adalah kelak dalam penghukuman terakhir, Iblis tidak akan mau disiksa dalam lautan api kekal sedirian, oleh sebab itu ia akan berusaha dengan keras agar manusia tidak mau percaya kepada Yesus Kristus, karena Iblis tahu bahwa dirinya beserta malakikat-malaikatnya akan berakhir dalam lautan api kekal sedangkan kehidupan kekal bagi manusia adalah percaya kepada Yesus Kristus yang adalah Tuhan Yang Maha Kuasa.

 

Hal itu tidaklah mengherankan,

sebab Iblispun menyamar sebagai malaikat Terang

(2 Korintus 11: 14)

 

            Lebih dari 2000 tahun yang lalu, Tuhan kita, Yesus Kristus telah mengatakan "Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya" (Mat.18: 7). Di sepanjang zaman, banyak orang yang mengaku dirinya adalah Mesias yaitu Sang Juruselamat, nabi-nabi palsu yang mengajarkan jalan keselamatan palsu atas nama Allah dan banyak ajaran-ajaran yang mengajarkan Yesus palsu. Mereka itu adalah antikristus. Yesus Kristus banyak melakukan tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang membuktikan bahwa Ia adalah TUHAN Allah Yang Maha Kuasa. Namun kita juga dapat mengetahui bahwa ketuhanan Yesus dan kebenaran perkataan-Nya juga terbukti dengan kegenapan munculnya para antikristus yaitu mereka yang adalah mesias-mesias palsu, nabi-nabi palsu dan ajaran-ajaran palsu yang menyangkal kematian dan kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati. Tuhan Yesus berkata: "Camkanlah, Aku sudah mengatakannya terlebih dahulu kepadamu."

 

Pertanyaan "Mengapa penyesatan harus ada di dunia? agaknya memiliki jawaban yang sama dengan pertanyaan "Mengapa pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat harus ada di taman Eden ?" Untuk kedua pertanyaan tersebut jawabannya adalah: Karena Allah menciptakan manusia yang memiliki kehendak bebas dan kehendak bebas tidak memiliki arti sama sekali apabila tidak adanya pilihan. Manusia dalam dunia dalam ini memiliki dua pilihan: Kebenaran Yesus Kristus atau penyesatan Iblis, berkat atau kutuk, kehidupan kekal atau kematian kekal. Khususnya dalam kehidupan orang Kristen, kita dapat mentaati firman Allah atau melanggarnya. Murtad atau memelihara iman sampai garis akhir. Tuhan kita, Yesus Kristus berkata: "Lihatlah, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku akan makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku."  Yesus bukanlah Allah yang memaksa masuk dengan mendobrak pintu hati kita atau Allah yang berteriak-teriak di depan pintu hati kita, tetapi Ia adalah Allah yang mengetok pintu hati kita dan memanggil nama kita dengan suara-Nya yang penuh kasih setia, apabila kita membuka pintu hati kita untuk-Nya maka kita akan tinggal bersama-Nya di dalam kerajaan Allah. Pintu berarti pintu hati manusia, suara Yesus yang penuh kasih berarti Injil kebenaran-Nya dan membukakan pintu berarti suatu keputusan untuk menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Namun kenyataannya adalah setiap manusia memiliki kehendak bebas untuk memilih: Menerima Yesus sebagai Juruselamat dalam hatinya atau menolak-Nya. Hanya Roh Kudus yang dapat menarik orang untuk percaya kepada Yesus Kristus, kita hanya memainkan peran kecil dari pekerjaan-Nya yang besar yaitu memberitakan kabar keselamatan di dalam nama-Nya sampai ke ujung bumi.

 

"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya"

(Yohanes 8: 51)

 

  

 

B. Injil Petrus

 

            Injil ini merupakan suatu karya apokrif (Yunani: "yang disembunyikan") dari abad kedua yang bernafaskan ajaran Gnostikisme. Injil ini bernada anti semitik (anti-Yahudi) dan mempunyai pengajaran tentang Pribadi Yesus yang doketis. Doketisme adalah pandangan bahwa Yesus adalah sosok ilahi yang hanya seolah-olah menjadi manusia. Doketisme berasal dari dualisme Helenistik, yaitu gagasan bahwa apa yang diciptakan adalah cemar, bersifat 'kedagingan', dan dapat mati, sedangkan yang ilahi itu baik, rohani dan tidak dapat mati. Jadi pendapat kaum doketis selanjutnya adalah: karena Yesus Juruselamat berasal dari keberadaan ilahi, maka tidak mungkin Ia benar-benar manusia. Jadi intinya adalah paham doketisme tidak mengakui bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, hal betentangan dengan firman Tuhan yang menyatakan bahwa "Firman itu (Yesus) bersama-sama dengan Allah dan Firman itu (Yesus) adalah Allah,…Firman itu (Yesus) telah menjadi manusia" (Yoh.1:1; 14). Injil ini ditemukan pada tahun 1886 di Akhmim, Mesir, ditemukan dalam fragmen yang tidak lengkap, tidak ada nama dan judul karena pendahuluan dan penutupnya tidak ditemukan.

 

Disebut injil Petrus karena kalimat terakhirnya menunjukkan pengakuan seseorang yang bernama Petrus. Dalam injil ini dikisahkan bahwa pada waktu Yesus disalibkan, Ia dilukiskan tenang dan tidak merasakan sakit apa-apa. Mungkin hal ini adalah pengaruh dari paham doketis yang menganggap bahwa Yesus manusia sejati. Menurut pandangan injil ini orang-orang Yahudi merupakan pihak yang bersalah karena mereka telah menyerahkan Mesias ke bangsa Romawi yang kemudian menyalibkan-Nya. Lalu yang menjadi pertanyaannya adalah apakah Yesus mempersalahkan bangsa Yahudi? Dalam percakapan-Nya dengan perempuan samaria, Yesus berkata kepada perempuan itu "Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi."(Yoh.4: 22). Kenapa Yesus berkata bahwa keselamatan datang dari bangsa Yahudi? Hal itu karena Yesus Sang Mesias datang sebagai manusia melalui keturunan Abraham, Ishak dan Yakub, mereka adalah nenek moyang bangsa Yahudi yang dalam Perjanjian Lama secara khusus disebut bangsa pilihan Allah. Dalam injil Petrus ini kita dapat mengetahui adanya suara hasrat kebencian Iblis terhadap orang Kristen yaitu orang-orang yang ditebus oleh darah Yesus Kristus, dan juga terhadap bangsa Yahudi yaitu bangsa yang telah dipilih dan dikhususkan oleh Allah sebagai sarana bagi kedatangan Yesus Kristus ke dunia sebagai manusia.   

 

Berikut ini adalah beberapa hal yang menjadi tujuan utama injil Petrus:

 

1. Menyangkal Yesus Kristus telah datang sebagai manusia.

2. Menyangkal Yesus Kristus adalah Anak Manusia (Ben Adam)

3. Membenci bangsa Yahudi.

 

            Dewasa ini kita seringkali pemberitaan-pemberitaan yang menggambarkan kebencian kepada kaum Yahudi (Anti-Yahudi), seolah-olah mereka adalah sumber dari semua perbuatan keji yang terjadi di dunia ini. Doktrin kebencian terhadap kaum Yahudi sangat terlihat jelas dalam doktrin agama Islam. Orang Muslim menganggap bahwa bangsa Yahudi adalah bangsa kafir, bangsa biadab, bahkan disimbolkan sebagai perwujudan setan yang dikatakan sebagai zionis. Allah membawa Abraham keluar dari negerinya menuju tempat yang tak diketahui, dan Allah mengadakan perjanjian kepadanya bahwa, perjanjian ahli waris Abraham diturunkan kepada Ishak yang kemudian diturunkan kepada Yakub yang selanjutnya di ubah namanya oleh Allah menjadi Israel.

 

Ketika Musa memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, mereka dituntun Allah untuk menempati negeri yang mula-mula telah dijanjikan-Nya kepada Abraham, yaitu tanah Kanaan. Firman Allah memerintahkan bangsa Israel untuk memerangi bangsa-bangsa kafir yang tinggal di tanah Kanaan dan sekitarnya, Allah selalu memberikan kemenangan kepada mereka apabila mereka setia dan taat mengikuti Allah tetapi apabila mereka murtad dan menyembah berhala seperti apa yang dilakukan oleh bangsa-bangsa kafir, maka Allah akan menyerahkan bangsa Israel ke dalam tangan musuh-musuhnya untuk ditumpas, bukan hanya itu, mereka akan dibuang dari tanah perjanjian itu dan diserakkan ke tempat-tempat lain. Firman yang diucapkan Allah memiliki dua kosekuesi bagi umat Israel dalam Perjanjian Lama, selama mereka taat dan setia beribadah kepada Allah, kemenangan demi kemanangan akan dicapai karena kuasa Allah menyertai mereka tetapi apabila mereka menyimpang dari Allah, mereka akan dihancurkan oleh bangsa-bangsa disekitarnya.

 

Sungguh sangat disayangkan, orang Muslim tidak mengerti mengenai arti dari kuasa firman Allah yang menghakimi, khususnya bagi bangsa Israel pada masa Perjanjian Lama, mereka hanya mengganggap bahwa bangsa Israel (yang dikaitkan dengan negara Israel sekarang ini) adalah bangsa bengis yang suka membantai bangsa lain, mereka tidak memahami bahwa sesungguhnya bangsa Israel juga dibantai dan dimusnahkan oleh bangsa lain (kafir). Dalam Perjanjian Lama, Allah ingin memberikan pelajaran berharga bagi kita semua khususnya bagi bangsa Israel saat itu bahwa ketaatan dan kesetiaan kepada Allah mendatangkan hidup tetapi kemurtadan kepada Allah mendatangkan kematian. Allah memperhadapkan bangsa Israel pada dua pilihan, Berkat atau Kutuk (Imamat 26).

 

Jadi persoalannya adalah bukan mengenai siapa yang memerangi dan diperangi tetapi ketaatan dan kesetiaan kepada Allah.  Dan akhirnya, Yesus Kristus datang sebagai manusia melalui keturunan Abraham, Ishak dan Yakub, melalui-Nya setiap orang dari tiap-tiap bangsa di dunia yang percaya dan menyembah-Nya dijadikan sebagai mereka yang berhak menerima janji Allah. Oleh sebab itu orang-orang Kristen dikatakan juga sebagai anak-anak perjanjian baru. Rasul Paulus mengatakan "…jikalau kamu adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah." (Galatia 3: 29). Jadi dalam hal ini janji Allah mengenai keselamatan tersedia bagi semua orang yang telah menjadi milik Kristus, baik orang Yahudi manupun orang bukan Yahudi.

           

            Yesus menikmati sebuah status yang istimewa di dalam Islam. Dia disebutkan di dalam sembilan puluh tiga ayat Alquran, banyak di antaranya yang berbicara mengenai kelahiran-Nya. Orang Muslim menganggap Yesus sebagai seorang nabi besar, dihormati tetapi tidak disembah. Mereka menolak keilahian Yesus dan percaya bahwa barangsiapa yang mempercayai Yesus adalah Tuhan akan menjadi sasaran dari kutuk yang terbesar. Tetapi mereka tidak hanya menolak keilahian Yesus, mereka juga menolak bahwa Dia disalibkan. Mereka akan mengatakan kepada kita bahwa Tuhan sangat mengasihi Yesus sehingga Dia tidak akan membiarkan Yesus mati. Hal ini dinyatakan dalam salah satu bagian utama Alquran yang menyangkal penyaliban Yesus. Ayat itu ditemukan dalam Sura 4: 157-159, dimana bangsa Yahudi mengklaim bahwa Yesus yang telah dipaku ke sebuah salib diberikan sebuah penjelasan pengganti:

 

"Mereka (orang-orang Yahudi) mengklaim bahwa kita membunuh Mesias Yesus, anak Maria, rasul Tuhan. Tetapi mereka tidak membunuh dia, ataupun menyalibkan dia. Mereka berkhayal. Mereka yang berbeda dalam hal ini adalah orang-orang yang penuh dengan keraguan. Mereka tidak memiliki pengetahuan yang sesungguhnya tetapi hanya mengikuti dugaan. Pastinya mereka tidak membunuh dia. Sebaliknya, Tuhan membangkitkan dia bagi dirinya sendiri, dan Tuhanlah yang berkuasa, maha bijaksana."

(Sura 4: 157-159)

 

            Apabila kita memperhatikan ayat diatas kita akan menemukan kalimat "Mereka tidak memiliki pengetahuan yang sesungguhnya…", Jadi agaknya makna dari kalimat itu adalah "kami memiliki suatu pengetahuan yang sesungguhnya tetapi mereka (orang-orang Yahudi) tidak." Seperti yang telah kita ketahui bahwa istilah Gnostikisme merujuk pada suatu pengetahuan eksoterik (yang hanya dipahami oleh orang-orang tertentu) yang telah dipaparkan. Jadi, bunyi sebenarnya dari Sura 4: 157-159 adalah "orang-orang Yahudi tidak memiliki pengetahuan eksoterik ini sehingga mereka menganggap yang disalibkan itu Yesus." Sangat terlihat jelas sekali bahwa Alquran mengambil inti sari dari ajaran Gnostikiame.

 

Jadi menurut Alquran, orang-orang Yahudi tidak berhasil membunuh Yesus, yang disebut rasul Tuhan. Beberapa penerjemah Muslim mengatakan bahwa orang-orang Yahudi membunuh seseorang yang dibuat mirip seperti Yesus. Para sarjana Muslim lainnya mengatakan bahwa Tuhan mengangkat Yesus naik ke sorga, dan orang-orang Yahudi kemudian menggantikannya dengan orang lain dan menyalibkan dia, dengan tujuan untuk menghindari huru hara di antara orang-orang. Dengan demikian orang-orang berpikir bahwa Yesus disalibkan, tetapi orang-orang Yahudi sendiri mengetahuinya dengan baik. Seorang komentator Muslim yang sangat dihormati menyatakan bahwa Yudaslah yang disalibkan untuk menggatikan Yesus. Menurut skenario ini, Yesus menanyakan kepada murid-murid-Nya siapakah di antara mereka yang ingin memiliki keserupaan dengan-Nya untuk dibunuh dan memasuki firdaus. Yudas kemudian menjadi sukarelawan dan menggantikan Yesus di atas kayu salib. Ketiga pernyataaan tadi menganggap seolah-olah Yesus melarikan diri dari penyaliban-Nya, tentu saja hal ini sangatlah bertentangan dengan kebenaran firman Tuhan.

 

Dalam peristiwa penangkapan Yesus, salah seorang murid Yesus (Petrus) berusaha untuk membela Yesus, lalu dengan pedangnya ia berhasil menebas telinga seseorang sampai putus namun akhirnya Yesus menegor murid itu (Petrus) dengan berkata "Masukan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang akan binasa oleh pedang. Atau kausangka, bahwa Aku tidak dapat berseru kepada Bapa-Ku, supaya Ia mengirim lebih dari dua belas pasukan malaikat mambantu Aku? Jika begitu, bagaimanakah akan digenapi yang tertulis dalam Kitab Suci, yang mengatakan bahwa harus terjadi demikian?" (Mat.26: 51-54). Adalah wajar bagi semua orang untuk membela keselamatan pemimpin yang dicintainya sekalipun dengan kekerasan, namun hal itu tidak berlaku bagi seorang pemimpin seperti Yesus, Ia tidak perlu dibela oleh pengikutnya dengan kekerasan, lagipula Ia sendiri waktu itu sebenarnya juga dapat melarikan diri dari penangkapan dengan bantuan dari pasukan malaikat Allah tetapi Ia tidak mau melakukannya karena Yesus mengerti apa yang dikehendaki Allah, yaitu bahwa Ia harus menggenapi kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur (Luk.24: 44) melalui pengorbanan-Nya diatas kayu salib.

 

Ø  Dari manakah Muhammad mendapatkan anggapan bahwa Yesus tidak disalibkan?

 

Suatu teori mengatakan bahwa ia sebenarnya mendapatkannya dari beberapa golongan agama Kristen, seperti dari beberapa para penulis Gnostik yang berspekulasi bahwa Yesus melarikan diri dari penyaliban. Sebagai contoh, di dalam teks Gnostik The Apocalypse of Peter (Wahyu Petrus), yang beredar sekitar abad ke-tiga, kita membaca, "Dia yang kamu lihat dipohon, senang dan tertawa, inilah Yesus yang hidup. Tetapi seseorang yang tangan dan kakinya mereka paku adalah pengganti untuk dipermalukan, seseorang yang menjadi serupa dengan dia."(Peter Jones, The Gnostic Empire Strikes Back (Philipsburg, NJ: P&R Publishing, 1992)). Yesus yang tertawa ini serupa dengan Yesus yang tertawa yang ditemukan di dalam injil Yudas, di mana Yesus menertawakan murid-murid-Nya yang sedang berdoa kepada Allah Bapa. The Apocalypse of Peter (Wahyu Petrus) ditulis oleh penulis Gnostik bukan rasul Petrus yang menulisnya dan seperti yang kita lihat, teks-teks Gnostik ini tidak kelihatan seolah-olah merupakan manuskrip sejarah tetapi lebih merupakan guru-guru berhala yang dipengaruhi oleh Plato, yang mengajarkan bahwa masalah tersebut adalah buruk dan bahwa tujuannya adalah untuk meluputkan tubuhnya. Teks-teks tersebut muncul setelah kisa-kisah dari para saksi mata Perjanjian Baru dan merupakan pekerjaan pengarang yang curang.

 

Kebohongan-kebohongan umum pada zaman Muhammad yang diulangi lagi itu menjelaskan mengapa ia mengajarkan bahwa Yesus dilahirkan di bawah pohon palem dan bahwa Yesus menghidupkan burung-burung yang terbuat dari tanah liat. Kisah-kisah yang serupa dari Perjanjian Lama juga dibuat menjadi kisah-kisah yang dikhayalkan sendiri di dalam Alquran, seperti anggapan bahwa Abraham dan Ismael membangun Kabah di Mekah, padahal kenyataannya Mekah tidak ada pada zaman Abraham. Lebih lanjut, sebuah teks Alkitab yang sudah berumur lebih dari ratusan tahun tidak menuliskan bahwa Abraham berada dekat pada suatu tempat atau tanah dimana nantinya Mekah akan dibangun di kemudian hari. Dengan demikian kita dapat mengatakan dengan aman bahwa sejarah Kristen dan Yahudi dirampas dengan tujuan untuk mengokohkan otoritas Muhammad sebagai seorang nabi Tuhan yang sah yang melampaui semua sejarah agama lain.

 

Kitab-kitab Injil Kanonik dalam Perjanjian Baru (Matius, Markus, Lukas, Yohanes) melaporkan mengenai kematian Yesus dengankesadaran akan keadaan yang sebenarnya dan secara mendetail yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang merupakan saksi mata dari peristiwa tersebut. Selain para tentara Romawi dan Pontius Pilatus, banyak orang yang berkumpul untuk melihat apa yang sedang terjadi saat itu. Dua orang murid Yesus, bersama dengan Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus, mengubur tubuh Yesus, dan beberapa wanita mengikuti pria ini dan melihat tubuh Yesus dibaringkan. Sedangkan Alquran yang muncul lebih dari lima ratus tahun kemudian, bukanlah suatu laporan yang memiliki saksi mata. Lebih lanjut, Kitab-kitab Injil Kanonik memiliki sejumlah saksi mata independen, sedangkan Islam hanya memiliki satu orang yang menyampaikan pesan, yaitu Muhammad. Jadi, Alquran tidak dapat memiliki standar kebenaran mengenai peristiwa penyaliban Yesus karena hanya memiliki satu orang saksi mata yang walaupun sebenarnya tidak memenuhi persyaratan sebagai seorang saksi saksi mata. Sebab mengenai ketentuan keabsahan suatu perkara, Allah mengatakan bahwa "Satu orang saksi saja tidak dapat menggugat seseorang mengenai perkara kesalahan apapun atau dosa apapun yang mungkin dilakukannya; baru atas keterangan dua atau tiga orang saksi perkara itu tidak disangsikan."(Ul.19: 15).

 

            Ketika Yesus disalibkan di kayu salib, di sanalah kasih dan keadilah Allah saling dipuaskan, membuatnya mungkin bagi kita untuk didamaikan dengan Yang Maha Kuasa. Kasih-Nya ingin menebus kita, tetapi keadilan-Nya menuntut kita untuk membayar dosa kita, yang mana itu merupakan hal yang mustahil bagi orang-orang berdosa. Ingat! kita tidak dapat membersihkan lantai yang kotor dengan kain pel yang kotor! Oleh karena itu Allah memilih untuk mengambil inisiatif dan memuaskan tuntutan-Nya sendiri.  Menghukum bukan berarti tidak adil, oleh karena itu Ia mengirim Anak-Nya sendiri untuk menyerap murka-Nya dan menanggung kutuk bagi semua orang yang percaya kepada-Nya.

 

Diatas kayu salib, kasih Allah dan kekudusan Allah datang bersamaan dan kedua sifat itu perlu dikuatkan dalam ekspresinya yang paling penuh. Kekudusan Allah dikuatkan karena kematian Kristus memuaskan tuntutan Allah yang adil terhadap dosa manusia sedangkan kasih Allah dikuatkan karena sekarang Allah bebas untuk memperluas pengampunan dan pemberian dari kebenaran-Nya. Karena upah dosa adalah maut, dan kita semua adalah orang-orang berdosa, kita harus mengalami kematian kekal atau seseorang lainnya harus menggantikan kita supaya kita dapat bebas dari hukuman akhir dosa. Pengganti kita harua memenuhi semua persyaratan Allah yaitu kekudusan, ketaatan, dan kemurnian yang tak bercela. Sebagai orang-orang berdosa, karena kodrat dan pilihan, kita tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi tuntutan Allah; hanya Yesus, yang tidak berdosa, memenuhi seluruh persyaratan Allah dan memiliki surat kepercayaan ini.

 

            Bandingakan dengan Islam. Alquran mengajarkan bahwa orang-orang berdosa melakukan dosa tetapi mereka tidak berdosa. Dosa lebih merupakan suatu tindakan ketidaktaatan kepada Allah dari pada bukti dari sebuah hubungan dengan Allah yang hancur. Dalam Islam, Allah tidak perlu menebus manusia, karena anda membayar dosa anda sendiri secara pribadi. Bahkan yang lebih buruk, anda dapat menutupi perbuatan-perbuatan buruk anda dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik. Menurut saya adalah seperti ini: Jika seandainya perbuatan buruk dapat ditutupi dengan perbuatan baik lalu apakah hal ini juga berarti pikiran buruk dapat ditutupi dengan pikiran baik? Dalam satu hari perbuatan perbuatan yang kita lakukan lebih banyak yang buruk atau yang baik? Yang kita pikirkan lebih banyak yang buruk atau yang baik? Mari kita jangan membohongi diri sendiri! Orang berdosa tidak akan pernah dapat menghapus dosanya sendiri, kita tidak dapat membersihkan lantai kotor dengan kain dan air yang kotor! Jangan pernah berpikir bahwa kebaikkan saya 100 Kg dan dosa saya 50 Kg, jadi pasti saya masuk sorga!

 

Kekeristenan mengajarkan bahwa dosa adalah sesuatu yang sangat serius dan kekudusan Allah begitu menuntut sehingga Yang Maha Kuasa tidak dapat tidak memperhatikan dosa. Kekeristenan sependapat dengan Islam bahwa dosa harus dibayar; juga sependapat bahwa jiwa yang berdosa harus mati. Tetapi kekeristenan melanjutkan mengatakan bahwa semuanya akan mati jika Allah hanya memberikan keadilan kepada kita, karena tidak seorangpun yang benar, tidak satu pun. Masalahnya adalah bahwa orang-orang berdosa tidak dapat membayar dosa-dosa mereka; hanya pengganti yang kudus yang dapat melakukannya. Keselamatan dalam Yesus Kristus adalah sebuah pemberian cuma-cuma yang tersedia melalui pengorbanan dan kemenangan Yesus. Oleh sebab itu sebagai orang-orang yang telah dimerdekakan dari hukum dosa kita harus berusaha menjaga kekudusan hidup kita sampai hari kedatangan Tuhan Yesus, rasul Paulus mengatakan "tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih." (Gal.5: 13). Jadi, jika kita mengakudosa kita maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.(1 Yoh.1: 9)  

 

 

C. Injil Tomas

 

            Injil Tomas ditulis oleh pengikut ajaran Gnostik pada abad ke-2 sekitar tahun 140 M. Pada tahun 1945 di Nag Hammadi ditemukan tiga fragmen berisikan perkataan Yesus yang ada diantara tulisan-tulisan penting, dan ternyata itu merupakan bagian dari injil Tomas yang lengkap. Apabila dilihat secara sepintas, injil ini memiliki kemiripan dengan ketiga Injil Sinoptik Kanonik (Matius, Markus, Lukas) hal ini dikarenakan dari 114 perkataan Yesus tanpa cerita yang berkelanjutan dalam injil Tomas, beberapa diantaranya sangat berdekatan dengan yang terdapat dalam Injil-injil Sinoptik Kanonik, beberapa lagi sangat berbeda dan lima diantaranya dinyatakan asli. Bukti dari penyesuaian perumpamaan Yesus kepada pikiran Gnostik, dinyatakan dalam hal perumpamaan itu dijadikan wahana dari ajaran Gnostik yang hanya terbuka untuk kalangan dalam yang terbatas. Penulis injil ini rupanya mengadaptasi Injil-injil Sinoptik dan kemungkinan juga Injil Yohanes lalu menyesuaikannya dengan ajaran-ajaran Gnostik.

 

Berikut ini adalah beberapa hal yang menjadi tujuan utama injil Yudas:

 

1.   Menyatakan bahwa kehidupan kekal tidak ada di dalam nama Yesus Kristus.

 

Dalam kepercayaan Gnostik, Kristus bersama-sama dengan orang-orang percaya yang benar, mempunyai suatu pengetahuan (gnosis) rahasia, yang memampukan mereka dibebaskan dari kejahatan-kejahatan dunia ini. Dan apabila ditelaah lebih dalam, ungkapan-ungkapan dalam injil Tomas cocok dengan kepercayan itu, yaitu bahwa kehidupan kekal dapat diperoleh melalui pemahaman arti sesungguhnya dari apa yang ditulis oleh Tomas, dan ucapan-ucapan itu bersifat rahasia.perkataan-perkataan itulah yang menyelamatkan dan bukan kematian dan kebangkitan Yesus dari antara orang mati.

 

2.   Menyangkal kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.

 

Menurut injil Tomas, Menggambarkan Yesus sebagai seorang pengungkap ajaran rahasia yang membawa keselamatan melalui ajarannya seorang.keselamatan adalah berasal dari ajaran yang bersifat rahasia yang diajarkan Yesus. Kesimpulannya adalah: keselamatan tidak diperoleh melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus tetapi melalui ajaran rahasia yang disampaikan oleh Yesus. Jadi, injil ini hanya menggambarkan Yesus sekedar sebagai seorang guru yang mengajarkan suatu ajaran tertentu bukan sebagai Tuhan yang mempersembahkan diri-Nya untuk menebus dosa manusia.

 

3. Mendukung kaum biseksual, kaum lesbian dan homoseksual.

 

            Penulis injil ini bukan hanya menyangkal akan ketuhanan Yesus Kristus tetapi si penulis tampaknya juga mendukung kaum biseksual, lesbian dan homoseksual. Hal ini terlihat jelas dalam ucapan terakhir Yesus yang aneh:

           

"Setiap wanita yang menjadikan dirinya pria akan masuk ke dalam kerajaan sorga." (injil Tomas 114)

 

            Dalam 1 Korintus 11: 7, firman Tuhan mengatakan: "Sebab laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya: ia menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah. Tetapi perempuan menyinarkan kemuliaan laki-laki". Dalam 1 Korintus 11: 2-16, rasul Paulus menekankan bahwa laki-laki tidak perlu menudungi kepalanya karena ia menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah sedangkan berambut panjang adalah hiasan dan penudung kepala wanita. Paulus di sini berbicara tentang kesetaraan tiap-tiap anggota jemaat di hadapan Tuhan seperti apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus dalam Matius 12: 50, "Sebab siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan…". Tuhan Yesus mengasihi kita semua yang adalah ahli-ahli waris kerajaan sorga. Rasul Paulus mengingatkan jemaat di Korintus bahwa: "Namun demikian, dalam Tuhan tidak ada perempuan tanpa laki-laki dan tidak ada laki-laki tanpa perempuan. Sebab sama seperti perempuan berasal dari laki-laki demikian pula laki-laki dilahirkan oleh perempuan; dan segala sesuatu bersasal dari Allah."(1 Kor 11: 11-12). Kaum pria memang lebih akurat untuk menyinarkan gambaran dan kemuliaan Allah dibandingkan kaum perempuan, sebab laki-laki tidak berasal dari perempuan tetapi perempuan berasal dari laki-laki dan di mata Tuhan Yesus kedua berhak atas kerajaan sorga. Jadi, hal ini bukan berarti hanya kaum pria lah yang dapat masuk ke dalam sorga.

 

Agaknya penulis injil ini tahu tentang isi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang akhirnya di ubah menurut pengertiannya yang sesat. Berdasarkan kutipan injil Tomas 114 diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa injil ini sangat melecehkan derajat kaum wanita karena mengharuskan seorang wanita untuk berlaku seperti halnya pria. Jadi, hal ini mengarah pada satu kenyataan yang mengerikan yaitu bahwa seorang wanita atau pria diperbolehkan berhubungan intim dengan sesama jenisnya (disebut: lesbian dan homoseks) sekaligus dengan lawan jenisnya (disebut: biseksual). Hal ini bertentangan sekali dengan ajaran Alkitab yang menyatakan dengan jelas menggambarkan bagaimana Allah menghukum penduduk Sodom dan Gomora yang melakukan penyimpangan seksual (Kej. 19) dan juga dengan tegas rasul Paulus berkata "Janganlah sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit,…tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah." (1 Kor.6: 9-10).       

 

 

D. Injil Yudas

 

            Penemuan terbaru injil Yudas, dan pemberitaannya yang populer oleh National Geographic Society pada Paskah 2006, menurut kolumnis Washington Post E.J Dionne Jr. adalah "sebuah kisah lama yang diputarbalikkan secara dramatis." Menurut injil Yudas, Yudas Iskariot menyerahkan Yesus kepada orang-orang yang berotoritas karena Yesus menginginkan dia untuk melakukannya, dan karena Yesus ingin melarikan diri dari dunia materi (yang fana). Yesus ingin meneruskan kematian-Nya dan Yudas melakukan kebaikan bagi-Nya dengan mempercepat prosesnya. Dibawah ini merupakan inti dari pengajaran injil Yudas :

 

"Yesus berkata kepada Yudas,'Kamu akan menjadi yang ketiga belas, dan kamu akan dikutuk oleh generasi-generasi lainnya dan kamu akan memerintah mereka…'

 

"Yesus berkata kepada Yudas,'Datanglah supaya Aku dapat mengajarkan kepadamu rahasia-rahasia yang tidak seorangpun pernah lihat."

 

"Kamu akan mengorbankan orang yang menjubahi Aku."

 

            Pernyataan terakhir diatas merupakan inti dari injil Yudas. Tubuh Yesus menutupi diri-Nya yang sebenarnya, yaitu roh-Nya yang rindu untuk kembali kepada tuhan. Akibatnya tubuh perlu dikorbankan dengan tujuan untuk membebaskan jiwa. Dengan mengkhianati Yesus, Yudas membantu Yesus meneruskan kebebasan yang akan terjadi pada roh-Nya setelah penyaliban. Dunia ini, menurut Gnostik adalah sebuah penjara, lalu mengapa Yesus mau dibangkitkan dan kembali ke penjara? Dan untuk hal itu, mengapa gereja harus terlibat dalam bentuk misi apapun? jika dunia ini adalah sebuah tempat rasa sakit dan pendetitaan, harapan kita satu-satunya adalah meninggalkanya.

 

Berikut ini adalah beberapa hal yang menjadi tujuan utama injil Yudas:

 

1. Menyangkal Yesus Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan.

2. Tidak mengakui adanya kebangkitan tubuh.

3. Keselamatan dapat dicapai dengan mematikan tubuh jasmani (dengan sengaja).

4. Mematikan tubuh jasmani (dengan sengaja) adalah melakukan kemauan Tuhan.

5. Dunia ini adalah neraka sesungguhnya.

 

            Apabila kita memperhatikan pernyataan diatas dengan seksama terutama no.3 dan no.4, agaknya sama dengan konsep jihad dalam doktrin agama Islam. Orang Muslim mengatakan bahwa makna jihad berarti berperang untuk membela agama Allah dan mereka percaya bahwa seseorang yang mati dalam jihad rohnya akan langsung menuju sorga karena menurut mereka itulah konsep keselamatan yang sesungguhnya. Jihad agaknya menyuarakan dengan yang sangat jelas gabungan konsep perang dan keselamatan versi injil Yudas yang secara gamblang berkata: "tubuh jasmanimu harus segera dimatikan dalam pertempuran untuk datang kepada Tuhan dengan begitu engkau sesungguhnya telah melakukan kebaikan bagi-Nya". Dia dalam Alquran, Muhammad sendiri mengatakan bahwa dia tidak yakin akan keselamatan kekalnya. Hanya oleh meninggal dalam jihadlah seseorang dijamin langsung memasuki firdaus (sorga) dan dinyatakan bahwa seorang pria yang mati syahid dalam jihad akan mendapatkan 60 perawan atau lebih di sorga. 

 

            Ergun Mehmet Caner, yang dibesarkan sebagai Muslim tetapi kemudian menjadi seorang Kristen, mengatakan bahwa konsep pencurahan darah untuk penebusan bukanlah sebuah ide yang baru bagi orang-orang Muslim. Dia menuliskan bahwa ketika kita menjelaskan tentang Yesus yang mencurahkan darah, seorang Muslim berkata, "Kami percaya dengan penebusan. Kami percaya dengan darah! Perbedaannya adalah bahwa kami mempercayainya oleh karena pencurahan darah kamilah kami membeli pengampunan kami. Kami percaya darah kami membeli jaminan kekal kami. Inilah konsep jihad yaitu mati sebagai martir di dalam sebuah fatwa yang dinyatakan." Apa yang tidak dipahami oleh orang-orang Muslim, ujar Caner, adalah bahwa Yesus Kristus telah mati mencurahkan darah-Nya menggantikan kita. Jadi, Islam adalah sebuah agama di mana Allah membutuhkan anda untuk mengirimkan anak anda untuk mati bagi-Nya. Kekeristenan adalah sebuah iman di mana Allah mengirimkan Anak-Nya untuk mati bagi anda. Bukankah Abraham tidak diperbolehkan Allah untuk mengorbankan darah seorang manusia yang adalah anak kesayangannya sendiri, melainkan Allah menyediakan korban pengganti berupa seekor anak domba? Demikian jugalah Allah menyediakan Yesus Kristus yang disebut Anak Domba Allah untuk mengganti tempat umat manusia yang berdosa dengan menaggung hukuman mereka di kayu salib.

 

            Martir (syahid), dalam bahasa Yunani berarti 'saksi'. Jadi martir adalah seorang yang bersaksi tentang iman kepada Kristus melalui kematiaannya, seperti Stefanus (Kis.7: 60; 22: 20). Para saksi yang mati untuk Yesus juga dipuji (wah.17: 6). Dalam kekeristenan mati martir (syahid) adalah mati oleh karena bersaksi dan mengabarkan Injil damai sejahtera kepada orang-orang yang menentangnya bukannya memerangi orang-orang tersebut. Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu. Janganlah ada di antara kamu yang harus menderita sebagai pembunuh atau pencuri atau penjahat, atau pengacau (1Petrus 4: 14-15). 

 

            Injil Yudas disajikan seolah-olah itu setara dengan kisah Alkitab, tetapi kenyataannya injil Yudas ditulis ratusan tahun setelah sejarah Yesus dan Yudas yang menjalani daerah-daerah di Yudea. Keberadaan injil Yudas diketahui oleh Irenaeus ketika ia menulis Against Heresis sekitar tahun 180 M, yang didalamnya ia mengatakan bahwa dokumen tersebut menyajikan Yudas sebagai seorang yang "sendirian, mengetahui kebenaran yang tidak diketahui oleh orang-orang lainnya, menyelesaikan misteri pengkhianatan; olehnya segala sesuatu, baik duniawi maupun sorgawi, dibuat bingung". Mereka memproduksi suatu karya yang dipalsukan, yang mereka beri nama injil Yudas. Dokumen Yudas merupakan bagian dari kumpulan karya sastra Gnostik yang lebih luas yang telah mendapatkan perhatian besar dalam beberapa tahun belakangan, terutama dengan kesuksesan The Da Vinci Code. 

 

Ø  Apakah Yudas Iskariot benar-benar melakukan suatu kebaikan dengan mengkhianati Yesus yang berarti ia telah menggenapi nubuatan Yesus?

 

Alkitab menyatakan bahwa Yudas adalah orang yang tamak (Yoh.12: 5), ia juga seorang pencuri (Yoh. 12: 6) dan bagaimanapun juga ia disebut "anak neraka" (Yoh.17: 12, KJV). Hal itu apakah berarti Petrus juga melakukakan kebaikan dengan menyangkal Yesus tiga kali?

 

Yesus berkata kepadannya (Petrus) "sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali". Petrus berkata "Sekalipun aku harus mati bersama-sama Engkau, aku takkan menyangkal Engkau."(Mat.26: 31-35)

 

            Yesus mengatakan dengan sangat jelas bahwa Petrus akan menyangkal-Nya tiga kali sebelum ayam berkokok tetapi Petrus tampaknya ingin meyakinkan Yesus bahwa apa yang dikatakan-Nya tidaklah benar, dengan rasa percaya diri ia berkata dengan lantang bahwa ia rela mati daripada menyangkal Tuhannya. Kemudian apakah yang terjadi? Pada malam itu juga Petrus menyangkal Yesus tiga kali sebelum ayam berkokok seperti apa yang telah dikatakan Yesus sebelumnya! Bukan hanya menyangkal-Nya tetapi juga mengutuk-Nya! setelah itu ia pergi menangis dengan sedihnya (Mat.26:69-75). Petrus dengan sadar menyangkal Yesus dan ia juga dengan sadar bahwa itu bukanlah suatu kebaikan oleh karena itu ia menangis.

 

Demikian juga halnya dengan Yudas Iskariot, pada malam yang sama, ia telah mendengar terlebih dahulu perkataan Yesus bahwa Ia akan dikhianati oleh salah seorang murid-Nya. Ketika Yesus memberitahukan hal itu, seorang demi seorang murid-Nya berkata "Bukan aku, ya Tuhan?" (Mat.26: 21-22). Hal ini berarti bahwa seperti kesebelas murid lainnya, Yudas juga mengucapkan hal yang sama "Bukan aku, ya Tuhan?" padahal sebelumnya secara sadar ia telah menjual Yesus dengan tiga puluh uang perak dan merancangkan pengkhianatan itu dalam hatinya. Tetapi Yesus mengetahui rencana dalam hati Yudas, oleh sebab itu setelah Yudas kerasukan Iblis, Yesus berkata kepadanya "Apa yang hendak engkau perbuat perbuatlah dengan segera", maksud dari perkataan ini adalah Yesus memastikan bahwa rencana jahat Iblis melalui pilihan Yudas yang jahat akan segera dilaksanakan, hal ini bukan berarti Yesus menyetujui dan mendukung rencana jahat Yudas seperti yang dinyatakan dalam injil Yudas.

 

Jangan salah mengerti, kita tidak pernah mengerjakan kebaikan bagi Tuhan ketika kita melakukan hal yang jahat, bahkan ketika kehendak Tuhan sedang dilaksanakan. Ternyata Yudas Iskariot bukan hanya seorang yang tamak akan uang ataupun pencuri tetapi juga "serigala berbulu domba". Kemudian apakah yang terjadi? Yudas datang dengan membawa orang-orang suruhan untuk menagkap Yesus di taman Getsemani. Namun setelah Yudas melihat bahwa Yesus dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia dan berkata "Aku telah berdosa dengan menyerahkan darah orang yang tak bersalah." Setelah itu Yudas pergi dan mati gantung diri (Yoh.27: 3-5). Ternyata, Yudas sendiri menyadari bahwa apa yang telah dilakukannya bukanlah suatu kebaikan melainkan kejahatan. 

 

Penyangkalan Petrus dan pengkhianatan Yudas sudah di beritahukan oleh Yesus sebelumnya namun kenyataannya apa yang dikatakan Yesus pada akhirnya terjadi juga. Penyangkalan dan pengkhianatan mereka terhadap Yesus adalah suatu kejahatan buktinya mereka secara sadar menyesali perbuatannya. Penyangkalan merupakan suatu bentuk pengkhianatan dan pengkhianatan berarti juga merupakan bagian dari penyangkalan, dengan kata lain Petrus dapat dikatakan juga sebagai pengkhianat seperti Yudas. Yesus berkata "Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di Sorga" (Mat.10: 33). Pada malam yang sama Petrus dan Yudas berada dalam posisi yang sama pula yaitu sebagai orang yang telah murtad dari kebenaran! Akan tetapi Petrus memilih jalan pertobatan sedangkan Yudas memilih jalan kegelapan yaitu dengan membunuh dirinya sendiri. Mengambil nyawa seseorang adalah hak Tuhan, jadi pilihan Yudas mengakhiri dirinya sendiri adalah merupakan sikap yang menunjukkan suatu pemberontakan terhadap kedaulatan kuasa Tuhan. Petrus dan Yudas adalah dua orang murid Yesus yang sama-sama telah melakukan dosa namun memiliki akhir hidup yang berbeda, Petrus mati sebagai seorang martir bagi tegaknya Injil kerajaan Allah sedangkan Yudas mati sebagai seorang yang murtad dari jalan Tuhan.

 

Dengan kata lain, Yudas Iskariot tidak melakukan kebaikan apapun melalui pengkhianatannya, demikian juga halnya Petrus tidak melakukan kebaikan dari tiga kali penyangkalannya akan tetapi Petrus mau datang kepada Tuhan Yesus dengan kerendahan hati iman untuk memohon belas kasihan dan pemulihan dari Yesus. Sesudah kebangkitan-Nya dari antara orang mati, Yesus memulihkan keadaan rohani Petrus dengan bertanya kepada Petrus tiga kali "Apakah engkau mengasihi Aku?" lalu Petrus menjawab-Nya dua kali dengan berkata "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau."tetapi saat ia mejawab untuk yang ketiga kalinya Petrus merasa sedih lalu ia berkata "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau."dan setelah itu Yesus memberi tanggung jawab kepada Petrus untuk melayani Yesus dengan menggembalakan jemaat Allah (Yoh. 21: 15-19). Jadi, yang menentukan disini bukanlah awal dari kehidupan seseorang yang beriman di dalam Tuhan Yesus melainkan akhir dari kehidupannya. Sebagai orang Kristen, kita harus selalu waspada dan bertekun agar panggilan kita dalam kasih karunia Kristus semakin teguh sampai hari kedatangan-Nya.

 

Dr. Erwin Lutzer dalam bukunya mengatakan bahwa "Bagi banyak penulis Gnostik, pahlawan-pahlawan mereka adalah mereka yang menetang Tuhan (Kain, para pria dari Sodom dan Gomora), orang-orang yang melihat kebenaran dan memahami rahasia yang diperlukan untuk keselamatan. Para penulis memfitnah Tuhan Pencipta di dalam Perjanjian Baru, yang mana mereka melihat-Nya sebagai seorang pemberontak yang menumpahkan darah dan seorang yang bodoh. Tidaklah mengherankan jika mereka memilih Yudas menjadi salah satu pahlawan mereka."       

 

 

 

E. Injil Barnabas

 

            Injil barnabas adalah injil palsu abad pertengahan (abad ke-15), injil Palsu ini bukan ditulis oleh Barnabas kawan sekerja rasul Paulus tetapi merupakan sebuah karya seorang Kristen (penganut Gnostik) yang berpindah agama sebagai Islam, yang mengaku menyampaikan pengajaran Yesus yang rahasia. Kitab ini terdiri dari 222 pasal dan mengklaim bahwa Yesus tidak disalibkan karena telah digantikan oleh Yudas. Kitab injil palsu ini juga mengklaim bahwa Yesus menubuatkan kedatangan Muhammad dan menyatakan bahwa Yudaslah yang disalibkan. Pernyataan mengenai Yudas yang disalibkan ini sebenarnya berasal dari teks Gnostik The apocalypse of Peter (Wahyu Petrus) pada abad kedua. Jadi, pada dasarnya isi dari kitab ini sangat bertentangan sekali dengan kebenaran Alkitab dan iman kekeristenan.

 

Tujuan dan maksud karya yang diberi nama injil Barnabas ini adalah sebagai berikut :

 

1. Penolakan terhadap Yesus Kristus ('Isa Almasih) sebagai Allah yang telah menjadi manusia.

 

Jawab 'Isa (Yesus) : "Aku adalah 'Isa (Yesus) anak Maria,…seorang manusia fana dan bertakwa kepada Allah."

(injil Barnabas 96: 2)

 

Dimana 'Isa (Yesus) berkata:"…Aku hanya akan disiksa dalam orang lain, karena hukuman itu sesuai bagiku, karena ramai orang memanggilku Allah;…Aku telah mengaku bahwa aku bukan saja bukan Allah…, malah aku mengakui pula, bahwa aku bukanlah Al-Masih itu."

(injil Barnabas 198: 6)

 

Berdasarkan kutipan diatas kita dapat mengetahui 2 hal yaitu: Pertama, penulis injil barnabas menganggap Yesus hanya seorang manusia biasa. Kedua penulis injil ini tidak mengaku bahwa Yesus adalah Allah Yang Maha Kuasa. Masih banyak ucapan-ucapan seperti ini, dimana 'Isa (Yesus) mengaku hanya sebagai manusia biasa dan menyangkal apabila dikatakan atau dianggap sebagai Allah atau Anak Allah (injil Barnabas 93:1-2, 94: 1).

 

2. Penolakan terhadap doktrin Allah Trinitas (Bapa, Anak, Roh Kudus).

 

            Injil ini menolak bahwa Allah yang esa adalah Trinitas yaitu: Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Konsep doktrin injil Barnabas inilah yang akhirnya di imani oleh orang Muslim. Mereka menganggap bahwa Allah itu tidak kawin dan mengawinkan, jadi mengapa harus ada gelar Anak Allah / Putera Allah? . Kita telah mengetahuinya bahwa sebutan Anak Allah (Ben Adam) untuk Yesus berarti bahwa Yesus datang dan berasal dari Allah (Yoh.8: 42), artinya adalah Yesus adalah Allah. Yesus dikatakan pula sebagai Firman Allah yang menjadi manusia (Yoh. 1: 14). Perumpamaannya adalah seperti ini: Apabila saya merekam kata-kata sanjungan ke sebuah kaset untuk kekeasih saya lalu saya memberikannya lalu wow, keesokkan harinya saya melihat sikapnya yang begitu manis terhadap saya hehehe…. Mengapa sikapnya seperti itu ke saya? Itu karena ia telah mendengar kiriman kata-kata sanjungan saya dari rekaman kaset itu. Ia menyukai perkataan saya dalam kaset itu, berarti secara otomatis ia juga menyukai diri saya. Jadi, kata-kata saya adalah wujud diri saya sendiri !!! Demikian juga dengan Allah yang esa, Ia mengirimkan kata-kata-Nya (firman-Nya yang kudus) ke dalam dunia melalui rahim seorang perawan untuk dapat langsung didengarkan oleh umat manusia, Ia adalah Yesus Kristus.

 

Yesus disebut Anak Allah karena Ia adalah Pribadi yang berasal dari dalam diri Allah. Jadi, sebutan Anak Allah artinya bukan hasil dari Allah yang kawin dan mengawinkan !!! Lucu sekali membayangkannya, apabila saya harus kawin dulu baru dapat mengucapkan kata-kata yang berasal dari dalam diri saya lalu mengatakan kepada orang-orang bahwa perkataan saya itu adalah anak dari hasil hubungan saya dengan kekasih saya. Pasti saya akan dianggap sudah tidak waras! Dan apabila suatu hari nanti kekasih saya sudah tidak mempercayai kata-kata saya lagi berarti ia tidak percaya lagi sama diri saya, demikian juga halnya barangsiapa yang tidak percaya kepada Yesus Kristus berarti orang tersebut tidak mempercayai Allah. Lalu apakah itu Roh Kudus? Roh Kudus adalah Roh Allah. Dalam Yoh.4: 24,Yesus berkata "Allah itu Roh…"('R' besar).

 

Trinitas adalah doktrin (pengajaran) Kristen mengenai ketirtunggalan Allah. Kata 'trinitas' memang tidak ada (disebutkan secara eksplisit) dalam Perjanjian Baru, namun kita dapat memahami istilah trinitas ini dengan sangat jelas sekali pada peristiwa pembabtisan Yesus di sungai Yordan (Mrk.1: 9-11), hubungan Yesus dengan Allah Bapa dan Roh Kudus (Yoh.14: 7-10 dan Yoh.16: 13-14) dan perintah terakhir Yesus (Mat.28: 19). Konsep trinitas ini akhirnya dirumuskan pada Konsili Nicea tahun 325 M. Istilah trinitas dihasilkan oleh bapa-bapa gereja mula-mula untuk melawan doktrin-doktin bidat Gnostik. Allah yang Esa dinyatakan sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus, kesemuanya adalah Allah tetapi setiap oknum dibedakan tersendiri.

 

Allah bersifat jamak, tetapi Ia juga bersifat tunggal (satu). Kata Ibrani untuk 'satu' yang digunakan di sini dan berlaku bagi Allah adalah echad. Kata ini menunjukan kesatuan dengan elemen-elemen komponen. Dalam Kejadian 2: 24 , kata yang sama, echad, digunakan lagi: "Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu [echad] daging."  Kata 'echad' yang digunakan disini bukanlah kata untuk kesatuan yang mutlak tidak dapat dibagi, yaitu yachid. Kata Ibrani yang digunakan dalam ayat ini, echad, berlaku bagi pernikahan. Ini menggambarkan suatu kesatuan yang terdiri dari dua pribadi yang berbeda dipersatukan. Namun, dalam pemwahyuan Allah yang alkitabiah, bukan dua, melainkan tiga Pribadi yang disatukan untuk menghasilkan kesatuan (Esa), yaitu kesatuan di mana juga ada kemajemukan.

 

Jadi, orang Kristen menyembah Tuhan yang Esa (monoteisme) bukan banyak tuhan (politeisme) dan pernikahan Kristen adalah pernikahan monogami bukan poligami. Pada masa jemaat mula-mula, orang-orang Yahudi menuduh kalau orang Kristen telah meninggalkan monoteisme karena menyembah Yesus dan agaknya pemikiran yang sangat keliru ini tampaknya juga melekat pada orang-orang Muslim.

 

 

Dibawah ini adalah pernyataan-pernyataan yang mengungkap Pribadi Allah yang sebenarnya, bahwa sesungguhnya Allah yang esa adalah Bapa, Anak (Yesus) dan Roh Kudus.

 

1.Yesus adalah Firman dan Firman itu adalah Allah (Yoh. 1: 1),

2.Yesus dikandung dari Roh Kudus (Luk.1: 35),

3.Yesus memanggil Allah sebagai Bapa (Yoh.5: 18),

4.Yesus berkata bahwa Allah adalah Roh (Yoh.4 : 24),

5.Yesus menyebut Allah adalah Esa (Mrk.12: 29),

6.Yesus mengatakan dengan tegas bahwa Ia dan Bapa adalah satu (Yoh.10: 30).

 

            Seperti perumpamaan yang telah saya berikan, saya dapat merekam kata-kata saya ke dalam kaset karena dalam diri saya terdapat roh ('r' kecil). Jadi, kalau saya tidak mempunyai roh maka saya tidak dapat berkata-kata secara lisan maupun tulisan. Artinya tubuh orang yang mati tidak dapat berkata-kata. Seperti halnya Allah, manusia juga memiliki sifat trinitas yaitu: Tubuh, jiwa dan roh. Tubuh adalah badan jasmani yang dapat dilihat dari luar ; jiwa adalah perkataan, tingkah laku dan perasaan; roh adalah badan rohani yang tak terlihat dalam diri manusia. Kenapa manusia memiliki sifat trinitas seperti Allah? Karena pada mulanya manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah (Kej.1: 26).

 

3.  Penolakan terhadap Ishak sebagai anak yang dijanjikan Allah bagi Abraham.

 

            Penulis injil ini menganggap bahwa Ishak bukanlah anak perjanjian tetapi Ismael. Hal ini terdapat dalam percakapan antara Yakobus dan Andreas dengan 'Isa (Yesus).

 

Yakobus menjawab: "Oh guru, ceritakanlah kepada kami dalam (keturunan) siapakah perjanjian ini dibuat, karena bangsa Yahudi mengatakan; dalam keturunan Ishak dan keturunan Ismail pula mengatakannya; dalam keturunan Ismail."(injil Barnabas 43: 6)

 

'Isa (Yesus) menjawab: "Berimanlah kepadaku, karena dengan sesungguhnya aku katakana kepadamu, bahwa perjanjian itu telah dibuat dengan Ismail, bukan dengan Ishak." 

 

            Berdasarkan percakapan dalam injil Barnabas diatas, tampaknya Yakobus bingung mengenai hal kepada siapakah perjanjian Allah dengan Abraham diturunkan, kepada Ishak atau Ismael? Lalu 'Isa (Yesus) mengatakan bahwa Ismaellah anak perjanjian itu. Kelima buku pertama dari Perjanjian Lama (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan) disebut Pentateukh, secara tradisional dipandang sebagai kitab Musa. Pentateukh juga dikenal sebagai Hukum Musa (Taurat). Dalam kitab pertama Pentateukh yaitu kitab Kejadian (Genesis) pasal 16,17,21-22, tertulis bahwa Allah menyatakan bahwa yang akan disebut keturunan Abraham ialah yang berasal dari Ishak (Kej. 21: 12).

 

Ismael adalah anak Abraham yang dilahirkan oleh perempuan Mesir yang bernama Hagar, ia adalah seorang gundik (selir) sedangkan Ishak adalah anak Abraham dari Istrinya, Sarah. Setelah Ishak lahir Abraham mengusir Hagar dan Ismael oleh karena saran Sarah yang akhirnya diizinkan Allah. Secara biologis, Ismael juga adalah anak Abraham meskipun ia bukan anak perjanjian, ketika Hagar dan Ismail yang hampir mati kehausan di padang gurun Bersyeba, Allah berfirman kepada Hagar bahwa Ismael juga akan menjadi bangsa yang besar lalu akhirnya Allah membuka mata Hagar sehingga ia melihat sebuah sumur sehingga Ismael bisa minum, setelah dewasa Ismael tinggal di padang gurun Paran dan memiliki isteri dari Mesir (Kej. 21: 15-21).

 

Allah mengasihi umat manusia baik itu keturunan Ishak sebagai anak perjanjian maupun Ismael, dan sebenarnya keturunan yang dijanjikan oleh Allah kepada Abraham yang diteruskan kepada Ishak dan Yakub adalah mengenai kedatangan Yesus Kristus Sang Juruselamat dunia. Ishak memperanakkan Yakub (Israel) lalu melalui keturunan merekalah Yesus Kristus datang ke dalam dunia. Orang Muslim menganggap bahwa Ismael lah yang ingin disembelih oleh Abraham  padahal sebenarnya adalah Ishak karena peristiwa itu terjadi setelah Hagar dan Ismael diusir oleh Abraham, lagipula alasan mengapa Allah ingin menguji iman Abraham adalah apakah Abraham mau mengorbankan anak yang akan disebut keturunannya yaitu Ishak demi ketaatannya kepada Allah. Namun selanjutnya, ketika Abraham bersiap-siap menyembelih Ishak, Allah berseru agar Abraham jangan melakukannya lalu akhirnya Allah menggantikan Ishak dengan seekor domba jantan agar Abraham mengorbankannya bagi Allah.

 

Gunung Moria adalah tempat dimana Abraham ingin mengorbankan Ishak namun akhirnya digantikan oleh seekor anak domba jantan (Kej 22: 2). Gunung Moria di Yerusalem adalah tempat dimana Salomo membangun Bait Allah (2 Taw 3: 1). Gunung Moria di Yerusalem adalah tempat dimana Yesus Kristus, Anak Domba Allah, disalibkan dan mati. Pentateukh ditulis oleh Musa "1400 tahun sebelum kedatangan Yesus Kristus sedangkan Alquran ada beberapa abad setelah era Yesus Kristus, Jadi sangatlah tidak masuk akal apabila Alquran mengatakan bahwa Ismael ialah anak perjanjian padahal pada 1400 tahun sebelum era Yesus, Musa menulis bahwa Ishaklah anak perjanjian itu, buktinya adalah Yesus Kristus datang ke dunia melalui garis keturunan Abraham, Ishak dan Yakub. Jadi, tampaknya penulis injil Barnabas ini telah merampas isi Perjanjian Lama, lalu ia merubah konteksnya secara drastis untuk mengokohkan Alquran sebagai wahyu dari Allah, Muhammad adalah utusan Allah dan menyatakan kalau bangsa Arab adalah bangsa pilihan Allah. Tuhan Yesus Kristus berkata "Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal (Allah tritunggal), sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi."(Yoh.4: 22).

 

Banyak orang beragama mengklaim bahwa dirinya adalah keturunan Abraham, seperti halnya orang-orang Yahudi yang mengatakan juga kepada Yesus bahwa mereka adalah keturunan Abraham akan tetapi Yesus berkata kepada mereka bahwa jika mereka adalah anak-anak Abraham tentu mereka mengerjakan pekerjaan yang dilakukan oleh Abraham akan tetapi pekerjaan mereka adalah berusaha untuk membunuh Yesus padahal Yesus mengatakan kebenaran yang didengar dari Allah (Yoh.8: 37-42). Inilah sekarang kesalahan yang sama dilakukan oleh orang-orang beragama di dunia ini. Orang beragama di dunia ini mengatakan bahwa agama mereka adalah warisan dari Abraham akan tetapi pekerjaan-pekerjaan yang mereka lakukan adalah menolak Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Pekerjaan-pekerjaan demikian adalah berasal dari Iblis. Yohanes Pembabtis mengatakan dengan tegas bahwa "Janganlah berpikir dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini!(Luk.3: 8). Jadi, barangsiapa yang percaya kepada kebenaran di dalam Yesus Kristus dan melakukan kehendak Allah dengan saling mengasihi, ia adalah anak-anak Abraham. Agama tidak dapat memberikan kehidupan kekal, hanya Yesus Kristus lah yang dapat memberikan kehidupan kekal bagi manusia. Dan Jikalau kamu milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak menerima janji Allah (Galatia 3: 29).

 

4. Menguatkan dan mengamini bahwa Muhammad adalah nabi.

 

            Penulis injil ini menganggap bahwa 'Isa (Yesus) menubuatkan kedatangan Muhammad dan meyatakan bahwa Muhammad adalah seorang nabi.  Hal ini dapat dilihat dengan jelas dari pernyataan yang diletakkan pada "mulut 'Isa (Yesus)", seakan-akan 'Isa lah yang bersabda:

           

Tetapi Al-Masih (Mesias) yang datang itu adalah pesuruh Allah yang terpuji ialah "Ahmad" (Muhammad). (injil Barnabas 97:10; 220:8)

 

Bahwa janji Allah itu akan lahir daripada keturunan Ismael dan bukan daripada keturunan Ishak. (injil Barnabas 43: 10).

 

            Melalui dua kutipan injil Barnabas diatas, kita dapat mengetahui dengan jelas bahwa sesungguhnya si penulis menyatakan seakan-akan Muhammad adalah sebagai Mesias atau seseorang yang telah dipilh Allah sebagai utusan dan nabi Allah yang terpuji melalui garis keturunan Abraham. Namun sesungguhnya akhir hidup Muhammad sangat tragis, ia diracuni oleh salah satu dari isteri-isterinya dan bahkan ia sendiri tidak yakin akan masuk Sorga oleh karena itu sebelum meninggal ia memanggil semua sanak saudaranya untuk mendoakannya dengan maksud memohon keselamatan. Dalam hal pengajaran sesat, Tuhan Yesus Kristus berkata "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar sebagai domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas... Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka " (Mat.7: 15; 20). Tuhan Yesus mengatakan bahwa dari buahnyalah kita dapat mengenal nabi palsu, sebab tidak mungkin pohon yang baik menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang baik. Jadi, nabi palsu pasti akan mengasilkan pengajaran palsu atau firman Allah palsu.

 

            Dalam Perjanjian Lama, Allah mengutus para nabi untuk menyampaikan firman-Nya hal ini dikarenakan apabila seseorang langsung mendengar suara Allah tanpa melalui perantaraan nabi yang telah dipilih menurut kehendak-Nya, manusia itu pasti langsung mati. Namun dalam Perjanjian Baru, Allah telah menyatakan jati diri-Nya dan dapat langsung berfirman kepada tiap-tiap orang karena Ia telah datang sebagai manusia Yesus Kristus. Apakah Yesus adalah nabi? Ya, karena Ia menyampaikan kebenaran firman Allah seperti halnya nabi-nabi dalam Perjanjian Lama. Dan apakah Yesus adalah Tuhan? Ya. Karena Ia adalah gambar wujud Allah yang datang sebagai manusia.

 

5. Membela dan mempertahankan Islam.

 

            Dalam injil Barnabas ini, si penulis membela dan mempertahankan ajaran Islam yang menyangkal tentang Allah trinitas (Bapa, Anak dan Roh Kudus) dan menyatakan bahwa Muhammad adalah yang diutus Allah. Hal tersebut tampak dengan jelas pada kutipan di bawah ini:

            "…mahu tidak mahu harus ada saru Allah…"

            (injil Barnabas 29: 2)

 

            "Aku adalah Allah sendiri, dan tidak ada Allah lain kecuali Aku…"

            (injil Barnabas 29: 15)

 

"…Cuma hanyalah Allah Yang Maha Esa dan Muhammad adalah pesuruh Allah…"

(injil Barnabas 39: 3,5 dan 41:14)

 

            Pada dasarnya bunyi ketiga kutipan diatas adalah cenderung memperlihatkan ajaran keislaman yang menyatakan "Bahwasanya Allah itu hanya satu, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, maka tidak ada ilah (Allah) lain selain Allah (Aku), dan Muhammad itu adalah rasul Allah". Ayat ini adalah seperti dengan ayat kalimat syahadat bagi kaum Muslim yaitu: "Aku bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi Muhammad adalah rasul Allah". Jadi, kita dapat menyimpulkan bahwa injil Barnabas memang dibuat untuk mendukung ajaran Islam yang secara tegas menyatakan bahwa Yesus Kristus bukanlah Anak Allah yang telah datang ke dalam dunia dan juga menyangkal bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat dunia. Sebagai umat pilihan Allah kita tidak perlu heran dengan hal ini, karena sebelum ajaran ini muncul, Roh Kudus melalui perantaraan rasul Yohanes telah menyatakannya terlebih dahulu: "Sebab banyak penyesat telah muncul dan pergi ke seluruh dunia, yang tidak mengaku bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia. Itu adalah si penyesat dan antikristus. Setiap orang yang tidak tinggal dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah…"

(2 Yoh.1: 7, 9).

 

 

F. Injil Filipus

 

            Injil Filipus adalah buku ke-2, traktat ke-3, dari keseluruhan 13 buku yang mencakup 52 traktat dalam kepustakaan gnostik Nag Hammadi (ditemukan 1945). Teks Koptik yang ada sekarang ini, yang berasal dari abad ke-4 M, mungkin sekali adalah terjemahan dari teks berbahasa Yunani yang ditulis pada paruhan kedua abad 3 M. Fokus utama pemberitaan injil Filipus bukan Yesus, tetapi aneka ragam pandangan Kristen Gnostik yang dipertahankan mazhab Valentinus (abad 2). Valentinus adalah salah satu bapa ajaran bidat Kristen Gnostik mula-mula.

            Dinamakan injil "Filipus" bisa jadi karena rasul Filipus adalah satu-satunya nama rasul yang disebut dalam injil ini, tetapi hal itu bukan berarti rasul Filipus yang menulis injil ini, karena warna Gnostik dalam injil ini sangat jelas. Meskipun penulisnya di bagian akhir karyanya menyatakan karyanya ini adalah injil ("Injil menurut Filipus"), namun, seperti injil-injil Gnostik lainnya, bentuknya berbeda dari injil-injil Perjanjian Baru. Tidak seperti para penulis injil-injil Perjanjian Baru, penulis injil Filipus tidak memakai kerangka naratif dalam menyusun komposisi injilnya ini; ada banyak tema lepas-lepas yang diajukan injil ini, meskipun dapat dijumpai beberapa tema yang mungkin tanpa direncanakan muncul berulang dalam injil ini, misalnya, arti nama Yesus (injil Filipus 18, 41, 44); keharusan untuk mengalami kebangkitan sebelum seseorang mati (injil Filipus 20, 22, 56, 80); menyalakan terang supaya luput dari kuasa-kuasa spiritual (arkón) yang bermusuhan.

 

Jadi berdasarkan isinya, injil ini adalah karya penulis Gnostik. Meskipun Yesus tidak menjadi perhatian utama, dalam injil Filipus ada tujuh belas ucapan Yesus, dengan sembilan di antaranya adalah kutipan dan tafsiran atas ucapan-ucapan Yesus yang sudah terdapat dalam injil-injil Perjanjian Baru (injil Filipus 16, 22, 62, 65, 79, 93, 105, 107, 110); ucapan-ucapan yang baru (injil Filipus 17, 25, 31, 48, 49, 50, 62, 85) pendek-pendek, enigmatis dan sukar dipahami, dan karenanya paling baik jika ditafsir dari sudut pandang Gnostik. Ada sedikit kisah tentang Yesus dalam injil ini: Ketika Yesus berada di gunung bersama murid-muridnya dalam suatu epifani, ia kelihatan besar di mata murid-muridnya (injil Filipus 24). Di rumah Lewi si tukang celup, Yesus memasukkan tujuh puluh dua pakaian berwarna-warni ke dalam satu tong celup, dan ketika diangkat semuanya berubah menjadi putih (injil Filipus 48). Seperti dikisahkan Rasul Filipus (injil Filipus 81), Yusuf, si tukang kayu, adalah pembuat salib dari batang pohon yang ditanamnya sendiri yang kemudian dipakai untuk menyalibkan Yesus, anaknya sendiri.

 

Tujuan dan maksud karya yang diberi nama injil Filipus ini adalah sebagai berikut :

 

1. Menolak dosa Adam dan Hawa di taman Eden yang menyebabkan maut (kematian) berkuasa atas manusia.


            Tema besar injil Filipus adalah kodrat sakramen-sakramen yang berjumlah lima (baptisan, krisme, ekaristi, penebusan, dan kamar mempelai [injil Filipus 61]), khususnya kodrat sakramen kamar mempelai sebagai sakramen teragung. Seperti dalam injil Tomas, dalam injil Filipus ditegaskan bahwa kematian manusia terjadi karena kodrat androginik Adam (sebagai makhluk maskulin sekaligus feminin) telah ditiadakan ketika Hawa diciptakan dari diri Adam sehingga tercipta dua gender (injil Filipus 64); dan Kristus datang untuk memanunggalkan kembali kedua gender ini supaya manusia tidak mengalami kematian lagi (injil Filipus 71). Reuni ini berlangsung dalam kamar mempelai sakramental (injil Filipus 71) di mana seseorang mendapat kepastian akan memperoleh pasangan surgawinya. Jadi, menurut injil ini, maut berkuasa atas manusia karena Allah telah menghilangkan kodrat feminim dalam diri Adam dengan cara menciptakan Hawa, tampak seolah-olah Iblis tidak bertanggung jawab.

 

Hal tersebut sangat bertentangan sekali dengan kebenaran Alkitab yang menyatakan bahwa sesunggunya maut berkuasa atas manusia oleh karena Adam dan Hawa telah melanggar firman Allah dengan makan buah pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat (Kej 3: 1-24). Agaknya injil ini ingin membenarkan perbuatan jahat Iblis melalui ular, seolah-olah Iblis tidak bersalah atas jatuhnya manusia ke dalam kuasa maut. Dalam Yohanes 8: 43, Tuhan Yesus Kristus mengatakan dengan jelas sekali bahwa Iblis adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta. Berdasarkan perkataan Tuhan Yesus tadi, tentunya kita telah mengerti mengenai beberapa karakter Iblis: pertama, ia adalah pembunuh manusia. Kedua, ia adalah bapa segala dusta. Dengan demikian sangat jelas sekali bahwa tujuan utama injil Filipus ini merupakan jelmaan dari dua karakter Iblis: yaitu membunuh manusia dengan sebuah ajaran dusta sehingga manusia tidak dapat lagi melihat kebenaran dalam nama Tuhan Yesus Kristus sehingga jiwanya diselamatkan dari hukuman kekal.   

             

2. Menganggap bahwa keselamatan dapat dimiliki melalui seks bebas dan poligami.

 

Ditekankan juga dalam injil ini, bahwa sebagaimana Yesus adalah insan kamil, manusia sempurna (injil Filipus 12, 100), orang yang menjadi pengikutnya juga harus menjadi insan kamil, menjadi Kristus (injil Filipus 28, 39, 60, 87,91). Menurut injil ini keselamatan dapat dicapai dengan cara menjadi Kristus, dan hal itu dapat dilakukan dengan menggabungkan kodrat maskulin dengan kodrat feminin. Kodrat maskulin adalah pria, sedangkan feminin adalah wanita, jadi menurut injil ini apabila kedua jenis kodrat ini digabungkan maka manusia akan memiliki kodrat maskulin dan feminim sehingga sama seperti Kristus. Ritual ini berlangsung di kamar mempelai sakramental (injil Filipus 71), yang menjadi fokus utama ritual ini adalah penggabungan kodrat maskulin (pria) dan feminine (wanita) yang mengarah pada hubungan seks tetapi hal ini bukan berarti hanya terbatas antara seorang pria dan seorang wanita saja. Ajaran bidat ini tampaknya sangat mendukung seks bebas dan poligami. Hal ini sangatlah bertentangan dengan ajaran Alkitab, Allah menciptakan perempuan dari tulang rusuk Adam dengan maksud untuk menjadikannya penolong (an help) bagi Adam, kemudian Allah berfirman "sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging."(Kej. 2: 18-24).

 

Menjadi "satu daging" adalah simbol dari lembaga perkawinan. Perkawinan kudus yang dikehendaki Allah adalah antara seorang laki-laki dan seorang perempuan dan melalui sebuah keluarga maka rencana Allah akan terlaksana di bumi ini. Dalam injil Filipus ini kita dapat menangkap dengan jelas hasrat kebencian Iblis yang ingin melecehkan kekudusan perkawinan dengan doktrin yang menyesatkan untuk menghancurkan keharmonisan hubungan keluarga khususnya antara suami dan isteri. Jangan sesat! Orang cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah dan penipu tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah (1 Kor.6: 9-10).

 

Seksualitas adalah karunia Allah yang diberikan-Nya kepada seorang suami dan seorang isteri dalam ikatan perkawinan yang kudus, sebab Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. Alkitab menggambarkan dengan jelas bahwa poligami/poliandri bukanlah kehendak Allah. Raja Daud memiliki banyak isteri, ia adalah seorang raja yang gagah berani dan dia juga pemimpin yang hebat dalam perang namun sayangnya kehidupan rumah tangganya sangatlah kacau dan buruk, sehingga ia banyak sekali mengalami kesesakan dan tekanan dari dalam keluarganya sendiri. Dengan kata lain, bagi raja Daud rumah tangga tampaknya lebih menyusahkan dirinya daripada berada di medan peperangan dengan musuh yang berjumlah beratus-ratus ribu. Hal ini menunjukkan bahwa poligami bukanlah konsep perkawinan yang berdasarkan kehendak Allah sebab Allah memanggil umatnya untuk hidup dalam damai sejahtera.     

 

Allah sangat membenci perceraian (Mal.2: 16) dan firman Tuhan juga berkata "Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan penzinah akan dihakimi Allah."(Ibrani 13: 4). Jika Allah membenci perceraian dan perzinahan (seks bebas) tentunya pasti Iblis menyukai perceraian dan perzinahan. Jadi, meskipun waktunya saat ini telah singkat, Iblis tidak akan berhenti menjerat manusia sebanyak-banyaknya dengan pornografi, kehidupan malam, perjudian, minum keras, okultisme dan kenikamatan duniawi lainnya, intinya agar manusia tidak dapat memiliki sebuah keharmonisan keluarga dan sukacita dalam hidupnya sehingga jiwanya terhilang di dalam kegelapan, karena dalam penghukuman akhir nanti (Wahyu 20: 11-15) Iblis tidak ingin tinggal dalam lautan api kekal sendirian.

 

Jadi, target utama Iblis adalah mengancam keharmonisan keluarga, khususnya keluarga Kristen. Tuhan Yesus Kristus berkata "Barangsiapa berjalan dalam kegelapan, ia tidak tahu kemana ia pergi."(Yoh. 12: 35b). Jangan memandang kekeristenan hanya sebagai suatu agama yang memiliki aturan-aturan, tata ibadah dan hari-hari raya, tetapi yang sesungguhnya adalah kekeristenan memiliki Tuhan Yesus Kristus. Agama boleh banyak tetapi jalan keselamatan hanya ada di dalam nama Tuhan Yesus Kristus.  Dia adalah Tuhan yang menawarkan kehidupan kekal (Yoh.5: 24), kelegaan (Mat.11: 28) dan kasih setia (Yoh.15: 9). Kepada kita secara pribadi, Tuhan Yesus berkata, "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu. Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu." (Yoh.14: 27, 15: 16).                  

 

 

3. Menggambarkan Yesus seperti halnya dewa Yunani.

 

Menurut injil ini, Yesus memiliki tiga perempuan yang selalu bersamanya yang ketiganya bernama Maria (injil Filipus 29); yang terdekat dengannya sebagai kekasihnya atau istrinya adalah Maria Magdalena, yang sering diciumi pada mulutnya (injil Filipus 49) sebagai tindakan ritual untuk menyatukan nafasnya dengan nafas Maria Magdalena atau sebagai langkah awal untuk masuk kedalam hubungan seksual normal keduanya. Tampak jelas sekali bahwa penulis injil ini menggabungkan peristiwa penciptaan Adam dalam kitab Kejadian dan mitos-mitos dewa Yunani. Dalam Kejadian 2: 7, kita membaca "Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup."  Kata "membentuk" umumnya digunakan oleh pembuat tembikar yang membuat bejana dari tanah liat sedangkan kata "menghembuskan" dalam bahasa Ibrani adalah yi-pach, huruf p di tengah di sebut 'plosive' yang berarti bahwa dihasilkan dengan letupan kecil yang disertai hembusan tajam, sedangkan bunyi parau bahasa Ibrani chet, ch pada akhir kata yi-pach, terdiri atas suatu hembusan nafas berkesinambungan yang keluar dari kerongkongan. Jadi, kata yi-pach keseluruhannya menunjukan adanya pengeluaran paksa yang tajam dari nafas yang diikuti dengan aliran udara keluar yang berkesinambungan (dari hidung dan mulut). Jadi, dalam taman itu Allah membentuk manusia dengan tangan-Nya lalu menghembuskan membungkuk dan mendekatkan lubang hidung-Nya ke lubang tanah liat itu, bibir-Nya pada bibir tanah liat itu dan menghembuskan nafas-Nya, manusiapun menjadi makhluk yang hidup.

 

Rupanya penulis curang dalam karya yang disebut injil ini, berangan-angan bahwa tindakan yang dilakukan Yesus terhadap Maria Magdalena dengan menciumi mulutnya adalah seperti apa yang dilakukan Allah terhadap tanah liat yang belum bernyawa dengan menghembuskan nafas-Nya melalui hidung dan mulut tanah liat itu. Khayalan pengarang curang ini berlanjut dengan anggapan yang samar-samar yang menyiratkan bahwa Yesus sama halnya seperti dewa-dewa Yunani yang memiliki hasrat seksual seperti manusia. Menurut saya, hal ini seperti sebuah mitos Yunani dimana dewa Zeus kawin dengan manusia perempuan dan memiliki anak bernama Hercules. Sungguh nyata sekali bahwa agaknya penulis injil Filipus ini adalah seorang yang hidup dalam percabulan dan hawa nafsu jahat lainnya untuk menentang pengenalan akan Allah di dalam nama Yesus Kristus. Jadi, injil Filipus adalah suatu laporan fiktif yang tidak membuktikan kebenaran apapun mengenai cerita-cerita di dalamnya mengenai seseorang yang bernama Yesus.

 

 

G. Injil Ibrani

 

            Injil ini merupakan karya kaum Ebionit yang meniadakan petunjuk-petunjuk mengenai pembuahan dan kelahiran Yesus Kristus melalui seorang perawan muda. Orang Ebion (Ebionit) adalah sekelompok orang Kristen keturunan Yahudi yang terpinggirkan. Pertentangan rasul Paulus dengan orang-orang Kristen Yahudi yang diungkapkan dengan jelas dalam surat Galatia tidak mengakhiri cara hidup dan cara berfikir mereka. Setelah keruntuhan Yerusalem (70 M), si Siria ditemukan sejumlah kecil orang Kristen dengan pandangan serupa, yakni kaum Ebion, yang terus merayakan hari Sabat dan adat istiadat Yahudi lainnya. Bapa gereja mula-mula, Irenaeus, menyesalkan penolakan mereka terhadap kelahiran Yesus dari seorang perawan. Injil ini menganut Kristologi adopsionis, yaitu suatu teori mengenai pribadi Kristus yang dikaitkan dengan bidat Nestorius (tahun 451 an) bahwa Yesus adalah seorang manusia (bukan Allah) yang dikaruniai kuasa sorgawi. Epifanius, uskup Salamis (sekitar 380 M) menyerang pengajaran orang-orang Ebion karena Kristologi bidatnya. Ia menentang injil Ibrani mereka yang menghilangkan cerita kelahiran Yesus dan menganggap pembabtisan-Nya sebagai momen inisiasi-Nya. Orang-orang Ebion mengatakan bahwa Roh Kudus, yaitu Kristus, hadir dan menyelubungi manusia yang bernama Yesus itu. Kedengarannya agak mirip dengan injil Yudas yang menyatakan seolah-olah bahwa Yesus memiliki 2 sosok yang terpisah: pertama, Yesus jasmani; kedua, Yesus rohani yang berasal dari sorga.

 

 

SUMBER REFERENSI:

 

A. SITUS INTERNET

1. en.wikipedia.org                                                                 

2. barea-biblestudy.blogspot.com

3. www.sarapanpagi.org

4. alkitab.sabda.org

5. quod.lib.umich.edu

6. www.hebrew4christians.com

7. id.answers.yahoo.com

8. artrevolution.wordpress.com 

 

B. BUKU

1. Alkitab terjemahan  Baru TB LAI

2. Alkitab terjemahan King James Version ( KJV )

3. Kamus Alkitab (A Dictionary of the Bible) oleh W.R.F. Browning

4. Tafsiran Alkitab 1, 2 dan 3

5. Kamus terjemahan Inggris-Indonesia

6. War in Heaven oleh Derek Prince

7. Lucifer Exposed oleh Derek Prince

8. Foundations For Righteous Living oleh Derek Prince

9. Back to Jerusalem oleh Paul Hattaway

10. Memfinah Yesus oleh Dr. Erwin Lutzer

11. Kasih Dalam Perbuatan (KDP), edisi: Nopember-Desember 2008

12. Manna Sorgawi, edisi: Februari 2009 dan Desember 2009